005

header ads

RMD Puisi Akhmad Sekhu

 Puisi Akhmad Sekhu

Tuhan Mengundang kita di Beranda Ramadhan


Tuhan mengundang kita di beranda Ramadhan

Ayo kita bersama-sama segera memenuhi undangan-Nya

Jika kita mendekat sejengkal, Tuhan menyongsongnya sehasta

Jika kita mendekat sehasta, Tuhan menyongsongnya sedepa

Jika kita mendekat berjalan, Tuhan menyongsongnya berlari-lari

Di hadapan-Nya, kita sama berkendara rasa lapar dan dahaga

Dengan niat tulus ikhlas kita hanya mengharap keridhoan-Nya


Di beranda Ramadhan, tak ada kursi, kita harus maklumi

Karena kalau ada kursi pasti nanti akan diperebutkan

Seperti kursi kekuasaan yang selalu menjadi incaran

Orang-orang licik korup yang penuh tipu muslihat

Dan selalu berbuat yang menghalalkan segala cara

Tuhan, banyak masalah kehidupan yang harus kita bicarakan

Di jaman sekarang yang semakin tak karuan semakin sungsang

Keadaan jaman yang sering terjadi memutar balik kenyataan

Mari, Tuhan, kita dialogkan alternatif penyelesaian terbaik

Di antara kita tak ingin ada rasa sungkan ewuh-pakewuh

Kita begitu akrab layaknya sahabat yang sangat dekat

Persahabatan yang tetap terjalin di dunia sampai akhirat kelak

Di beranda Ramadhan, kita semua diperlakukan sama

Pria-wanita, tua-muda, kaya-miskin, senang-susah

Karena yang membedakan di antara kita adalah

Tingkah laku perbuatan dan ketaqwaan kita beribadah

Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya



Tuhan menyuguhi kami makanan ruhani sejati

Yang mengenyangkan kita akan hakekat makanan

Paling enak dan sangat lezat bagi jiwa yang papa

Semua arah pembicaraan kita di beranda selalu bermuara

Pada permohonan maaf kami sebagai manusia biasa

Yang selalu tak luput dari khilaf dan kesalahan, betapa

Engkaulah, Tuhan Maha Pemaaf dan Maha Penyayang

Betapa aku tak berani menatap wajah Tuhan

Karena aku selalu merasakan kehadiran-Nya

Yang benar nyata ada menyatu dalam diriku

Tuhan, kita begitu sangat dekat, bahkan tak berjarak

Karena Tuhan memang lebih dekat dari urat leher kita



















Puisi Akhmad Sekhu

Gelombang Ramadhan


Aku ingin membelah gelisah, bagaikan Musa

membelah lautan yang gelombangnya ketakmenentuan

dunia meraja di hati, hingga telah terpelanting

dan Fir’aun pun tenggelam, betapa terlambat

kembali pada kebenaran hakiki, hingga kini

menjadi pelajaran dalam arus zaman ini

hempasannya lebih deras melindas kehidupan kita


Terhadap tanda-tanda zaman yang tertangkap

yang belum terlambat, betapa segalanya

mesti disadari lebih dini untuk dimengerti

karena hanya memperturutkan nafsu diri

menyeret kita dalam arus yang menenggelamkan


Ada kecipak makna yang tersirat

meniti aku pada buih-buih tasbih

terangkum dalam gelombang ramadhan

yang mengangkat harkat kehidupan kita










Puisi Akhmad Sekhu

Dari Subuh Sampai Maghrib 


Perutku mau pecah, telah terisi angin ribut

lapar memburuku dengan berkendara rasa

hingga laku batin ini terus saja kujalani


Dari subuh sampai maghrib, aku mengalir

ke dalam curahan cahaya matahari, betapa

aliran kesibukan seharian penuh pematangan ibadah


Pikiranku semakin jernih meniti tasbih

dalam keberkahan Tuhan yang telah tercurah 

di bulan ramadhan penuh pematangan ibadah


Dari subuh sampai maghrib, aku mencari

keridlaan ilahi rabi dengan bergulir dzikir

dari perjalanan abadi menuju kedamaian hati













Akhmad Sekhu lahir 27 Mei 1971 di desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, Jawa Tengah. Puisinya telah tersebar di berbagai buku antologi bersama. Buku puisi tunggalnya; Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000), Memo Kemanusiaan (manuskrip). Memenangkan Lomba Cipta Puisi Perguruan Tinggi se-Yogyakarta (1999). Ia masih bolak-balik Jakarta-Tegal PP demi istri Wanti Asmariyani dan dua anaknya, Fahri Puitisandi Arsyi, dan Gibran Noveliandra Syahbana, dengan mempertaruhkan seluruh hidupnya untuk selalu berkarya.  





Posting Komentar

0 Komentar