005

header ads

HPN Puisi M. Anton Sulistyo

 NOTA AKHIR TAHUN 

Di penghujung tahun kugenggam waktu 

Seperti menggenggam sehelai daun

Yang bakal diterbangkan angin 


Ke dunia lain. Napas bumi mengalir lembut

Tiktak jam menerjemahkan rasa murung 

Yang merasuki celah pikiran suwung


Kurobek lembar Desember dari kalender sunyi

Untuk kesekian puluh kali. Tembok merekam gumam

Perpisahan yang tak ingin diucapkan tubuh kepada ruh 


Cermin memantulkan wajah kenangan dan khayalan

Secara bersamaan. Membuat penghujan itu tiba

Seolah lebih cepat dari jadwal bercinta


Ranjang menyimpan jurang yang dalam

Dingin dan tidak menyisakan apa-apa selain gema

Jerit kejemuan terbungkam keramaian jalan raya, 24 jam!


Asmara hanya potongan cerita tak pernah utuh terbaca

Lantaran rindu selalu membuatku tertidur

Dan terjaga. Tertidur dan terjaga. 


 2014/2022.
















MUSYAWARAH BURUNG *)

Berapa lama waktu untuk merenung 

Supaya bunga itu mekar di bibirmu?

Aku keranjingan menghirup wanginya

Lewat embusan napas sajak-sajakmu

 

Dari namamu yang harum 

Sepasang sayap burung tumbuh

    dalam tidurku


Aku terbang sebagai burung hantu

Menumpang tiupan angin kemarau

       menuju ke masa lampau


Mengarungi malam

Menyatu dengan hening

Mengisi hatiku dengan cinta. O, 


Izinkanlah aku berpamitan pada dunia

Sebelum aku melayang lebih jauh

Ke balik gurun yang tak tercatat 

      di dalam peta


Meninjau kesunyian kemahmu  

Merasakan takjub di lembah ketiadaan

Tempat musyawarah para burung.


 2013/2022.









*) “ Musyawarah Burung” adalah karya Attar yang paling terkenal.  Attar artinya “penyebar wangi”,  julukan atau gelar untuk Faridu’d-din Abu Hamid Muhammad Bin Ibrahim seorang sufi yang hidup antara tahun 1120 – 1230.  




PENARI 

                                              

Aku menari bedhoyo di atas panggung kehidupan

Diiringi para niyaga gaib yang tak kelihatan


Dan suara gamelan yang terbawa angin, begitu lirih

Bahkan mendekati sunyi hingga hanya terdengar

Oleh telinga batinku sendiri


Aku menari dengan sangat perlahan

Agar tersamar jika tubuhku gemetar

Saat dirasuki roh keindahan

Atau diterjang lapar


Aku akan terus menari

Tanpa terlalu mengharap untuk dipuji

Sambil menanti priayi agung menjemputku

Untuk membereskan seluruh persoalan perut dan asmara


Aku masih akan selalu menari

Sampai gong keabadian dibunyikan

Oleh penabuh kehidupan                        


 

Sriwedari, Solo.













BIODATA 


M. Anton Sulistyo, dilahirkan di Jember, Jawa Timur.

Puisi-puisinya masuk dalam antologi bersama sejak tahun 1991 – 2021. 

“Belum Dalam Lukamu!” adalah satu-satunya kumpulan puisi tunggalnya, diterbitkan oleh SASTRA DIGITAL pada September 2013. 

Buku tersebut memperoleh Anugerah Buku Puisi Terbaik Festival Hari Puisi 2014 yang diselenggarakan oleh Yayasan Hari Puisi 2014


Telepon/WA    : 087782518383  

Email : mantonsulistyo@gmail.com






Posting Komentar

0 Komentar