005

header ads

Dewandaru Ibrahim Senjahaji

 


Sajak Seorang Penyair Kepada Perempuan Yang Hampir Jadi Pacarnya

 

Masih adakah yang tersisa

Dari jalan sepanjang Purwokerto-Madiun Madiun-Purwokerto

Selain siang yang berpindah sore

Dan selain malam berganti pagi

Yang semuanya terasa begitu malam

Aku tidak melihat matahari terbit

Atau matahari tenggelam

Sebab langit-langit telah runtuh

Setelah kabar pertunanganmu

 

Di sepanjang jalan Purwokerto-Madiun Madiun-Purwokerto

Lubang-lubang jalan kalah bobrok

Dengan luka batin yang koyak

Aku telah jauh-jauh ke kotamu

Bersama rasa kantuk dan lelah badan

Semata-mata bukan hanya untuk

Menemui pagar rumahmu yang beku

 

Aku ingin menyembuhkan ingatan bahwa

Tidak ada apa-apa di antara kedekatan kita

Dan kesenangan kemarin hanyalah profesionalitas kerja semata.

Aku berdiri di depan pintu pagar rumahmu

Lampu teras masih menyala

Tapi tujuh kali aku mengetuk telfonmu

Tujuh kali pula kau menolak telfonku

WhatsAppmu online dan pesanku centang dua biru

Tapi pintu pagar tetap dingin dan beku.

Setelah tujuh menit berselang

Dari puntung ke lima yang kubuang

Akhirnya aku harus pulang

Dengan membawa kekosongan yang penuh.

 

 

Aku tidak menyesal menyusur jalan Purwokerto-Madiun

Madiun-Purwokerto dalam semalam

Meski begitu terasa kantuk dan lelah badan

Lubang-lubang sembarangan

Atau bensin yang menguras sisa-sisa uang gajian

Aku tidak menyesal menyusur jalan Purwokerto-Madiun Madiun-Purwokerto

Sebab setelah pulang dari kotamu,

Purwokerto telah menjadi ruang baru;

Sebuah museum lapang

yang menyimpan kau dan aku.

 

Purwokerto, Juni 2021

 

Dewandaru Ibrahim Senjahaji, seseorang yang masih belajar menulis. Berproses di Sekolah Penulisan Sastra Peradaban (SKSP) UIN SAIZU Purwokerto. Pernah menjadi teman belajar anak-anak SMK Tujuh Lima 1 Purwokerto, sekarang menjadi kawan belajar anak-anak SMKN 2 Purwokerto. No. WA : 08975837007 Facebook: Dewandaru Ibrahim

 


Posting Komentar

0 Komentar