005

header ads

Generasi Sandwich; Lingkaran tak berujung

Pernahkah kalian mendengar istilah generasi sandwich?Apa sih generasi sandwich itu?Apakah generasi sandwich sesuai dengan kehidupan remaja masa kini?Yuk simak penjelasan berikut!

Sandwich merupakan salah satu makanan khas eropa yang biasanya disantap saat sarapan maupun makan siang.Namun, kini istilah sandwich sedang mengguncang trending dalam dunia maya.Generasi sandwich merupakan istilah generasi yang harus mendukung (mengurus) secara finansial dua generasi sekaligus yaitu anak-anak dan orangtua (Eko P. Pratomo: 50 Financial Wisdom).Awalnya, istilah sandwich ini berkembang dan diciptakan oleh salah seorang pekerja sosial bernama Dorothy Miller pada 1981. Saat itu, ia membuat istilah ‘Generasi Sandwich’ untuk perempuan berusia 30-40 tahun yang terhimpit beban untuk membiayai 2 generasi berbeda, yaitu anak dan orang tua yang sudah lanjut usia.Sandwich menggambarkan keadaan keuangan yang terhimpit sana-sini layaknya sepotong daging yang terhimpit di antara dua helai roti.Seiring berkembangnya zaman, istilah generasi sandwich tidak hanya ditujukan kepada perempuan saja, namun juga ditujukan kepada laki-laki yang memiliki tanggungan yang sama. Tidak hanya itu, istilah generasi sandwich ini juga di latar belakangi oleh pemikiran bahwa anak adalah alat untuk sebuah investasi kehidupan.Banyak pemikiran orang tua bahwa anak merupakan wadah dan investasi berjalan yang akan menanggung beban keluarga ketika ia sudah tua.Meskipun tidak dikatakan secara langsung, namun pemikiran dan anggapan tersebut masih berkembang pesat di era globalisasi seperti ini.

Generasi sandwich ini dianggap sebagai generasi yang mampu menyelamatkan keluarga dari defisit keuangan setiap bulannya. Oleh karena itu, mereka berada pada situasi dan kondisi yang mendesaknya untuk wajib mencukupi kebutuhannya, keluarga kecilnya, orang tuanya, serta anggota keluarga yang lain.Sering kita dengar istilah gaji bak honorer, tuntutan bak tunjangan.Makna dari kalimat tersebut adalah gaji yang minim dalam tuntutan sepanjang masa.Generasi sandwich disebut-sebut sebagai lingkaran tak berujung.Bagaimana tidak?Gaji hanya sebatas angka yang hanya cukup membayar tagihan dan tuntutan keluarga.Jangankan menabung atau melakukan investasi, membayar cicilan dan tagihan keluarga saja jauh dari kata cukup.Apa faktor generasi sandwich?mengapa generasi sandwich masih sangat berkembang di era globalisasi yang memudahkan segala hal?berikut penjelasannya!

Terdapat 3 faktor berkembangnya pemikiran generasi sandwich diantaranya adalah

  1. Minimnya pengetahuan finansial

Kurangnya pengetahuan finansial bagi orang terdahulu yang mengharuskan seorang anak untuk menafkahi dan menanggung beban, piutang bahkan cicilan keluarga kelak.Biasanya, generasi sandwich yang masih berkembang merupakan wujud dampak dari kurangnya kemampuan orang tua dalam mengelola keuangan keluarga sehingga memunculkan tagihan, beban dan cicilan yang harus ditanggung generasi selanjutnya.

  1. Anggapan Anak adalah investasi

Pemahaman memiliki keturunan dan memiliki generasi penerus seringkali menuai kesalahpahaman konsep.Anak diartikan sebagai investasi berjalan yang memiliki kewajiban mengurus orang tuanya kelak dan memberikan kesejahteraan secara finansial maupun non-finansial.Anggapan anak adalah investasi menimbulkan pemikiran pada orang tua untuk memperbanyak keturunan dengan tujuan sebagai asuransi berjalan.Sebagai anak, tentu memiliki pemikiran untuk membalas kebaikan orang tua yang telah merawat sedari kecil, walaupun kebaikan yang telah dilakukan tidak akan pernah cukup untuk membalas ketulusan dan kasih sayang orang tua kepada anaknya.Namun, pemikiran anak sebagai investasi merupakan pemikiran kuno yang menyalahi istilah ‘kasih orang tua sepanjang masa’ karena sudah hakikatnya orang tua mencukupi kebutuhan anak dan sebagai anak, meskipun bukan menjadi suatu kewajiban untuk membalasnya, seorang anak hendaknya mengerti dan memiliki kesadaran untuk membantu orang tua sebagai wujud berbaktinya seorang anak.

  1. Cicilan penyelamat hedonisme

Cicilan dinilai sebagai wujud keringanan untuk memenuhi keinginan seseorang dalam keadaan ekonomi yang mendesak.Namun, cicilan seringkali digunakan tidak sesuai dengan kebutuhan individu.Motif hedonisme kini ditunjang dengan cicilan dengan angsuran bunga minimal menjadi latar belakang munculnya generasi sandwich.Orang tua membebankan angsuran yang harus dibayarkan kepada generasi selanjutnya.Anak dengan gaji yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya terpaksa menanggung beban hutang yang harus dibayarkan sebagai wujud berbaktinya seorang anak kepada orang tua.Apakah hal tersebut adil bagi seorang anak?bukankah hal tersebut justru memperpanjang rantai kemiskinan keluarga yang semakin tak berujung?hal tersebut sangat berpengaruh terhadap mental generasi sandwich terbilang kurang sehat dengan tuntutan yang cukup kompleks dari berbagai sisi kehidupan.

Bisakah generasi sandwich dihapuskan?Bagaimana cara menghapuskan generasi sandwich yang tak berujung dan terus berkembang?Yuk simak penjelasan berikut!

Meskipun seringkali disebut sebagai lingkaran tak berujung, tidak menutup kemungkinan bahwa generasi sandwich dapat dihilangkan.Penghapusan generasi sandwich dapat dilakukan dengan hal kecil dalam ruang lingkup keluarga seperti memberikan pemahaman kepada orang tua bahwa anak bukanlah investasi dan mengatur keuangan keluarga.Mengurangi hedonisme dan tidak mengajukan berbagai cicilan untuk kebutuhan yang tidak mendesak  merupakan salah satu wujud solusi dalam mengatur keuangan keluarga.Hutang seringkali disebut sebagai pisau bermata dua.Tak bisa dipungkiri bahwa hutang seringkali membantu perekonomian keluarga dalam mencukupi kebutuhan.Namun, hutang seringkali menjadi bumerang jika disalahgunakan.Penyalahgunaan hutang juga menjadi penyebab terbesar dalam berkembangnya generasi sandwich.Kunci utama dalam penuntasan generasi sandwich adalah bagaimana sebuah keluarga mengatur keuangan dengan baik.Jika keuangan keluarga baik, maka tidak aka nada tuntutan seorang anak untuk menanggung piutang dan tanggungan kedua orang tuanya.




                                                        


Widya Al Karimah, lahir di Surakarta, 30 Desember 2003.Mahasiswi Pascasarjana Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret (UNS).Sedang belajar menuangkan isi kepala dalam tulisan dan senang bercengkrama dengan cermin.

WA : 085156290796, IG @Widyaalkrmh, Surel widyakarima8@gmail.com.


Posting Komentar

0 Komentar