puisi-puisi: acep syahril
hantu dari musim pandemic
membaca peta dari setiap sudut kordinatmu akhir-akhir ini
seperti membaca peluru-peluru nyasar dari sebuah medan
peperangan medan perang yang tak kuketahui siapa berperang
dengan siapa
sementara hampir dalam setiap hitungan menit selalu saja
aku membaca korban berjatuhan mayat-mayat menebar
kengerian berlompatan dari daftar panjang kematian lalu
para penggali kubur diam dengan suara dibungkam
tapi dari daftar kematian itu aku tidak mencium bau mesiu
dari pecahan mortir kecuali orang-orang dengan wajah setengah
tertutup berhamburan dari kerumunan pembaca do’a lalu
menyerbu suatu tempat bertulisan hand washing facilities
2020
impresionisme corona
akhir-akhir ini setiap orang diminta mengirimkan nama dan
kedua biji matanya ke para pencatat sosial di sekitar rumah tinggal
mereka melalui ketua rt semua menunjukkan jati dirinya lengkap
dengan lantai rumah daun jendela dan kamar mandi yang hanya
ditutupi plastik bekas baligho calon legislatif yang sekarang
duduk manis di gedung dpr yang megah itu
mereka adalah rakyat barisan garda depan bangsa yang pertama
merasakan makna lapar ketika para pemimpinya menganjurkan
untuk menutup seluruh pintu rumah ketika wabah yang jauh dari
pandangan mata lahir itu bergerilia memadati ruang-ruang terbuka
seperti debu yang setia menempel di kaki tangan kepala bibir dan
alis mata lalu malam harinya diantara mereka memilih bernyanyi
di luar rumah menuangkan tuak wisky dan anggur diantara angin dan
dingin yang medesir sambil berucap kenapa kita takut pada virus
tapi berani kepada yesus
beberapa hari kemudian diantara mereka kembali datang menemui
para pencatat sosial sambil menangis mereka meminta agar sembako
yang sudah disiapkan diganti dengan beberapa peti mati berikut
batu nisan untuk suami dan saudara mereka yang berhasil menemui
ajalnya setelah bercinta dengan virus dengan merendahkan keimanan
orang lain di mata yesus
2020
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024