Aku menanam namamu
di halaman dada
seperti bunga yang tak pernah layu
meski musim sering berganti wajah
Aku menjaga langkahmu
dari jauh
menyapu debu di jalan
yang mungkin menyakitimu
meski kau tak selalu tahu
betapa kakiku juga berdarah
saat mengikutimu diam-diam
Aku pernah kehilangan banyak hal
waktu
kesempatan
bahkan diriku sendiri
Tapi tidak denganmu
Jangan biarkan jarak menjadi parit
yang tak bisa kulewati
jangan biarkan waktu
mengikis ingatan kita
seperti air menggerus tepi batu
Jika harus kuikat seluruh langit
agar tetap biru untukmu
aku akan melakukannya
Jika harus kubakar seluruh hujan
agar kau tetap hangat
aku akan rela basah
Karena kehilanganmu
adalah satu-satunya kehilangan
yang tak pernah ingin kucicipi
meski aku tahu
suatu hari dunia
mungkin memaksaku merelakan
Borneo, 20 Agustus 2025
Delima Nadia. Lahir di Kutai Kartanegara, 26 Januari 1996. Mulai menulis sejak 2019, sempat rehat, lalu aktif kembali pada 2024. Puisinya lahir dari luka dan pengalaman hidup yang dijalaninya. Ia menulis sebagai ruang pulang bagi rasa, dan kini bersemangat mengikuti berbagai perjalanan kelas sastra daring. Anda dapat menghubungi nya di
FB: Delima Nadia | IG: @sherlyonara
0 Komentar
Lingkar literasi, sastra, dan seni budaya Asia Tenggara serumpun Bahasa.