PEMBURU LAUT 4
Oleh: Christya Dewi Eka
seperti menara babel,
engkau membangun menara tinggi,
yang puncaknya mencakar langit,
dan akarnya mengoyak tanah,
lalu tua-muda laki-perempuan kau kumpulkan menantang bintang,
sehingga matahari murka,
menjatuhkan segala hingga runtuh dan terpecah,
berbangsa-bangsa,
bersuku-suku
seperti bahtera noah,
engkau membangun kapal besar,
yang panjangnya menyaingi naga kuning,
dan lebarnya melebihi seratus pelukan,
lalu tua-muda laki-perempuan kau kumpulkan menantang karang,
sehingga alam murka,
menjatuhkan segala hingga tenggelam dan tercabik,
sebiji sawi,
sebutir zarah
seperti sarang laba-laba yang tercabik,
sekali lagi mereka keliru,
menggantung asa pada benang tipis,
di seberang tuju,
tiada istana bermandi kilau surya,
bukan poseidon yang ada,
bukan laut berpasir keemasan,
di sana ada hades,
bukankah di bawah kakinya para titan tunduk,
demikian kapal ini,
titanic takluk, terkutuk,
menjadi titik di dasar Atlantik,
memutar jiwa-jiwa dalam pusaran waktu yang ajaib,
hingga lupa jalan pulang,
kembali ke elysion,
tempat ruh kebajikan bersemayam,
dan melodi nafiri bertalun
bagiku,
ini bukan hari penghakiman,
yang menyeret manusia ke dasar kelam,
tetapi cukuplah sebagai legenda gaib,
terjadinya sebuah dunia kematian,
perpisahan rindu-dendam-benci-cinta,
dibaptis air suci,
yang mendekap jiwa tanpa sakit,
tanpa darah,
tanpa dosa
Semarang, 12 Agustus 2023
Christya Dewi Eka, lahir di Jakarta, sekarang berdomisili di Semarang bersama 7 buah hatinya, lulusan Fakultas Sastra Indonesia Universitas Diponegoro Semarang tahun 2003. Beberapa karyanya dimuat dalam antologi puisi, media cetak, dan media online.
Email: christyadewieka@gmail.com
Facebook: Christya Dewi Eka
Instagram: @christyadewieka2020
WA: 088239408965
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024