KEBAHAGIAAN ADALAH KEBUTUHAN
Kita, siapa saja pasti akan menginginkan kebahagiaan, dalam segi apa pun dan kapan pun. Bahagia sendiri yakni merasa tenteram dalam hati, nyaman, dan terlepas dari sesuatu yang menyulitkan. Lalu apa hal yang melatar belakangi kebahagiaan itu sendiri.
Gus Baha sang Ulama muda asal Jawa Timur sekaligus pakar dalam bidang Tafsir dan Fiqih baik klasik atau modern. Mengemukakan rumus untuk bahagia yaitu. “Jangan pernah menjadikan kebahagiaan orang lain sebagai tolak ukur kebahagiaan kita sendiri”. Hemat saya untuk menumbuhkan bahagia ini yakni, dengan kita bersyukur atas apa pun yang sudah kita terima sebagai laku lampah dari kehidupan kita sendiri. Jelasnya jangan insecure.
Dikisahkan. Seorang pelaut yang sedang santai asik duduk di hamparan bibir-bibir pantai sembari mengepul dimulutnya, datanglah seorang pejabat yang mana ia dulu adalah temannya, yang sekarang bergaya mewah, gemilang harta, pangkat serta kedudukan. Saat tiba si pejabat itu menyapa dan membeberkan nasibnya. “apa kamu tidak bosan hidup seperti itu, apa bahagia? Coba keluarlah paling tidak kamu bisa seperti saya, dapat membeli deretan kendaraan mewah dan banyak dikenal orang”. Susana senja menemani kedua orang tersebut si pelaut dan pejabat. Dengan entengnya sembari tersenyum pelaut itu berbicara “loh kamu ini bagaimana? Aku dengan seperti ini saja sudah bahagia, apa kamu tidak lihat sedang asik-asiknya duduk menikmati pemandangan yang indah sekali, sudah termasuk bahagia hidupku” seraya pejabat itu diam sunyi. Kita tidak bisa menyamaratakan kebahagiaan kita terhadap orang lain, bukanya setiap manusia mempunyai caranya masing-masing untuk berbahagia.
Bahkan, terkadang untuk menumbuhkan rasa bahagia dalam diri kita, kita juga di anjurkan untuk membahagiakan orang lain, seperti membantu sesuatu yang kita mampu, tidak menyulitkan dan masih banyak lainya. Karena dengan begitu di rasa dalam bahagianya orang yang kita bantu juga bahagianya kita yang membantu.
Konsep bahagia juga bisa kita dapatkan dari diri kita sendiri yakni dengan menanamkan positif thinkking yang mampu membuat jiwa kita rilex dan mencairkan suasana kehidupan.
Perihal orang lain, ada sebuah nukilan Hadist Nabi Muhammad SAW yang terdapat di sebuah kitab klasik karangan Ulama Nusantara terkemuka kelahiran tanah Banten Al-Jawi beliau adalah Syekh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi, beliau menuliskan dari sekian banyaknya amal yang di cintai oleh Allah SWT adalah salah satunya dengan berusaha memasukkan kebahagiaan terhadap orang lain, terlebih kepada umat muslim. (Nasoihul ‘ibad).
Jadi, tidak ada alasan di kehidupan kita untuk tidak berbahagia. Karena kebahagiaan adalah kebutuhan. Di segi apa pun, kapan pun dan di mana pun. Untuk itu marilah kita berbahagia. Semoga bahagia selalu aamiin.
Hadad Fauzi Musthofa
Cirebon, 18 Juli 2022
Biodata penulis :
Hadad Fauzi Musthofa, pria kelahiran Cirebon 04 Maret 2001. Ia adalah anak terakhir dari 10 bersaudara. Teman-teman sejawatnya akrab memanggilnya Hadad, membaca, menaiki gunung dan bersepeda adalah hobi yang ia geluti sesekali berjalan mengunjungi kota-kota pun ia lakukan. Pria yang menyukai Alpukat ini kesehariannya masih di sibukkan dengan menjajakan roda usaha keluarganya, tulisannya tersiar di beberapa halaman media pribadinya seperti facebook dan instagram, ia juga pernah ikut serta dalam antologi puisi (Terbungkam dalam lafadz terbitan 2019) juga dalam website Jendela Aswaja, Negeri Kertas, dan, Monologkita17. Sekarang ia sedang menempuh pendidikan S1 di STAIMA Babakan Ciwaringin Cirebon(Sekolah Tinggi Agama Islam Masduki Ali) Baginya hidup adalah kemanfaatan untuk sesamanya maka dari itu motonya adalah “Bermanfaat itu asik”.
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313