005

header ads

Pamegatsih, Puisi Sugiarto B Darmawan

 Sugiarto B Darmawan 


PAMEGATSIH (*)







Kulacak kesedihan itu di dalam gending pamegatsih. Dalam dingin jerit lirih seruling terseret mengikuti liukan pelan gambang.


Bonang kenong kempul tak tega mengiringi


Akan kemana lagi aku harus melacak jejak cintamu. Remuk redam hatiku!


Duhh kangmas betapa tega! Betapa tega!




Dalam keheningan suara seruling itu menjerit pelan. Seakan enggan mengikuti irama kesedihan. Yang datang dari belukar kesepian.


Kenangan kenangan mengambang dalam kegelapan. Dalam gemetar kuseret langkah. Ketakutan kehilangan jejak cintamu. Yang menyelinap dari masa lalu. Menyentuh sunyi bayang mati. Remuk redam hatiku!


Duhhhhh kangmas! Betapa tega! Betapa tega!




Matahari tergelincir di cakrawala. Kuikuti jejak bayang bayang memudar. Suara suara itu jauh membubung ke langit. Terkunci di lorong-lorong jiwaku. Meninggalkan kelahiran. Menyetubuhi kelam.  Jiwaku remuk redam!


Duuhh kangmas! Betapa tega! Betapa tega!




Bagai kanak kanak yang terusir dari kampung halaman. Gending itu membakar luka jiwaku.


Bermain di kesunyian langit. Betapa nglangut


gesekan rebab dan bunyi gender terseret arus kesepian. Bagai suara suara dari jauh yang datang dan pergi tak kembali lagi. Meremuk-redamkan hati dan jiwaku.


Duhhhhh kangmas! Betapa tega! Betapa tega!




Dalam langgam dalam ketawang. Bersama angin mengabarkan luka dari lembah ke lembah. Terayun memasuki kota kota.


Menyeberangi dingin senja.  Kabut pun melayari matahari. Begitu pelan. Rebab siter gender mengiringi.  Terseret seret dipermainkan pilu.  Menjungkalkan mimpiku dalam kesepian. Engkau jadi tawanan kepedihan dan keheningan. Air mata mengalir dalam kegelapan. Jiwaku remuk redam! 


Duhhhhh kangmas! Betapa tega! Betapa tega!




Tegalmade, dinihari dalam ayunan suara adzan. Juli, 2023.


Sugiarto B Darmawan: petani, penyair kambuhan. Tinggal di Tegalmade, Mojolaban Sukoharjo.


No. HP: 088983028283




(*) Pamegatsih adalah gending Jawa yang bernada sedih. Tentang  kepiluan karena ditinggalkan orang yang dicintai. Gending ini pernah saya dengar untuk mengiringi prosesi pemakaman Bambang Widoyo Sp (sutradara dan penulis lakon berbahasa Jawa, Teater Gapit,Solo). Juga waktu pemakaman Ki Reso Wiguno (pakdhe saya, seorang empu gamelan, perintis industri gamelan di Bekonang.)

Posting Komentar

0 Komentar