005

header ads

:Gimien Art: Sawah Terakhir


 :Gimien Artekjursi


SAWAH TERAKHIR 

(balada seorang petani)


"tanamlah, kau pasti memanen"

itu pesan orang tuanya

orang tua yang dengan kegigihan dan kepiawaiannya

bisa mewariskan sawah kepada anak-anaknya


dan telah berpuluh tahun 

ia isi hari-harinya mewujudkan pesan sang orang tua

meski satu demi satu

milik saudaranya berpindah tangan

ia berusaha keras menjaga dan melestarikan warisan itu


berpuluh tahun hampir selalu

pagi ketika matahari baru mulai menampakkan semburatnya

ia susuri pematang sawah

menerobos rimbun jagung atau sayur kala musim palawija

dan beceknya lumpur kala musim padi

baru pulang ketika petang mulai datang


sepanjang hari mengolah sawah

tak peduli terik matahari memanggang 

berteduh hanya ketika lelah atau hujan mengguyur


tapi menjadi petani tradisional di negeri ini

hanya memiliki sawah ratusan meter persegi

sama sekali tak menjanjikan kemewahan

masih untung bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari 

itu pun harus diiringi perjuangan tiada henti

sementara anak-anak masa kini 

punya semboyan sendiri:

tak menanggung beban berat 

tapi merasakan kelebihan nikmat


maka satu demi satu warisan saudaranya dijual

demi kemauan anak-anak: 

untuk usaha baru dan keperluan lainnya

ia sendiri berusaha bertahan


semula di tangan petani lain 

sawah-sawah itu masih setia menumbuhkan tanaman

ketika masa berganti 

ketika pengembang perumahan mulai merambah wilayah itu

sepetak demi sepetak 

sawah-sawah ganti ditumbuhi rumah-rumah bersubsidi


harga petak-petak sawah yang semula murah

semakin hari makin bernilai rupiah

sementara mengurus sawah semakin hari makin susah

membuat petani tergiur menjual sawah

dan beralih mencari lain pekerjaan 


dan perumahan terus merambat

menggusur sawah-sawah petak demi petak

sampai tinggal sawah miliknya yang sisa

itupun terganjal masalah

mulai dari pengairan yang sulit

jalan keluar masuk ke sawah tempatnya juga tertutup


maka tak ada lagi pilihan

ditukarnya sawah warisan itu 

dengan lembar-lembar rupiah

sementara mencari sawah pengganti di tempatnya kini

sudah tak ada lagi


menyesal tapi tak ada lagi jalan keluar

ziarah ke kubur kedua orang tuanya usai urusan jual beli sawah

terucap lirih suara sesal dari bibir tuanya:

"maafkan, aku tak bisa menjaga amanahmu"


Kumendung, 5 Agustus 2023



Posting Komentar

0 Komentar