005

header ads

BAGURAU SALUANG JO DENDANG


Uria Novita

(Mahasiswi ISI Padangpanjang)

(Istano Silinduang Bulan, 13 November 2022)



Gerimis menghiasi langit Istano Silinduang Bulan dalam festival Pamenan malam itu, membuat satu per satu penonton perlahan menghampiri tenda untuk berteduh, dan ada sebagian diantara mereka yang memutuskan untuk pulang. Para kru yang terlibat dalam festival tersebut bergegas memindahkan trap ke tenda penonton untuk dijadikan sebagai panggung darurat. Pemain yang terdiri dari tiga orang itu langsung menduduki trap yang beralaskan tikar. Bapak Chaniago yang merupakan Janang (tukang oyak) malam itu membuka acara dengan mengucap salam dan persembahan sebelum acara di mulai.

Mak Lenggang selaku pemain Saluang langsung memainkan imbauan Singgalang Induak dengan begitu tenang setelah janang selesai berbicara. Tek E yang merupakan panggilan akrab pendendang senior tersebut mendendangkan Singgalang Alai sebagai dendang pembuka. Pantun demi pantun dilantunkan dengan begitu hikmad, hingga janang kemudian bicara dan memberitahukan bahwa dendang kedua akan dibawakan dengan judul Arau Lamo, kemudian salah seorang kru datang untuk menyediakan makan dan minuman untuk penampil yang terdiri dari tiga orang tersebut. Keberadaan makanan ditengah trap tersebut sama sekali tidak mengganggu konsentrasi para pemain.. Setelah pantun keenam dendang Arau Lamo, janang mengambil mikrofon dan berkata “dialiah lagu ka nan lain, Lintau Basiang” yang arti nya bahwa lagu berikut nya berjudul Lintau Basiang, dan begitu juga dendang-dendang selanjutnya. 

Hingga pada saat dendang Banda Sapuluah akan dibawakan, tukang saluang tiba-tiba mengambil mikrofon dan berkata, “Tolong sabuik an bang Sukra jo Uria Novita di ujuang pantun”, hal tersebut artinya adalah, tukang saluang meminta kepada pendendang agar menyebutkan nama orang tersebut di dalam pantun. Hingga pada akhirmya permintaan tersebut dikabulkan dengan pantun yang berbunyi “bagurau badendang surang lah laruik malam ko hari, salaweh ko alam takambang elok di cari tampek hati” yang artinya adalah sindiran bagi dua orang yang nama nya disebutkan agar segera mencari pasangan. kemudian tek E melanjutkan dendang kedua yang menimbulkan decak kagum penonton, yang berbunyi “sabuiklah lagu nan takana, kama lai lagu sudah iko, oi Sukra dangakan malah kadipangakan pitih banyak kalau badan mambujang juo” dendang tersebut merupakan sindiran bagi bang Sukra, yang artinya apa guna nya banyak harta jika hidup sendiri tanpa pasangan. 

Hal tersebut sontak menuai gelak tawa para penonton yang hadir dalam dalam acara tersebut. Tidak hanya sampai disitu, tukang saluang kembali meminta kepada pendendang untuk menyebutkan sebuah nama dalam pantun yakni Doktor Babab yang memiliki nama asli Afrizal Harun yang merupakan salah seorang dosen di jurusan teater ISI Padangpanjang. Dendang tersebut juga kembali menuai gelak tawa penonton, termasuk orang yang bersangkutan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Cemoohan dan sindiran yang terdapat dalam kesenian saluang dendang merupakan hal yang sudah lumrah karena dalam konsep bagurau (Bercanda).

Saluang dendang yang ditampilkan diklasifikasikan sebagai dendang klasik, dikarenakan pertunjukan tersebut hanya terdiri dari saluang dan dendang tanpa adanya campuran instrument lain seperti gendang atau orgen, tetapi tidak menyurutkan semangat penonton untuk menyaksikan acara tersebut. Akan tertapi, terdapat beberapa hal yang perlu diperhitungkan oleh peyelenggara acara, agar memperhatikan tempat cadangan sebagai antisipasi jika terjadi keadaan tidak terduga seperti hujan, sehingga hal tersebut tidak mengganggu keberlangsungan acara. Saluang dendang dalam Festival Pamenan ini merupakan acara penutup setelah terselenggaranya acara ini dari tanggal 12-13 November 2022. Terdapat beberapa karya yang ditampilkan pada malam puncak tersebut yakni, tari tradisi Rang Kayo Sati, Pertunjukan teater dar Komunitas Seni Nan Tumpah, tari inovasi Impessa Dance Company, Diafora, dan terakhir Saluang dendang. Sahrul N, ketua kurator sekaligus ketua prodi penciptaan dan pengkajian seni musik nusantara di Isi Padangpanjang menyebutkan bahwa pamenan bukan hanya seedar permainan rakyat, namun juga sebagai konsep berfikir dalam kehidupan. 



C:\Users\Asus\Downloads\WhatsApp Image 2023-01-06 at 14.02.15 (1).jpeg

Gambar 1.

Suasana pertunjukan Saluang Dendang dalam Festival Pamenan

(Dok. By Uria Novita, 13 November 2022)




Posting Komentar

0 Komentar