005

header ads

M. Hari Nurdi KITA TAK TAHU

 M. Hari Nurdi 

KITA TAK TAHU 


Kita tak tahu kapan akan hujan lagi. Kita terlalu lama terik. Terlalu sering berbicara dengan kata-kata kosong dan gosong. Kita perlu menengok ke kedalaman hati. Bersembunyi dari riuh diri. Menemukan lagi rindu di sisa pagi. Kita butuh hujan. Agar bersih segala kotor yang menyelimuti diri. Agar kelam berubah pelangi. Pada rindu yang bersembunyi dalam sunyi. Serak igauku berbisik namamu, Melati.


Sumenep, 03/08/2022


M. Hari Nurdi 

SEBELUM ADA


Setelah pandemi berakhir. Bisakah kita tak saling menyakiti, Melati. Bisakah rindu ini berdamai. Sebelum sepi meremas-remas dada. Sebelum ada hati yang terluka.


Sumenep, 05/08/2022

M. Hari Nurdi 

APA JADINYA


Apa jadinya kalau aku tak lagi menjadi buku. Maka apa yang bisa kau baca dari bab rindu yang tanpa catatan kaki itu. Apa jadinya kalau aku bukan lagi lagu. Langgam nada dan jerit biola akan semakin asing menyapa genderang telingamu. Apa jadinya kalau aku bukan bola lampu itu. Maka siapa yang akan menerangi hatimu. Menjentikkan kenang tentang sebuah rindu pada sepasang sepatu.


Sumenep, 06/08/2022


M. Hari Nurdi 

SAHABAT


Ia selalu menyebut namanya secara ulang dan utuh ketika berbicara, bukan menggunakan kata ganti orang pertama. Ia mampu bercerita dengan lugas dan penuh canda seberapapun sakit hatinya oleh ulah lelakinya.. Ia menyembunyikan kepedihannya melalui binar mata dan lengkung bibir jelita. Ia simpan tangisnya justru agar anaknya tidak menangis dan baik2 saja.. Ia sahabatku, dan ku peluk ia dari jauh sebagai rasa hormat yg terlalu.


Sumenep, 07/08/2022


M. Hari Nurdi 

DI RUANG INI MASIH MENGALIR DOA


Di ruang ini masih mengalir doa. Dari embun yang meruap dada. Lalu angin mengusap lembut daun telinga. Membisik mesra tentang sebuah kerinduan purba. Rindu yang berkarat di gigir kata. Membeku di sudut sukma. Rindu yang mengerat -ngerat batang kepala. Duh, jatuh juga gerimis di ujung mata.


Sumenep, 08/08/2022



M. Hari Nurdi 

BAHKAN SAAT SENJA


Bahkan saat senja. Saat angin dingin mulai menyelusup dada. Rindu ini tak juga sirna. Dia gigil dalam merah saga yang tenggelam di sudut mata. Dia larut dalam susu soda yang ku seduh di atas meja. Di sebuah kamar yang haus kata-kata. Haus celotehmu, Melati.


Sumenep, 09/08/2022



TENTANG PENYAIR












M. HARI NURDI, guru Bahasa Indonesia sekaligus pegiat literasi di SMAN 1 Sumenep. Selain di buku-buku antologi bersama, jejak puisi-puisinya bertebaran di sosial media dengan nama yang sama. Ia populer dengan puisi dengan diksi “melati” yang begitu kental akan nafas rindu yang berpilin mesra dengan elan kehidupan. Salah satu punggawa Sanggar Interlude ini bisa di hubungi via HP: 0818521061 dan surel: harinurdi98.hn@gmail.com


 



Posting Komentar

0 Komentar