Rusaknya Bola Mata Keadilan
Dua orang lelaki
Pergi meninggalkan misteri
Menghilang selepas tragedi
Di tengah subuh buta
Air keras menghantam wajah penyidik KPK
Rusaklah sebelah bola mata
Dua tahun lebih tak diketahui
Tak ada petunjuk dan secuil bukti
Lenyap di belantara sunyi
Seperti sebuah drama
Dua orang lelaki ditangkap tiba-tiba
Selepas Presiden beri tengat waktu kali ketiga
Menangkap teroris rupanya lebih mudah
Dari menangkap kelinci-kelinci kecil si pemberi upah
Nyaris tanpa jejak dan petunjuk arah
Tapi alangkah celaka
Dua tahun lebih pencarian lamanya
Berakhir satu tahun saja vonis kurungan penjara
Jaksa telah mengetuk palu
Lagi-lagi nalar publik dibuat dungu
Lewat sederet pertimbangan lucu
Air keras mendarat di wajah tak sengaja
Bukan penganiayaan berat terencana
Akui perbuatan dan telah mengabdikan diri 10 tahun lamanya
Bila kejahatan seperti melodrama
Berujung putusan menohok logika
Keadilan semakin tiarap
Tersesat di jalan gelap
Novel Baswedan
Adalah satu dari sekian
Ironi tak berkesudahan
Betapa keadilan telah dipermalukan
Ditelanjangi paksa di tengah jalan kebenaran
Tangerang, 17 Juni 2020
Tak Ada Palestina
Tak ada idul fitri
Gelap datang terlalu dini
Cekam datang terlalu pagi
Roket roket melesat, meledak bertubi-tubi
Merampas suka cita di depan mata, lalu pergi
Tak ada hari raya
Setiap saat datang marabahaya
Setiap hari datang mayat dan air mata
Ribuan anak-anak, perempuan, dan balita
Syahid di tanah juang direnggut paksa
Dicuri perlahan lewat licik pemukiman dan propaganda
Lenyap dari warna peta dunia
Tak ada palestina
Tidak di hati yang gentar melawan angkara
Tidak di langkah yang mundur sebelum merdeka
Tidak di nyali yang runtuh
Sebelum damai kembali dalam rengkuh
Palestina adalah kita
Dalam luka dan cinta
Damai kemanusiaan hak segala bangsa
Tangerang, 20 Mei 2021
Salim Kancil Dimangsa Serigala Jagal
Ia dibunuh
Bukan karena membunuh
Namun ia menolak patuh
Pada penguasa segala angkuh
Tak rela penambangan merajah alamnya terancam lumpuh
Ia dihabisi
Bukan karena mencuri
Namun ia melawan segala teror bertubi
Dari gerombolan kacung penguasa geram
Yang datang membawa ancam
Memperingatkan esok ajalnya siap diterkam
Lalu di mana polisi?
Segala adu tak ditindaklanjuti
Perlindungan lebih tak jua segera diberi
Hingga ia tersungkur dipenggal mati
Di atas tanah yang dibelanya sendiri
Inilah negeri para penjagal
Tanah pertiwinya mudah dijual
Demi sesak isi perut dan kantong tebal
Meski harus menghabisi tubuh demi tubuh yang menghadang mencekal
Tangerang, September 2015
Meidi Chandra
*Lahir di Tangerang, 20 Mei 1985. Alumni Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah 2009 ini selain aktif menulis juga memiliki hobi bermain futsal dan membaca. Penulis pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif Lembaga Sastra Tinta IMM Ciputat 2007-2009. Karya-karyanya pernah dimuat di jurnal LPP Insight, Buletin Jejak, Majalah Anugerah, Ta’dib Magz, Purakasastra. Karya-karyanya juga pernah dimuat dalam antologi tunggal Sajadah Cinta-Mu dan Luka Semesta, juga banyak menghiasi buku-buku antologi bersama penulis lainnya. Penulis dapat dibuhungi di : 0857-1703-5084 (WA), meidisangpenyair@gmail.com, juga FB: Meidi Chandra.
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024