005

header ads

Rusaknya Bola Mata Keadilan

  Rusaknya Bola Mata Keadilan


Dua orang lelaki

Pergi meninggalkan misteri

Menghilang selepas tragedi

Di tengah subuh buta

Air keras menghantam wajah penyidik KPK

Rusaklah sebelah bola mata


Dua tahun lebih tak diketahui

Tak ada petunjuk dan secuil bukti

Lenyap di belantara sunyi

Seperti sebuah drama

Dua orang lelaki ditangkap tiba-tiba

Selepas Presiden beri tengat waktu kali ketiga


Menangkap teroris rupanya lebih mudah

Dari menangkap kelinci-kelinci kecil si pemberi upah

Nyaris tanpa jejak dan petunjuk arah

Tapi alangkah celaka

Dua tahun lebih pencarian lamanya

Berakhir satu tahun saja vonis kurungan penjara


Jaksa telah mengetuk palu

Lagi-lagi nalar publik dibuat dungu

Lewat sederet pertimbangan lucu

Air keras mendarat di wajah tak sengaja

Bukan penganiayaan berat terencana

Akui perbuatan dan telah mengabdikan diri 10 tahun lamanya


Bila kejahatan seperti melodrama

Berujung putusan menohok logika

Keadilan semakin tiarap

Tersesat di jalan gelap


Novel Baswedan

Adalah satu dari sekian

Ironi tak berkesudahan

Betapa keadilan telah dipermalukan

Ditelanjangi paksa di tengah jalan kebenaran


Tangerang, 17 Juni 2020













Tak Ada Palestina


Tak ada idul fitri

Gelap datang terlalu dini

Cekam datang terlalu pagi

Roket roket melesat, meledak bertubi-tubi

Merampas suka cita di depan mata, lalu pergi


Tak ada hari raya

Setiap saat datang marabahaya

Setiap hari datang mayat dan air mata

Ribuan anak-anak, perempuan, dan balita

Syahid di tanah juang direnggut paksa

Dicuri perlahan lewat licik pemukiman dan propaganda

Lenyap dari warna peta dunia


Tak ada palestina

Tidak di hati yang gentar melawan angkara

Tidak di langkah yang mundur sebelum merdeka

Tidak di nyali yang runtuh

Sebelum damai kembali dalam rengkuh


Palestina adalah kita

Dalam luka dan cinta

Damai kemanusiaan hak segala bangsa


Tangerang, 20 Mei 2021

Salim Kancil Dimangsa Serigala Jagal


Ia dibunuh

Bukan karena membunuh

Namun ia menolak patuh

Pada penguasa segala angkuh

Tak rela penambangan merajah alamnya terancam lumpuh


Ia dihabisi

Bukan karena mencuri

Namun ia melawan segala teror bertubi

Dari gerombolan kacung penguasa geram

Yang datang membawa ancam

Memperingatkan esok ajalnya siap diterkam


Lalu di mana polisi?

Segala adu tak ditindaklanjuti

Perlindungan lebih tak jua segera diberi

Hingga ia tersungkur dipenggal mati

Di atas tanah yang dibelanya sendiri


Inilah negeri para penjagal

Tanah pertiwinya mudah dijual

Demi sesak isi perut dan kantong tebal

Meski harus menghabisi tubuh demi tubuh yang menghadang mencekal


Tangerang, September 2015

Meidi Chandra

*Lahir di Tangerang, 20 Mei 1985. Alumni Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah 2009 ini selain aktif menulis juga memiliki hobi bermain futsal dan membaca. Penulis pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif Lembaga Sastra Tinta IMM Ciputat 2007-2009.  Karya-karyanya pernah dimuat di jurnal LPP Insight, Buletin Jejak, Majalah Anugerah, Ta’dib Magz, Purakasastra. Karya-karyanya juga pernah dimuat dalam antologi tunggal Sajadah Cinta-Mu dan Luka Semesta, juga banyak menghiasi buku-buku antologi bersama penulis lainnya. Penulis dapat dibuhungi di : 0857-1703-5084 (WA), meidisangpenyair@gmail.com, juga FB: Meidi Chandra.


D:\Profilku\Me-1.jpg

Posting Komentar

0 Komentar