005

header ads

Kritik Sastra: PENYAIR ADALAH SEORANG PEMIKIR SEKALIGUS PERAMAL | Moh. Ghufron Cholid

TRENDING #1 PADA 3 JULI 2022 


PENYAIR ADALAH SEORANG PEMIKIR SEKALIGUS PERAMAL

| Moh. Ghufron Cholid

 Kali ini saya bertemu puisi yang trending di Negeri Kertas. Sebuah puisi yang ditulis oleh Aries Setyo Wibowo berjudul Dari Taman Seloka Kukirim bunga. Sebuah puisi yang dihadirkan dalam tiga bait yang dibuka dengan latar suasana dan ditutup dengan sebuah harapan yang penuh motivasi. Baiklah saya posting utuh puisi yang menjadi materi tulisan kali ini, agar kita juga bisa merasakan kehadiran puisi ini, mulai dari jarak terjauh sampai jarak terdekat sekalipun. 

DARI TAMAN SELOKA KUKIRIM BUNGA 


Mendung di matamu perempuanku

Menjadi ibu bagi hujan

Yang setiap waktu kauteteskan;

Demi anak-anak yang berlari

Mencari jalan hidupnya sendiri


Kaki-kaki kecilnya menapaki bumi sisa

Berpacu di jantung kota

Menyusuri nadi-nadi peristiwa;

Yang tak dimengerti maksudnya


Dari Taman Seloka kukirim bunga duka cita

Wanginya merantai meski tanpa rupa dan nama

Bacalah di alam mimpi

Sebab kemenangan selalu tersedia di sana;

Untuk siapa saja 

Tanpa harus bermahkota


Aris Setyo Wibowo

Tegal, 25 Juni 2022


Dari bait pertama, tampaknya Aries Setyo Widodo begitu cermat mengamati 8 rkuvhtxm5. 7 uv7.4t 7 h keadaan seseorang yang disebut sebagai perempuanku, ada siklus yang begitu beruntun yang dihadirkan untuk mengokohkan bangunan ide terhadap sosok yang disebut perempuanku berikut peran yang dimainkan. 


Barangkali Aries merasa tak cukup melukis sekilas perihal pengembaraan yang sedang mencari jati diri maka Ariespun menghadirkan bait kedua dengan menulis,


Kaki-kaki kecilnya menapaki bumi sisa

Berpacu di jantung kota

Menyusuri nadi-nadi peristiwa;

Yang tak dimengerti maksudnya


Dengan kata lain, seseorang yang dalam pencarian jati diri cendrung bertualang atau melakukan apa saja untuk menunjukkan eksistensi diri, yang terkadang tidak dimengerti maksud atau apa yang akan diterima, yang ada dalam benak yakni bergerak dan terus bergerak selama masih ada detak. Sebab semakin banyak perenungan akan semakin memelankan gerakan. 

Seorang penyair adalah seorang pemikir sekaligus peramal, barangkali inilah yang hendak ditegaskan oleh Aries Setyo Wibowo di bait terakhir puisi, Dari Taman Seloka kukirim bunga duka cita

Wanginya merantai meski tanpa rupa dan nama

Bacalah di alam mimpi

Sebab kemenangan selalu tersedia di sana;

Untuk siapa saja 

Tanpa harus bermahkota

Hal semacam ini bisa kita maklumi, mengingat sebuah keyakinan akan kebenaran mesti disampaikan apapun keadaan atau situasinya. Tiap diri hakikatnya berhak menjadi pemenang. Tak terjadi di kehidupan nyata barangkali akan terjadi di kehidupan yang lebih abadi kelak. 

Mengetahui kehidupan yang begitu rumit, mengetahui perjuangan mesti dimenangkan sampai titik darah penghabisan maka ketika sampai di titik paling putus asa maka sebuah motivasi sangat dibutuhkan. 

Bisa jadi yang disebut perempuanku dalam puisi ini, memang sosok yang sangat dikenalnya, bisa pula perempuan yang ditemui pada kebanyakan orang berjenis perempuan bahwa keberadaan perempuan dengan segala perannya mesti diperkenalkan berikut hal terumit yang bahkan luput dari pandangan perihal perempuan. 

Hakikatnya, Aries hendak menguatkan peran perempuan berikut mengungkap ada kalanya perempuan berada dalam titik yang tak bisa di terang jelaskan sehingga memerlukan sesuatu yang bisa menguatkan hatinya, perihal perjuangan yang telah dilakukan dan dikenalkan. Bahwa tak ada perjuangan sia-sia. Tak ada kemenangan yang tak dapat diraih dengan kata lain bahwa bila tak dapat memenangkan pertarungan di dunia ini lantaran kebenaran yang telah diperjuangkan. Akan ada saat kemenangan benar-benar didapat di kehidupan yang lebih abadi.

Barangkali puisi ini adalah bentuk perhatian dan keprihatinan seorang Aries Setyo Wibowo pada sosok perempuan juga sekelumit hidup yang dialami. Apapun itu, puisi telah ditulis dan pemikiran telah dilesatkan, tak ada pilihan lain selain menerima dan menguraikannya agar keberadaan puisi lebih bisa dirasakan khalayak. 


Paopale Daya, 3 Juli 2022


Biodata Penulis

Moh. Ghufron Cholid adalah nama pena Moh. Gufron, S.Sos.I, lahir di Bangkalan, 7 Januari 1986 M. Tamat SDN Blega 03 (1999), tamat SLTP Negeri 01 Blega (2002), alumni TMI Al-Amien Prenduan (2006), alumni IDIA PRENDUAN Fak. Dakwah Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Karya-karyanya tersiar di Mingguan Malaysia, Utusan Malaysia, Utusan Borneo, Mingguan Wanita Malaysia, New Sabah Time dll. Penerima Anugerah Kedua Hescom2015 Vlog dan Rubaiyat (5 Desember 2015) di Malaysia. Rumah Pondok Pesantren Al-Ittihad Junglorong Komis Kedungdung Sampang. Hp 087850742323 Email mohghufroncholid@gmail.com FB Moh. Ghufron Cholid


Posting Komentar

0 Komentar