005

header ads

Puisi : LAGU YANG TERLAHIR DARI ISAK TANGIS Oleh: Iis Singgih

 LAGU YANG TERLAHIR DARI ISAK TANGIS

Oleh: Iis Singgih


1/

Aku hening meresapi ayat-ayat Tuhan yang dilantunkan. Cemas datang tiba-tiba, tersuruk pada tingkap nyeri lalu kembali menemu sebaris kata sunyi. Doa terbaca lirih, akankah kutemukan titik pulang dari tenang yang terus berebut cahaya sabar. Tubuhku tumbuh membawa luka yang semakin lebar dan kebingungan pada hari esok. Siklus musim terus bergulir, angin seolah tak henti meniupkan embusannya: 


                  "dingin"

              "dingin sekali"


Sedang mimpi adalah segala hal kosong yang dapat terhapus kapan saja oleh tidur panjang sebelum terjaga.


2/

Bagaimana matahari dapat menjadi saksi atas perjalanan menuntun waktu? Jika menyambutnya saja sungguh sangat menakutkan. Dalam teduh hati kucari sandaran agar tak rapuh juga tak terus melangkah lengang pada sepi: tempat yang sering kusinggahi.


Di alir darah, geli gemeriming seperti ada semut berduyun-duyun lari, berebut sampai ke ujung-ujung jari dengan maksud yang dirahasiakan. Tubuh lunglai dalam kecemasan yang melelahkan. Doa tak putus-putus dideraskan sepanjang pembuluh nadi.

         "dengarlah!"

         "berhenti berlari"

         "berhenti berlari"

Lenguh berpacu dengan waktu mengusir risau sisakan rela senyum kepasrahan. 


3/

Malam adalah jendela kesunyian, aku sering bicara sayup pada bidadari yang kerap muncul dalam lamunan. Haruskah kupisahkan diri dari keluh kesah yang tersembunyi di hati. Pada senyap bias kata, akhirnya kebisuan tak lagi menjadi asing. Di hijau ladang ketabahan, sedih larut dalam bercak wajah kupu-kupu, memudar warna kulit seiring gulir detak waktu dalam duka.


"Apa benar, takdir selalu ingin orang yang dicintai-Nya menjadi pemenang?"


Aku herharap Tuhan terus menghibur dengan lagu yang terlahir dari isak tangis. Meski takdir begitu dingin. Di baris-baris terakhir perburuan nasib, aku terus dan terus mencari cinta untuk berbagi dunia yang istimewa..


Di bawah bayangan hitam 

hati memeluk erat luka

            "hanya cinta"

            "hanya cinta"

       "di ujung pengharapan"

“yang dapat menyempurnakan 

   warna pelangi kehidupan”


Lawang, 30 April 2022



:

Iis Singgih, lahir dan tinggal di kota Malang. Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi membaca, menulis dan berpuisi. Berproses dalam komunitas Kepul dan Competer Indonesia. Karya-Karyanya termuat di beberapa antologi, media cetak maupun media onlen. Bisa di hubungi di nomer WA 085604516933 atau di email iissinggih@gmail.com



Posting Komentar

0 Komentar