005

header ads

HPN Sulistyo

 

PESAN LARON-LARON

 

Kata sekawanan laron,  puisiku telah lama mati 

Tak ada lagi seribu bait puisi meneriakkan kelaparan saat sarapan pagi

Apakah aku pujangga dungu yang memintal kata demi kata dan membiarkan terbawa hujan lalu terlindas roda-roda pedati?

Apakah aku pujangga dungu yang kehabisan kata karena pena ini telah lama mengering kehilangan imaji?

 

Wahai laron-laron, ceritakan pada awan tentang harum bumi pagi ini, tentang riang bocah-bocah berlarian menjaring tawa bersama sayap-sayapmu yang genit mempermainkan tingkah mereka 

Mengepul asap kopi, kuseduh tanpa gula karena pemanisnya adalah senyum bidadari bergelayut manja di lengkung pelangi

dan bocah-bocah tetap berlarian menjaring sisa awan

sementara riuh dengkur tadi malam masih melekat di puntung rokok kretek 

Pasrah

Tergeletak lemas di asbak basah

 

Kata sekawanan laron, tak perlu lagi kutulis puisi

karena mereka telah beranak pinak menjadi bulir-bulir padi di hampatan sawah-sawah petani, menjadi ikan-ikan dalam jaring-jaring nelayan, menjadi rimbun flamboyan peneduh jalanan perkotaan, menjadi deburan ombak dalam biru lautan

 

Puisiku telah lama mati, kata sekawanan laron

tapi akan selalu abadi menari dalam tubuh matahari

 

Jakarta, 11 September 2020

 

*Laron-laron yang dimaksud dalam puisi adalah laron-laron yang muncul/keluar dari lubang tanah waktu pagi sesudah hujan malam hari. Bukan laron-laron yang mengerubuti lampu saat malam hari.

 

 -----------------------------------

Sulistyo 

LELAKI YANG TAK MENYUKAI NAMANYA SENDIRI

Lelaki yang tak pernah menyukai namanya sendiri
menjadi matahari saat terbit pagi
menjadi sebongkah batu besar yang membelah laju tongkang
menjelma pegunungan yang didaki para petualang
mekar seputih melati, mewangi di tubuh-tubuh bidadari

Lelaki yang tak pernah menyukai namanya sendiri
menyelinap di tubuh sintal kuning hijau pelangi
bersemayam dalam desah nafas surgawi

Lelaki yang tak pernah menyukai namanya sendiri
berkelindan dalam bait-bait puisi
tercecer dan hilang terbawa jejak kaki

Jakarta, 20.12.2020

 



Sulistyo

Lahir di Kudus 11 September. Tinggal di Jakarta. Berprofesi sebagai DJ. Karya puisinya terkumpul dalam beberapa antologi tunggal dan antologi bersama





 

Posting Komentar

0 Komentar