Puisi GURIT ASMARA RUCI

GURIT ASMARA RUCI

PETUNIA MERAH DI AMBANG MUSIM

dibayangi Omicron awal Februari tak begitu dingin

rupanya Frau Holle enggan menggoyang tempat tidurnya

hanya sesekali kibas tangannya menabur salju ke udara

kesibukan dua pembantunya sudah tak tampak nyata

cukup membuat tanda anomali di sana,

apakah yang terjadi?

gedung Klinikum Bremen Nord berwajah kaku dan kesepian

masih segar bayang-bayang tamannya bersaput kelabu

kudapati dirimu sedang menimbang sanggup degup detakmu

menyelesaikan sisa perjalanan yang sempat terlewatkan

“ada yang hilang. melangit itu rupanya jejak-jejak yang tersia.

tinggalkan luka aku duka!”

bulir salju meleleh dari sudut jendelamu, tidak wajar

“jika semesta sudah bekerja,

setiap yang menimpa raga bukan hal semena.

ada harga yang mesti dilunaskan dari gelincir lalai.”

kutangkupkan kata-kata hangat digigilmu, kaumengelak

hanya itu yang bisa kulakukan kepadamu, kumendesak

ke ruang serba putih, layar-layar monitor yang asing, kauberanjak

pipa kecil menelusup arteri merekadaya rentang hidupmu

gemuruh denyut pertarungan tak pernah kau bayangkan

bau kimia menusuk-nusuk hidung, cemas menyeruak

berlompatan dalam catatan rencana yang rapi, diacak

kau bergeming di antara doa dan ketakutanku

serasa aku berdiri di belahan bumi lain, memandangmu

sekilas senyummu tergurat di jendela kaca berembun

dua hendak ingin saling menyentuh jauh berjarak

“aku akan menyelesaikan semua

sampai musim kembali pada kesetiaannya

tabahlah berpijak, langit akan menghampiri bersama merahku!”

bisik janji kelopakmu

Tulungagung, 09 Februari 2022

Gurit Asmara Ruci lahir tanggal 09 Juli di Tulungagung. Pecinta sastra, teater dan musik keroncong ini puisinya tergabung dalam antologi puisi berbagai komunitas sastra Facebook antara lain; antologi puisi ke 11 grup Komunitas Dari Negeri Poci dan Komunitas Radja Ketjil “Khatulistiwa”, 100 besar puisi terpilih lomba cipta puisi yayasan Hari Puisi Indonesia “Jejak Puisi Digital”. Email guritruci0907@yahoo.com. HP 089667858723