005

header ads

PUISI MINTARSIH MIMIN

 PUISI MINTARSIH MIMIN

PUISI  1

SETIAP  TAK INGIN KUINGAT NAMA JALAN ITU


Setiap tak ingin kuingat nama jalan itu jeans belel biru merayu lagi

mata letihku terbang ke awan dan asap cerutu menghitamkan manuskrip.

di remang pojok sofa; kini tak lagi mengecap telur dadar dan  mangga. 

melunasi hidup pada angin yang sungsang, pada bait-bait yang belum usai


kelok jalan itu jurang , tapi tetap menawarkan keindahan dan setiap tak ingin 

kuingat nama jalan itu aku dipinang, melingkarlah cincin berlian di jari manis,

siapa tak tergoda?  orang-orang tak mencatat kabar bahagia,

” inilah sayur tawar tanpa garam itu!”


jalan itu sarat propaganda, iklan-iklan digadaikan meskipun dengan harga

dibanting. Oh, sungguh malang, penari memainkan irama lunglai. Aku luka

aroma khas bajigur barat. tangan-tangan terlanjur kaku, mata dihimpit debu seribu 


setiap tak ingin kuingat nama jalan itu, debu-debu kian beterbangan

angin laut lepas juga batu-batu Kotaagung dingin mengabari sanubariku 

meredam kabut agar larut pada deras airnya sebab aku ingin segera pulang


tentang nama jalan itu biarlah pada nada fals. Aku ingin benar-benar pulang


Tubaba Lampung, Juni 2020

Posting Komentar

0 Komentar