Dongeng Sebelum Tidur
Didalam kegelapan mimpiku yang paling dalam aku seperti
mendengar suara seseorang yang terus
memanggil namaku.
Ki... yuki
Siapa... siapa di sana, apakah ada orang
disana
Aku menginjakan kaki bingung dimana aku.
Aku menatap ke sekeliling, tidak ada apapun disini selain rerumputan setinggi
mata kaki, yang bergoyang tertiup angin sejauh mata memandang. Di langit bulan
purnama nampak sempurna, Mendominasi
langit malam tanpa bintang
Yuki
Terdengar suara seorang laki-laki
memanggil namaku, ada nada kesedihan yang tidak ku sukai. Membua ku ingin
segera menemuinya.
Yuki
Aku disini. menunggumu
Aku berjalan melangkahkan kaki sambil
menatap ke sekelilingku untuk mencari sosok lelaki yang terus memanggil namaku.
Entah kenapa, aku merasa sangat merindukan suara itu. Angin berhembus sangat
kencang menerpa, membuatku menggigil, bau lembab yang terbawa begitu terasa
dihidung, sementara suara itu terus memanggilku, suara yang serat akan
kesedihan.
Harusnya aku takut, bagaimaana bisa ada
suara tanpa ada sosok yang nyata, yang ada disekitarku hanyalah rumput ilalang
yang terus bergoyang diterpa hembusan angin, aku tidak menemukan apapun atau siapapun. Sejauh aku berjalan,
pemandangan ditempatku tetap saja sama.
Aku memang hanya berputar-putar disatu
tempat. Namun seperti yang terlintas, aku tidak merasa takut sama sekali yang
aku fokuskan hanyalah suara yang terus memanggilku.
Tiba-tiba terasa getaran dibawah kakiku.
Mulanya pelan, namun semakin lama semakin kencang. Aku menunduk untuk
memperhatikan apa yang telah terjadi. Entah dari mana muncul simbol aneh yang
bersinar, berputar ringan berwarna biru es. Simbol itu berbentuk lingkaran,
memutariku sedemikian rupa, menjadikanku pusat dari lingkaran tersebu.
Apa ini.
Getaran dibawahku semakin
hebat, aku terjatuh tersungkur.
“Aduh”
Aku meringis saat merasa siku
tanganku tergores, sementara itu, aku mulai menyadari bahwa suara yang
memanggil-manggi namaku itu menghilang entah kemana. Aku mulai panik, ku tatap
kesekeliling berharap ada seseorang yang menolongku. Kemudian dari atas langit
aku kembali mendapati suara yang
menggelegar, tapi kali ini yang ku dengar suara laki-laki lain berbeda dari
yang tadi. Lebih mengintimidasi dan tidak terbantahkan.
“Kau yang terpilih”
Simbol dibawah kakiku mulai naik keatas,
melesat cepat ke atas langit, berputar ringan dan berkumpul disatu titik. Lalu
dengan kecepatan super kilat kembali turun tepat diatas kepalaku, aku
memejamkan mata ketakutan.
TtttiiiidaaaakkkKKK
SraaaakkkkKKK
Aku mengerjap, memincingkan mata saat cahaya matahari
langsung menerpa mataku dari cendela yang dibuka. Bibi Shera berdiri dibalik
bayangan cahaya matahari yang masuk, menatapku sambil berkacak pinggang.
“sudah jam segini, kau mau tidur sampai kapan,
dasar pemalas, ayo bangun”
Aku bangun. Suara jam beker yang
memekakan telinga terdengar diatas kepalaku. Dengan malas aku mengambilnya.
“Astaga, jam ini sudah bunyi dari sepuluh
menit yang lalu”
Padahal biasanya aku langsung bagun
begitu mendengar suara beker berdering.
“Semalam kau tidur jam berapa, apa kau
lupa besok pagi kau harus sekolah”
hardik bibi sera padaku.
“Pagi bibi shera” kataku sambil nyengir
manja
“cepat bangun, kau bisa terlambat”
“aku tahu”
Aku bangun dari tempat tidur. Badanku terasa
sakit semua. Seperti jika kita baru melakukan perjalanan jauh. Aku menatap ke
cermin besar dilemari pakaian, aku terlihat jelas dicermin, wajahku nampak
kacau sekali.
“apa kau sakit yuki”
Tanya bibi shera sambil merapikan tempat
tidurku. Aku menggeleng kepala mengisyaratkan aku baik-baik saja.
“aku
mimpi aneh bibi”
“Siapa suruh kau membaca buku-buku horor
seperti ini”
Bibi shera menunjuk tumpukan buku
disamping tempat tidurku.
“Aku tidak bermimpi hantu kok, bi”
Aku menyambar handuk yang tergantung rapi
disamping lemari pakaianku dan mengambil perlengkapan mandi, berjalan keluar
kamar, menuju kamar mandi. Aku membasuh badanku dengan air dingin untuk
memulihkan kembali pikiranku yang kacau.
Aku bergegas berpakaian saat melihat
jarum jam sudah menunjukan pukul enam pagi. Jika tidak secepat kilat aku bisa
terlambat sekolah. Dengan terburu-buru aku memakai baju seragamku. Tempat
tidurku sudah rapi oleh bibi shera. Bibi juga mempersiapkan perlengkapan
sekolahku, setelah siap aku turun, langsung menuju meja makan. Phil-suami bibi
shera sudah duduk disana sementara bibi shera sedang menuangkan kopi untuknya.
“ pagi phil” sapaku ceria. Aku mencium
pipi phil lalu duduk di kursi
“ pagi my sweethaert”
Aku nyengir. Ku ambil Roti dalam piring
dan langsung aku makan dalam sekali suap
“kau bisa tersedak jika kau seperti itu
yuki”
Ujar phil saat melihat caraku makan.
Aku mengambil segelas susu dan langsung
meminumnya, membantu melegakan tenggorokanku yang tersumbat oleh tumpukan roti
yang barusan aku paksa masuk ke
dalamnya.
“maaf
phil” Ujarku menyesal
“Aku akan terlambat sekolah jika lebih
lama berada disini”
Aku
bangun dari tempat dudukku sembari menyambar kotak bekal, yang sudah bibi shera siapkan untuku. Kembali aku
mencium pipi phil dan bibi shera manja.
Aku berangkat..
Aku berlari menuju pintu keluar, namun
langkahku seketika tersentak terhenti saat melewati pintu yang menghubungkan
dengan sebuah ruangan yang baik mama maupun bibi shera melarangku untuk
memasukinya tanpa Izin. Aku merasa ada sesuatu yang menarikku untuk masuk, tapi
aku berusaha menepis perasaan itu. Aku langsung berlari keluar rumah mengejar
bus yang akan membawaku ke sekolah.
Namaku adalah Yuki Hayrandrami
Olwherendho Umur 15 tahun, baru masuk kelas satu SMA. Aku mempunyai banyak
teman, senang jalan-jalan dan sekarang aktif di club dance modern. Aku ingin
menjadi Aktris seperti mamaku yang merupakan bintang film terkenal sampai ke
Eropa. Kata orang, aku sangat mirip dengan mamaku. Namun aku tidak merasa
begitu. Mamaku memiliki warna kulit putih cerah, kontras dengan rambut hitamnya
yang jatuh lurus panjang sampai kepinggang, sangat cantik dan fasionable.
Sementara aku, kulitku berwarna kuning lansat dengan rambut bergelombang yang
baru aku potong pendek sebahu berwarna coklat tanah. Menurutku satu-satunya
yang kuwarisi dari mama adalah mataku yang besar seperti mata bambi dibingkai
bulu mata yang lentik. Aku paling menyukai mataku, dia adalah bagian tubuh yang
menjadi kebangganku, tubuhku pendek dan mungil, aku lebih terlihat seperti gadis berusia 12 tahun
ketimbang 15 tahun.
Mamaku meninggal saat usiaku 14 tahun
karena kecelakaan lalu lintas, dan ayahku, kata mama dan bibi shera, ayah sudah
meninggal sejak aku masih kecil. Karena itu aku tidak pernah melihat atau
bahkan mengenal sosok ayah. Aku juga tidak berani menanyakan perihal ayah pada
mama, karena mama selalu terlihat sedih jika aku menyinggung tentang ayah.
Aku sudah tidak punya keluarga lagi didunia
ini, hanya bibi shera yang merupakan teman baik mama dan suaminya yang
menjagaku dan memberiku cinta, membuatku nyaman dan terasa terlindungi.
“yuki, kau mau ikut acara karaoke bareng
sepulang sekolah nanti” Tanya Reya teman sekelasku antusias.
Aku menutup buku yang ku baca, saat ini jam
pelajaran kosong, kelas sangat rame. Aku memilih duduk dibangku sambil membaca
buku yang baruku beli kemarin.
Siapa aja yang ikutan..?
“anak club basket, kau mau ikut kan”
Reya setengah berharap, aku menghela
nafas panjang, jika anak club basket ikut kemungkinan besar Nando terlibat
didalamnya.
Vernando Meyzicco Earnandes. Dia adalah
temanku dari SMP, yang begitu aku kenalkan ke mama langsung ditolak
mentah-mentah oleh mama. Tampaknya mama tidak menginginkan aku berhubungan
lebih dari seorang teman pada lawan jenis saat itu. Arti sempurna dimata mama
berbeda denganku, aku pernah cekcok dengan mama tentang hal ini. aku tidak
mengerti apa alasan mama menolak Nando,
cowok pintar, anak pengusaha sukses, segudang prestasi akademik, jago main
musik, jago main basket, murid kesayangan guru-guru, soal tampang tentu saja
tidak diragukan, banyak cewek-cewek merebutkan Nando.
Sepertinya Nando bukan tipekal cowok yang
mudah menyerah untuk meyakinkan mama, dia masih saja mencari celah untuk
meluluhkan hati mama agar kedekatannya denganku di restui.
“maaf aku tidak bisa ikut karaoke Reya”
Aku menghela nafas menyesal. Kutunjukan pesan
dari bibi shera yang baru saya tiba di handphone ku, menyuruhku segera pulang
“aku disuruh pulang cepat reya”.
“Ooohhh, oke lain waktu saja ya”
“iya, maaf ya”
Bibi shera sekali lagi mengirimi aku
pesan, menyuruhku untuk izin pulang lebih awal. Aku bangun dari tempat duduk merapikan
buku-buku ku, memasukannya kedalam tas, dan keluar kelas menuju ke ruang guru
piket utuk memint izin pulang.
Bibi shera menanggis saat aku datang,
phil sedang memeluknya berusaha menenangkan. Aku melirik jam dinding di ruang
tamu. Tidak biasanya phil berada di rumah jam segini. Perasaanku jadi tidak
enak.
“Ada apa,
Kenapa kalian menangis, apa sesuatu telah terjadi”
“Bibi ada apa”
Bibi shera bangun, menatapku dengan
pandangan berlinang air mata, kemudian dia menghampiriku, memelukku erat sampai
aku merasa sesak untuk bernafas.
“Yuki” phil menyusul, menatap bibi shera
berusaha menenangkan.
“apa yang terjadi bibi, kenapa menangis”
Kataku bingung. Phil menatapku dengan
pandangan sedih. Phil ikut memelukku
“phil”
Aku prustasi melihat mereka bersikap aneh
seperti ini, bibi shera mengusap air matanya.
Sudah saatnya kau harus tau kenyataan
yang sebenarnya. Aku ditarik bibi shera menuju ke salah satu tempat yang tidak
boleh aku masuki sebelumnya. Dengan masih dilanda sikap kebingungan aku berjalan mengikuti bibi shera. Bibi shera
membawaku ke ruangan terlarang. Aku semakin tidak mengerti, di depan pintu
terdapat simbol aneh yang aku rasa begitu famyliar oleh penglihatanku,
terpancar sinar berwarna biru es. Baru aku sadari bahwa simbol itu sama persis,
seperti yang ada di dalam mimpiku semalam.
Udara dingin berhembus dari dalam ruangan
ketika pintu dibuka. Aku bergidik. Dari mana angin itu berasal, padahal
diruangan ini tidak ada celah atau pendingin ruangan sama sekali.
Apa ini..
Kataku terkejut. Disepanjang dinding dan
lantai ruangan dikelilingi cermin, atapnya terdapat symbol yang bergerak-gerak,
kemudian ditengah ruangan terdapat patung seorang lelaki, dengan rambut dan
jenggot yang panjang menjuntai dibiarkan tergerai, tangannya mengadah seolah
memberi restu. Didalam cermin tidak ada bayangan kami. Hanya ada bayangan
patung lelaki itu.
“Ini adalah ruangan penghubung yang
menghubungkan dunia ini dengan dunia kita”
Ujar bibi shera lirih. Aku menatap bibi
shera bingung. Apa maksudnya.
“yuki, apa kau masih ingat cerita yang sering ibumu
ceritakan saat kau masih kecil”
Aku mengangguk. Masih dilanda sikap
kebingungan.
“Tentu saja aku ingat”
Itu cerita kisah seorang putri yang
diceritakan mama sebagai dongeng pengantar tidurku. Begitu seringnya mama
cerita sampai aku hafal.
Cerita seorang putri dari kerajaan yang
jauh. Putri itu hidup sebatang kara kedua orang tuanya sudah lama meninggal
dunia. Putri itu hanya mempunyai sahabat seorang pangeran keduanya bersahabat
dari kecil sampai mereka dewasa, persahabatan mereka terus terjalin. Sampai
suatu ketika keduanya saling jatuh hati. Putri dan pangeran berjanji akan terus
bersama sampai maut yang memisahkan mereka. Namun, pangeran harus pergi karena
suatu tugas yang tidak bisa dilanggar. Pangeran itu meninggalkan putri dan
menikah dengan gadis lain. Sang putri yang patah hati. Pergi, Lalu seiring
berjalannya waktu putri itu menemukan pangeran lain, yang mencintai putri dan
berhasil menyembuhkan luka hati sang putri. Lama kelamaan putri jatuh cinta
pada pangeran itu. Dan keduanya memutuskan menikah. Namun, kebahagiaan mereka
tidak berlangsung lama, sang pangeran yang dulu meninggalkan putri tidak ingin
melihat putri dimiliki orang lain. Pangeran itu memaksa sang putri untuk
kembali padanya. Tapi sang putri menolak. Dan kemudian, pangeran yang ditolak
itu merencanakan niatan jahat untuk memisahkan putri dan suaminya. Pangeran itu
membuat fitnah yang membuat putri itu dibuang ke dunia lain. Suami putri
berjanji akan selalu menunggu kembali dan berusaha untuk membuktikan bahwa
putri itu tidak bersalah.
Cerita yang mengharukan. Cara mama
menceritakannya padaku. Seolah mama sendiri yang mengalaminya. Aku selalu
terhanyut jika mama mendongi aku tentang kisah itu.
“Itu adalah cerita
tentang ibumu yuki”
Aku langsung mendongak Kaget.
“kita bukan manusia yang berasal dari dunia
ini yuki, Kita berasal dari dunia yang berbeda Dimensi dengan dunia ini”
Dulu saat ibumu mengandungmu, ibumu diasingkan
kedunia ini karena tuduhan fitnah yang sebenarnya sama sekali tidak pernah
dilakukannya. Dan ayahmu masih hidup. Ayahmu belum mati. Dia sudah berhasil
membuktikan jika ibumu tidak bersalah. Tapi sekarang ibumu sudah tidak ada.
Maka kerajaan memutuskan kau boleh kembali kedunia itu.
“bibi sedang bercanda kan”
Ujarku mempertanyakan kewarasan bibi
shera. Bibi shera mencengkram bahuku kuat. Menatapku dengan pandangan mendesak
agar aku mempercayai cerita konyolnya.
“apa yang aku ceritakan benar adanya”
“Aku adalah pelayan putri Raynszah”
Kau bisa kembali kedunia itu lagi yuki.
Kau bisa tinggal bersama ayahmu. Tapi maaf, bibi tidak bisa ikut bersamamu,
bibi sudah menemukan seseorang yang berarti disini. Ujar bibi shera sambil
melirik kearah phil.
“Aku tidak mau mempercayai cerita bibi,
dan aku tidak mau kembali kedunia yang sudah membuang mamaku, memisahkan mamaku
dengan keluarganya”
Tidakkkk
Aku menatap bibi shera dengan pandangan
tegas.
“Andai apa yang bibi ceritakan benar, aku juga tidak mau kembali kedunia
itu“ isakku pada bibi shera.
Bibi shera menatap ku dengan ekpresi
menyerah. Dia menunduk pasrah, berlutut didepanku dengan sikap hormat. Bahunya
terlihat gemetar. Phil berusaha menegarkannya.
“saya Shera Madza, pelayan pribadi putri
Raynsyah Hayrandrami Rizuka Olheri” Bibi
shera memberi Hormat pada seorang pemuda.
Aku berbalik memutar badan, tersentak
mendapati ada seorang lelaki jangkung, berusia sekitar awal 20an, bertubuh
kekar, entah dari mana datangnya, tiba-tiba dia sudah berdiri di sampingku.
Penampilannya tampak mewah dan elegan, dengan baju ala kerajaan jaman dulu,
rambutnya berwarna hitam kebiruan, dengan mata biru es yang dingin, seolah
menggambarkan dia bisa membunuh orang dengan hanya memandanginya saja, pemuda
itu seketika mencekal tanganku kuat. Aku berusaha memberontak untuk membebaskan
diri. Tapi tenaganya terlalu kuat mencengkramku.
“ Lepaskan aku..”
“aku datang untuk membawamu pulang”
“tidak mau. Lepaskan aku, bibi tolong
aku”
\ Sebuah pusaran oval berwarna putih,
setinggi 2 meter seketika muncul dari belakang pemuda itu. Aku terus
memberontak saat tubuhku ditarik memasuki pusaran itu. Rasanya seperti
menerobos masuk kedalam timbunan jelly yang besar. Aku merasakan mual kepalaku
terasa pusing. Kesadaranku mulai melemah. Hal yang terakhir aku lihat sebelum aku
akhirnya pinsan hanya bibi shera yang terlihat menangis.
Ayah
Aku merasakan ada sesuatu yang dingin diusapkan diwajahku.
Rasanya dingin dan nyaman. Perlahan kesadaranku mulai timbul. Terdengar
suara citcuit kicauan burung bersautan
sangat merdu, tak jauh dari tempatku di baringkan. Udara berhembus, dingin tapi
menyejukan. Seseorang membakar aroma teraphy dengan wangi apel. Membuat
perasaanku nyaman. Saat aku membuka mata, hal yang pertama kali aku lihat
adalah tiang yang menjulang tinggi mengelilingi tempat tidurku dipadukan dengan
kain sutera halus berwarna ungu pastel yang lembut. Aku mencoba bangun, tapi
kepalaku terasa pusing.
“sudah bangun”
Aku berpaling. Seorang lelaki berbadan
tegap walau usianya sudah tidak muda lagi, mungkin sekitar 50 tahun. Rambutnya
mulai ditumbuhi uban. Tapi aku masih bisa melihat dengan jelas aura ketampanan
di wajahnya saat masih muda dulu. Lelaki itu berdiri disamping tempat tidurku
dengan sikap penuh kehati-hatian, sepertinya dia tidak ingin membuatku merasa takut.
“bagaimana keadaanmu” tanyanya lagi.
Aku memegang kepalaku. Pusingnya semakin
menjadi. Rasanya kepalaku berdenyut. Lelaki itu menyodorkan air dalam gelas
yang terbuat dari besi tang mewah.
“minumlah”
Aku menatap orang itu ragu.
“jangan takut aku tidak akan menyakitimu”
Dengan ragu aku mengambil gelas itu dan
melongokan wajahku didalam gelas untuk melihat isinya. tidak berbau dan juga
tidak berwarna, hanya air putih biasa. Aku langsung meminumnya. Kemudian hal
aneh terjadi. Rasa pusing yang melanda kepalaku hilang dalam sekejap.
“bagaimana”
Tanyanya cemas melihatku terdiam. Aku
mengerjap, menatapnya dengan sikap tak percaya. Suara lelaki didepanku ini
terasa famyliar. Suara yang muncul di dalam mimpiku. Suara yang memnaggil namaku
dengan nada kesedihan itu.
“aku baik-baik saja”
Aku menyerahkan gelas yang sudah kosong
ditanganku padanya.
“terimakasih kepalaku terasa lebih baik”
“syukurlah, sepertinya ramuan yang
dibrikan pendeta Serfa berhasil”
“dimana aku..”
Aku menatap kesekeliling. Aku berada
disebuah kamar yang sangat luas dan mewah. Tempat tidurnya besar dan empuk,
interiornya berwarna emas mengkilap, seprainya berwarna merah dipadu dengan
sulaman benang berwarna emas. Disebelah timur dari tempat tidur ada pintu yang
menuju kebalkon, cendela besar terbuat dari kaca memper jelas pemandangan taman
yang indah diluar, lalu disisi kiri ada meja rias lengkap dengan lemari kecil
didekatnya. Aku melihat dua pintu di sisi lain ruangan ini yang menghubungkan
dengan apapun didalamnya. Lampu kristal yang tersusun sampai menyentuh lantai
bersinar, seolah merupakan air terjun yang berasal dari atap.
“ini adalah kamarmu, bagaimana apa kau
suka”
Aku terkejut, mendengarkan perkataan
orang itu. Apa aku tidak salah dengar kamar mewah seluas ini adalah kamarku.
Aku cubit kulitku, terasa sakit, memastikan jika aku tidak sedang bermimpi.
“bagaimana bisa, ini menjadi kamarku”
“aku mendisainya dengan warna ungu pastel
dan emas, lalu di dua pintu itu...?“
Lelaki itu menunjuk ke arah pintu yang
berada diruangan ini dengan sikap tenang, yang kanan adalah kamar mandi dan
yang kiri adalah ruang berpakaian kau bisa memilih baju yang ingin kau kenakan
sesuka hati diruangan itu. Aku juga sudah membelikan semua kebutuhanmu, tapi
kalau masih kurang atau tidak sesuai dengan seleramu katakan saja.
Aku menatap lelaki it, Ada aku didalam
dirinya, warna rambut dan kekikukannya saat menghadapi seseorang yang baru
dikenal
“Apa kau ayahku”
Orang itu diam. Hening beberapa saat.
Lalu dia memelukku, Erat.
“Iya putriku sayang”
Aku merasakan bahunya bergetar.
“Maafkan ayah baru bisa membawamu pulang
sekarang. Ayah sangat menyanyangimu. Maafkan ayah sudah membiarkan kamu dan
ibumu menderita. Tapi ayah janji mulai sekarang ayah akan menjagamu. Ayah akan
melindungi kamu. Kita akan hidup bersama”
Begitu mendengar penjelasannya, air
mataku menetes. Aku kira seumur hidupku benar-benar tidak akan pernah memiliki
seorang ayah lagi didunia ini. Aku tidak akan pernah merasakan kasih sayang
dari seorang ayah. Aku selalu merindukan kehadiran sosok seorang ayah, aku
selalu bertanya pada diriku sendiri, bercengkrama membayangan seprti apa sosok
ayahku yang sebenarmya. Namun kini berasa mimpi, seolah anganku selama ini
dikabulkan. Orang yang bersamaku saat ini memanggil ku dengan sebutan putrinya.
Aku tidak bisa meluapkan kebahagianku, akhirnya aku bisa bertemu dengan
seseorang yang selalu aku nantikan kehadirannya dalam doaku. Aku bahagia
bertemu dengannya.
“Ayah aku bahagia bertemu denganmu saat
ini”
“ayah juga bahagia bertemu dngan kamu
sayang”
“Yuki putriku”
Bisik ayah dengan suaranya gemetar. Lama
kami berpelukan melepas rasa rindu setelah bertahun-tahun terpisah. Ayah
melepaskan pelukannya. Beralih menatapku masih penuh rasa kerinduan.
“kau sangat mirip dengan ibumu, Cantik sekali.
“ayah” aku menunduk malu
“Apa
kamu mau tinggal bersama ayah”
“Iya,
tentu saja aku mau tinggal bersama ayah”
Tapi,
ayah tidak bisakah kita tinggal di duniaku sana bersama bibi shera dan phil.
Ayah diam sesaat. kemudian mengatakan sesuatu
setelah terdiam cukup lama
"Kau tidak mau tinggal bersamaku
disini yuki”
Aku merasa bersalah saat ayah mengucapkan
kalimat itu dengan nada sedih, ingin rasanya aku menarik ulur kata-kataku tadi.
Bodoh sekali diriku ini.
“bukan begitu ayah, aku hanya
tidak ingin kembali kedunia yang telah
membuang mama” bisik ku keluh.
“Tidak yuki”
Kesalahan terbesarku membiarkan ibumu pergi,
tinggal di dunia asing itu. Aku menyesalinya. Dan sekarang aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama dengan
membiarkan mu pergi dari sini.
“tapi aku punya kehidupan disana ayah”
Aku berusaha menyakinkan ayah. Ayah
berdiri menatapku dengan pandangan terluka bercampur marah yang tidak bisa
diungkapkan atas perkataanku.
“kau akan tinggal disini, bersama ayah”
Setelah berkata seperti itu ayah keluar
meninggalkan aku sendiri dikamar ini. Pintu ditutupnya dengan kencang. Aku
menyusupkan wajahku ke lutut, merasa bersalah. Tidak seharusnya aku berkata
seperti itu pada ayah, terlebih kami baru bertemu setelah sekian lama berpisah.
Tapi aku juga tidak mau memaksakan diri untuk tinggal didunia Asing ini.
Entah berapa lama aku melamun, ketika
terdengar suara ketukan pintu aku mulai tersadar dari lamunanku. Seorang gadis
berkulit sawo matang dengan rambut dikepang kebelakang. Memasuki kamar
”Permisi putri yuki”
Perkenalkan nama saya Rena Zurent, mulai
sekarang saya akan menjadi pelayan dan pengawal pribadi putri yuki. Saya akan
menjaga dan merawat putri dengan baik. Ujar gadis itu sembari berlutut memberi
hormat. Aku langsung bangun dengan panik.
“tidak usah seperti itu, apa-apaan kamu”
Gerutuku menghampirinya Aku ini bukan putri
seperti yang kamu maksud.
“anda adalah putri dari Perdana Mentri
Olwhrendho”
Jika saya berlaku tidak sopan pada putri.
Saya bisa dihukum.
“aku hanya gadis biasa,
jangan seperti itu” aku mulai gusar. Bangunlah.
“saya sudah mempersipkan pakaian dan
perlengkapan mandi untuk putri. Mari saya bantu” ujar rena saat dia bangun, masih dengan sikap sopan.
Aku mendesah. Mungkin memang aku harus
menyegarkan pikiranku dengan guyuran air
. “baiklah kau bisa membantuku kali ini,
aku memang sudah tidak tahan dengan semua ini, aku butuh sesuatu yang membuatku
merasa lebih baik”
Rena tersenyum padaku, membantuku menitah
sampai dikamar mandi.
Sambil membantuku mandi, rena banyak
menceritakan soal dunia ini. Dunia Gonverst, dunia yang berbeda dimensi dengan
dunia yang aku tinggali, secara keseluruhan dunia ini sama dengan duniaku sana,
hanya saja didunia ini sihir dan suasana kerajaan masih begitu erat. Di dunia
ini juga memiliki Negara besar maupun
Negara kecil. Negara yang paling besar adalah Negara Argueda, ada juga negara
lain Garduete, Romawa dan Raysamsyah. Dari keempat Negara itu yang paling kuat
dan maju adalah Negara Argueda dan Garduete. Namun hubungan keduanya sering
kali tidak baik, dan bahkan banyak Negara lain yang berusha memenfaatkan
situasi untuk membuat kedua Negara adijaya itu hancur.
Negara Argueda sendiri adalah Negara
dimana aku berada saat ini. Memiliki empat musim, panas gugur semi dan dingin.
Penghasil perak dan berlian terbesar didunia. Dan menyembah Dewa Helmerts,
sekarang Negara ini dipimpin oleh Raja Juzes Randha. Aku sangat terkejut saat mengetahui
cerita rena ternyata Raja yang memimin Negara ini memiliki 4 orang istri, 6
kekasih, 2 simpanan, dan 13 dayang-dayang. Menurut rena didunia ini sikap
seorang raja seperti itu hal yang wajar. Namun, aku bersyukur karena ayah sama
sekali tidak memiliki wanita lain selain mama. Ayah selalu menolak wanita yang
dihadiahkan untuknya, bagi ayah mama adalah segalanya dan tidak akan pernah
tergantikan oleh perempuan lain.
Namun walaupun kuat, sebenarnya Negara
ini dilanda kecemasan, karena calon penerus Tahta yang sah adalah anak dari
Ratu yang dipilih Dewa. Dlam hal ini, Ratu meninggal dunia sesaat setelah
melahirkan seorang pangeran. Yang berarti Negara ini hanya memiliki
seorang pangeran tunggal pewaris tahta
kerajaan. Selain itu, ada peraturan aneh lagi yang membuatku tak habis fikir,
calon ratu dari sang pangeran pewaris tahta itu adalah perempuan yang
ditentukan oleh Dewa. Jadi pangeran tidak bisa memilih perempuan sesuka hati
untuk menjdi calon ratunya. Pangeran itu harus bisa membuat calon ratu mencintainya
denga setulus hati. Jika melanggar maka kerajaan akan dilanda kehancuran, namun
banyak juga pangeran di Negara lain yang tidak berhasil menemukan ratunya
sehingga pangeran itu harus di hukum mati. Kejam sekali...!
Kamar mandi diruangan ini, cukup untuk
merendam sepuluh orang sekaligus sangat luas, tapi itu tidak seberapa ketika
aku melihat ruang ganti berpakaian, aku tercengang mendapati seluruh isi
diruangan ini, penuh dengan gaun-gaun cantik yang tergantung rapi. Ada juga
tas, sepatu, topi, dan perhiasan mahal. Ruangan ini bagaikan mall sangat
komplit, semuanya tidak mungkin bisa aku kenakan dalam waktu satu sampai dua
tahun mendatang saking banyaknya.
Aku sempat berdebat dengan rena saat dia
memaksaku untuk mengenakan banyak perhiasan dan berdandan ala putri dunia ini.
Dan akhirnya setelah perdebatan yang panjang, kami memperoleh keputusan. Aku
mau didandani dengan banyak perhiasan ala putri dunia ini, jika sedang
menghadiri acara resmi saja. Untuk saat ini, Akhirnya aku memilih gaun tersusun
yang akan aku kenakan. berwarna hijau daun dihiasi renda lengkap dengan
pita kecil yang mempercantik penampilan,
lalu aku juga mengenakan sepatu yang senada. Rena membantu menata rambutku, aku
mengoleskan makeup tipis. Aku tampak berbeda hari ini. Rasanya baju dan sepatu
yang kukenakan, membuatku menjadi sosok yang lain. Atau hanya perasaanku saja.
“sebentar lagi jam makan malam putri.
Tadi perdana mentri sudah meminta juru masak untuk membuatkan masakan istimewa
sebagai tanda penyambutan putri yuki datang di negara ini”
“oh yaa” kataku masih tak percaya
Suasana hatiku sedang sangat buruk.
Memikirkan nasipku tidak bisa kembali dalam kehidupanku, memikirkannya
membuatku merana.
“tapi perdana menteri terlihat aneh saat
saya berpas-pasan dengannya tadi, beliau tampak sedih. Padahal kemarin-kemarin
saat kerajaan memutuskan bahwa putri Raynszah tidak bersalah dan beliau dapat
membawa putri yuki kesini. Beliau sangat senang”
Aku terdiam. Ayah pasti sedih karena aku.
Aku sudah mengatakan hal yang jahat padanya. Padahal ayah sudah berusaha keras
untuk membawaku kembali.
“Rena bisakah aku menemui ayah“ Tanyaku berhati-hati
Apapun penyebab kesedihan ayah itu karena aku.
Rena tersenyum, ada lesung pipi dikedua simpul pipinya saat dia tertawa
”tentu saja putri” mari saya antarkan
Aku dibawa menuju ruang kerja ayah.
Istana ayah ini luas. Ayah bekerja sebagai perdana menteri di kerajaan ini. Aku
jadi ingat bagiamana ayah bisa membelikanku banyak barang mewah, tapi bukan
berarti aku menyukainya. Ayah tidak perlu memboroskan uangnya untuk
membelikanku barang sebanyak itu.
Aku berdiri didepan pintu, ragu sejenak,
rena sudah beranjak pergi meningglkanku, rena memberikanku kesempatan untuk
menemui ayah sendiri, semantara itu rena lebih memilih membantu koki
mempersiapkan makan malam.
Tok tok tokkkk...tokk
Aku mengetuk pintu. Terdengar
suara ayah dari dalam ruangan kerja.
“siapa”
“ini aku ayah, Yuki. Boleh aku masuk”
Terdengar
langkah kaki mendekat, ayah membuka pintu. Wajahnya masih terlihat sedih
”kau cantik sekali” pujinya membuatku
tersipu
”mirip sekali dengan ibumu”
“aku tidak secantik mama ayah”
“ahh siapa bilang, kau sangat mirip
dengannya”
Aku masuk, mengikuti langkah ayah.
Ruangan kerja ayah penuh berisi buku.
“ayah, panggilku pelan”
“ya”
“maafkan aku ya”
Aku tidak bermaksud membuat ayah beredih. Aku
tau ayah sudah berusaha keras untuk membuktikan pada kerajaan kalau mama tidak
bersalah atas fitnah itu, ayah juga sudah berusaha sedemikian rupa agar
kerajaan mengizinkan aku kesini.
“yuki...”
“Mulai sekarang aku akan menemani
ayah.Aku tidak akan membiarkan ayah bekerja terlalu keras lagi terutama” Ayah
tertawa mendengarkan selorohku.
Malam
ini kami makan malam bersama sambil mengobrol. Aku merasa seolah kehadiran mama
bersama kami disini, seakan kami berkumpul lagi dalam satu keluarga yang
bahagia.
Sudah satu minggu aku tinggal diduia ini.
Ayah mencukupi semua kebutuhanku dengan baik, banyak hal baru yang kutemui
disini yang tidak ada diduniaku sana. Kata ayah aku sudah didaftarkan masuk
sekolah yang ada di ibu kota. Aku sangat senang. Beruntung Dewa membuatku
mengerti bahasa di Negeri ini, jika tidak akan sangat menyeramkan, aku tidak
bisa berkomunikasi dengan siapapun termasuk pada ayahku sendiri.
Sekolah yang akan aku masuki nantinya
adalah sekolahan Elit yang sebagian besar muridnya adalah anak bangsawan.
bahkan banyak pula pangeran dan putri dari Negara lain sekolah disana.
Di Negeri ini dibagi menjadi empat
tingkatan sekolah, yang pertama tingkat Gavala setara dengan Sekolah Dasar,
lalu tingkat Salfor setara dengan SMP, kemudian Barmasih setara dengan SMA, dan
yang terakhir Origa setara dengan Perguruan Tinggi. Namun bedanya disini, jika
seorang murid tidak lulus dari tingkat Gavala, maka walaupun usianya sudah
cukup untuk masuk ke tingkat Salfor, maka dia akan tetap tinggal di tingkat
Gavala, sampai dia bisa menyesuaikan pelajaran di tingkat Salfor.
Aku begitu antusias menantikan akan
sekolah lagi, semalaman aku sampai tidak bisa tidur membayangkan bagaimana
rasanya bersekolah di sekolah elit ala dunia ini. Dengan populasi jumlah murid
9753 siswa .
Ayah mengantarkan aku sampai ke gerbang
Istana
”kau yakin tidak ingin ayah temani”
Tanya ayah padaku dengan raut wajah
bimbang. Aku menatap ayah dengan sikap yakin.
“aku tau ayah sudah banyak pekerjaan,
jadi aku tidak ingin mengganggu kerjaan ayah“ ujarku kalem, lagipula jika aku
kebingungan aku bisa bertanya pada orang yang ada disana ayah.
“kau membawa Gulfmu kan”
Aku tersenyum pada ayah sembari
menunjukan kotak bulat seperti bedak yang berarti Gulf. Alat komunikasi seperti handphone ala dunia ini. Namun gulf
ini bisa menghubungkun langsung dengan orang yang kita hubungi, menampilkan
jelas sosok orang yang sedang berbicara dengan kita. Gulf juga bisa menyimpan
kode rahasia Gulf kepunyaan orang lain. Seperti nomer telepon diduniaku sana.
“Segera hubungi ayah jika kau butuh sesuatu”
Timpal ayah dengan nada meyakinkanku. Aku
tersenyum dan menganggukan kepala menandakan sikap siap komandan.
“jangan cemas ayah”
Aku mengecup pipi ayah. Lalu masuk kedalam
kereta kuda yang sudah siap, akan
mengantarkan ku menuju ke sekolah.
Sei, seorang lelaki berusia 35 tahun yang
ditugaskan ayah untuk mengantarkanku. Badannya kekar, bertubuh besar, kulitnya
kecoklatan terbakar matahari. Sei sangat suka bercanda. Aku sering dibuatnya
tertawa sampai aku sakit perut oleh ulah kekocakannya.
“kita sudah siap putri” teriak Sei
antusias.
Aku menatap kearah bangunan sekolah
terpukau. Benarkah aku akan sekolah disini. Besar sekali. Rasanya seperti
memasuki kota didalam kota. Untuk menuju pintu sekolah saja, dari gerbang
menuju depan ruang sekolah menempuh waktu 10 menit dengan mengendarai kereta kuda.
Di sepanjang jalan, aku melihat hutan pinus dan danau yang amat cantik, juga bangunan-bangunan
besar yang terpisah. Kata Sei itu adalah asrama para putri dan bangsawan yang
tinggal disini.
“putri yakin tidak mau diantar”
“aku tidak apa-apa Sei, jangan cemas”
“putri kan imut, aku khawatir saking
imutnya bisa-bisa nanti ada yang memungut putri karena tergoda ingin memiliki
putri”
Aku memutar bola mata mendengar seloroh
Sei. Aku merapikan penampilanku dan membuka pintu kereta. Satu hal yang aku
senangi dari Sei adalah dia masih membiarkan ku bertindak seperti gadis biasa.
Misalnya dengan membiarkanku membuka pintu kereta sendiri.
“Jika ada sesuatu” langsung hubungi saya
putri
“oke, sampai nanti Sei” Aku melambaikan
tangan pada Sei.
Sekolah sudah mulai rame. Ada gedung utama
yang besar dan luas, memanjang seperti benteng. Beberapa murid tampak melirikku
saat aku berjalan memasuki gedung sekolah. Aku agak kebingungan dengan peta
yang diberikan ayah. Memasuki ruangan ini, lalu aku menemukan taman didepan
gedung. Ada air mancur ditengah ruangan besar, atapnya tinggi sekali membuat
hawa dingin, terbuat dari kaca sehingga cahaya matahari menerobos masuk
kedalamnya. Lalu disepanjang dinding, ditata sedemikian rupa, tanaman mawar
yang merambat sampai keatas, rasanya bagaikan didalam keajaiban yang nyata. Ada tiga lorong di masing-masing
sisi taman itu, aku membelok kekiri. Mengikuti arah peta. Lorong ini lebih sepi
dari yang aku kira. Terdengar dentang lonceng dibunyikan menandakan bahwa jam pelajaran sudah tiba.
“Maaf“
Aku berlari menghampiri seorang pemuda yang
berjalan kearahku. Pemuda itu menatapku, dengan sikap waspada.
“Perkenalkan manaku Yuki Heyrandrami
Olwhrendho, aku murid baru disini” kataku mencoba memperkenalkan diri.
Aku memperhatikan pemuda itu usianya
munggin sebaya denganku, kulitnya putih bersih, matanya berwarna hijau lembut,
rambutnya ikal, berwarna kecoklatan, tubuhnya tinggi dan kurus.
“Aku tidak tau jika perdana mentri
Olwhrendho memiliki seorang putri“ ujar pemuda itu masih menunjukan sikap
waspada.
“aku baru kembali dari tempat yang sangat
jauh”
Ujarku sambil menggaruk-garukan kepalaku
bingung. Terdengar suara gulf. Aku buru-buru mengambilnya dari dalam tas. Wajah
ayah muncul
“bagaimana yuki apa kau sudah menemukan
ruangan kepala sekolah” tanya ayah begitu aku membuka gulf dengan ekpresi
cemas.
“ayah tenanglah”
Aku mencoba membuat wajahku rileks, aku
baru saja akan kesana ayah, jangan terlalu mencemaskan ku.
“apa salahnya mencemaskan putri ayah sendiri” gerutu ayah. Aku
tertawa.
“Aku baik-baik saja ayah”
Ayah juga jangan terlalu bekerja keras sampai
melupakan waktu meminum vitamin untuk kesehatan ayah. Kataku mengingatkan.
“baiklah”
Segera hubungi ayah begitu kau bertemu
dengan Nyonya Moreysa
“baik ayah” aku menutup gulf. Pemuda itu menatapku
takjub.
“Wow kau benar-benar putri perdana mentri
Olwhrendho” Aku pikir dia hanya memiliki seorang istri saja.
“apa maksudmu Putri Raynszah
“Iya, dia. Aku minta maaf aku
tidak bermaksud...” kata pemuda itu menyesal.
“tidak apa-apa“ kataku santai.
Tapi kalau kau berfikir aku anak dari
wanita lain kau salah. Aku adalah putri ayah dan ibuku, putri Raynszah.
Pemuda itu terbelak bengong. Menatapku
dari ujung ramput sampai ujung kaki, dengan sikap menilai.
“tidak mungkin” Katanya akhirnya.
Bukankan putri Raynszah dibuang kedunia lain. Bagaimana bisa
“kalu begitu berarti putri Raynszah
pulang. Aku menggeleng sedih. Tidak hanya aku. Ibuku...” Dia sudah damai
bersama Tuhan, sejak dua tahun yang lalu.
Hening
pemuda itu menggarukan kepalanya salah tingkah.
”Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu
sedih putri“ dia akhirnya berkata dengan nada menyesal.
“ tidak apa-apa ko” kataku lagi
“Ohh ya”
aku dengar kau mau keruang kepala sekolah kan
“ya, dimana” aku kembali teringat
tujuanku menyapanya.
“mari aku antar”
Aku diantar pemuda itu menuju ruang
kepala sekolah. Di depan pintunya jelas terpasang nama Nyonya Moreysa. Kepala
sekolah disekolahan ini
”aku antar kau sampai disini saja ya”
Katanya pemuda itu sambil menunjukan tangannya
ke arah pintu. Ini ruangannya. Kau bisa bertanya langsung dengan Nyonya Moreysa
tentang sekolah in.i
“iya, Terimakasih banyak”
“Sama-sama” Pemuda itu berjalan menjauh
“tunggu, siapa namamu”
Tanyaku penasaran. Pemuda itu berbalik
memutar badan. Menatapku sedih. Aku bingung dengan ekpresi wajahnya itu.
“kau tidak perlu tau siapa namaku”
“tapi mengapa begitu”
“karena aku tidak yakin, jika nantinya
kau sudah tau siapa aku, kau masih mau mengenalku, atau bahkan mungkin kau akan
menyesal sudah pernah bertemu denganku disini”
Aku mengerjap, tidak mengerti maksud
pemuda itu Aku hampir saja mengejarnya. Tapi di belakangku teredengar suara
pintu dibuka. Seorang wanita berusia 50 tahunan muncul. Tubuhnya kurus dan
terlihat rapuh dengan hidung yang membengkok seperti habis dipatahkan.
Menatapku dengan tatapan menyelidik. Aku menahan nafas, membeku oleh
tatapannya.
“jadi siapa kau ini, tanya nyonya Moreysa
padaku”
“maaf nama saya Yuki Heyrandrami
Olwhredho”
Aku menarik nafas, mencoba mengatasi
kegugupanku. Walaupun terlihat rapuh, tapi Nyonya Moreysa mampu
mengintimidasiku dengan tetapannya.
“ooh kau rupanya, masuklah aku sudah
menunggumu”
Nyonya Moreysa memberi petunjuk singgkat
mengenai sekolah ini, dia memberiku tumpukan buku yang harus ku pelajari hari
ini dan juga daftar buku yang harus aku miliki selanjutnya. Aku bisa langsung
masuk ke tingkat Barmasih, karena bantuan ayah, aku curiga berapa uang yang
ayah keluarkan agar aku bisa langsung masuk sekolah ini tanpa melalui tes
masuk. Sepertinya aku harus membuat kompromi dengan ayah agar tidak terlalu
menghamburkan uangnya untukku.
Aku tidak biasa dimanja seperti ini dengan
uang atau kemewahan, dan memang aku juga tidak ingin membiasakan diri akan
kemewahan. Setelah dirasa cukup, Nyonya Moreysa lalu menyuruh seseorang petugas
untuk mengantarkanku masuk kelas.
Pemuda yang Terkutuk
Aku membaca daftar pelajaran yang
harus ku ambil. Sebagian besar ada kelas keterampilan dan kesopanan. Hanya
sedikit pelajaran mengenai ilmu pengetahuan yang dapat aku ikuti. Didunia ini
perbedaan antara laki-laki dan perempuan masih sangat kental . Contohnya dalam
pelajaran yang diambil, perempuan lebih banyak diajari mengenai kesopanan,
tingkah laku, tata cara pergaulan, menjahit, memasak, menari, bernyanyi, dan
bermain musik. Hanya pelajaran sejarah, bahasa, ilmu pengetahuan alam, dan
perhitungan setandart yang diperoleh untuk diajarkan. Sedangkan untuk laki-laki
selain keterampilan bermusik mereka lebih banyak diajari keterampilan perang,
strategi, atau ilmu ketata Negaraan dan ilmu pengetahuan umum lainnya.
Aku duduk disebelah putri berkulit sawo
matang di kelas musik, tubuhnya terlihat sempurna dengan gaya dandanan yang
terlihat eksotis. Dia berasal dari Negara Halmahera.
“setelah ini kau akan kemana” Tanya putri
itu padaku.
Dia memperkenalkan diri dengan nama Elber.
Terdengar suara murid lain berlarian diluar sana. Nyonya Ohwelly tidak suka
jika ada keterlambatan di kelasnya, jika ingin lulus dengan selamat, harus
bersikap baik didepannya.
Gubrakakkk
Aku menoleh. Pemuda yang tadi pagi
menolongku terjatuh. Aku berani bersumpah kalau lelaki gendut disampingnya
itulah penyebabnya. Dia menjegal kaki pemuda itu dengan sengaja. Semua orang
yang melihat malah menertawai pemuda itu. Aku sebenarnya ingin menghampirinya.
Namun Elber lebih dulu menarik tanganku, menghentikan niatanku untuk
menghampirinya.
“siapa pemuda tadi”
Tanyaku pada Elber ketika kami berjalan menuju
ruang makan. Beberapa orang tampak memandangiku. Aku mencoba untuk tidak
mempedulikannya
“yang mana”
“pamuda yang jatuh tadi”
“Apa maksudmu Dalto” Ujarnya menatapku
tak yakin. Elber tampak berfikir sebentar.
“Mungkin” aku menganggukan kepala
“kalau
yang kau maksud adalah pemuda yang tadi itu berarti memang benar dia”
“memang dia kenapa” Tanya elber
penasaran.
Aku menangkupkan buku didada mencoba
terlihat biasa saja.
“tidak apa-apa, hanya penasaran”
Ceritakan mengenai dia.
“ohh, begitu banyak laki-laki disekolah
ini, kau malah memintaku untuk menceritakan mengenai si terkutuk itu“ guman
elber tak percaya
Bangsawan Dalto atau Dalto Radhit
Garadis. Umur 17 tahun. Dia adalah pemuda yang saat ini menjadi target
pengecaman beberapa murid sekolah ini. Dulu kedua orang tuanya Pernah membakar
kuil, hingga semua orang yang ada didalamnya tewas. Walaupun orang tuanya sudah
dihukum mati, tapi tetap saja beberapa murid disini yang merasa sanak
keluarganya ikut menjadi korban peristiwa itu, mereka tidak terima dan mencoba
balas dendam dengan cara menyiksa bangsawan dalto di sekolah.
Tidak ada yang mau berteman dengannya. Bahkan
ada anggapan jika berteman dengannya akan menurunkan harkat dan derajatnya
sebagai orang berpendidikan. Dia disekolah ini dijuluki dengan sebutan sang
terkutuk.
Pantas saja tadi dia bersikap aneh ketika
aku menanyakan namanya, Inikah maksudnya. Aku duduk disamping elber didepan
meja makan bulat bersama teman-teman elber yang aku lupa siapa saja namanya.
Aku baru saja akan menikmati makanan yang dihidankan para pramu saji. Seketika
aku tersentak saat terdengar suara dentingan benda jatuh yang memekakan
telinga. Bangsawan dalto terjatuh tersungkur dengan badan penuh makanan yang
mengotori bajunya. Beberapa bangsawan dan putri yang ada disampingnya tertawa
dengan sikap jijik pada bangsawan dalto.
“jalan yang benar, sembarangan“ celetuk
seorang putri sinis.
“lagi-lagi mereka“ Keluh elber tak suka.
Aku menatap ke sekeliling. Ada yang
ikut-ikutan mengejek, ada yang tertawa puas, ada yang kasihan tapi tak mau
menolong dan ada juga yang tidak peduli. Bangsawan dalto akan berdiri tapi
purti yang tadi menyeletuk dengan sengaja menumpahkan supnya ke kepala
bangsawan dalto.
“ohh, maaf aku tidak sengaja” seloroh
putri itu dengan nada mengejek
“Menjijikan sekali, awas kena bajuku”
Ujar putri lain dengan sikap angkuh.
Aku sudah tidak tahan lagi. Tanpa berfikir
panjang aku berdiri dan langsung menghampirinya.
“kau tidak apa-apa, apanya yang terasa
sakit”
Tanyaku sambil berjongkok disamping
bangsawan dalto. Membantunya berdiri. Bangsawan dalto menatapku terkejut. Aku
berusaha menyingkirkan makanan yang masih melekat di bajunya.
“apa-apaan ini” Putri yang menumpahkan
sub. Menggebrak meja marah.
“Siapa kau..? berani sekali kau
membantunya, memang kau tidak tau siapa dia”
Aku menatap putri itu dengan pandangan
menilai. Dia cukup cantik aku rasa, jika tidak melotot kan matanya marah
seperti itu. Tapi apa artiya memiliki paras cantik kalau kelakuannya minus.
“Aku tau, sang terkutuk kan” Ujarku tak peduli.
Aku berdiri menghalangi bangsawan dalto dengan
tubuhku agar mereka tidak lagi membuat hal konyol padanya.
“kalau
kau tau kenapa kau membantunya” celoteh putri itu dengan sikap menantang.
“dia temanku, wajar aku membantunya”
“teman apa kau
sudah gila” sindir putri itu dengan nada sinis
“tidak aku tidak gila” Lagipula tidak ada yang
melarangku berteman dengan siapa pun.
Seorang putri membisikan sesuatu pada putri itu, putri
itu tersenyum sinis dengan pandangan mencemoh padaku.
“ooh jadi kau adalah putri buangan itu”
Sudah kembali rupanya, lalu disini
kau berlagak jadi pahlawan kesiangan untuk sang terkutuk ini.
Aku
tersenyum tenang
“terimakasih,
karena kau sudah bersusah payah mencari tau mengenai diriku. Aku merasa
tersanjung”
Putri
yang berbisik tadi langsung memalingkan wajah, menahan marah.
“kau tidak tau siapa dia, iblis hina
seperti ini tidak pantas dikasihani” purti yang menantangku itu, menunjuk tajam
ke arah wajah bangsawan dalto. Aku semakin menghalanginya dengan badanku.
“Iblis, aku rasa iblis yang sebenarnya
bukan dia. Tapi lebih akan pantas jika sebutan iblis itu merajuk pada orang
sepertimu Putri”
PlakkkKK
Aku merasaka panas dipipiku.
“Berani sekali kau bicara seperti itu
padaku“ Ujar putri marah.
Bangsawan dalto menarikku mundur. Putri
itu dan teman-temannya menghampiriku, bersiap menyerangku.
“ada apa ini“
Terdengar suara galak, membuyarkan
ketegangan yang terjadi. Aku terkejut saat melihat siapa yang masuk. Rambutnya
berwarna hitam kebiruan, dengan mata biru sedingin es yang menusuk. Tubuhnya
jangkung dan kekar. Berjalan menuju arah kami. Di belakang dia berjalan lima
pemuda seusianya. Salah satunya berpakaian jubah panjang, ala kerajaan jaman
dulu. Aku ingat benar, pemuda berambut biru itulah yang membawaku masuk ke
dunia ini dengan sikap penuh paksaan.
Semua orang yang ada diruangan langsung
berlutut memberi hormat. Aku terbengong menatap ke sekeliling. Pemuda itu lalu
berhenti beberapa meter dari arah kami. Menatapku dengan ekpresi dingin tak
bersahabat.
“kau, tidak sopan sekali. Begitukah
caramu menyambutku” Ujar pemuda itu dengan sikap angkuh.
Aku baru saja akan memakinya ketika
bangsawan dalto sudah menarik tanganku menyuruhku menunduk memberi hormat.
“maafkan putri yuki pangeran, putri baru
saja tiba di dunia ini, jadi belum terbiasa dengan keadaan dunia ini” Ujar
bangsawan dalto di sampingku.
Putri Yuki beri hormat pada pangeran
Riana. Aku melihat ekpresi diwajah pemuda itu dingin, bagaikan es yang membeku
seolah dia bisa membunuhku dengan tatapannya yang tajam. Aku tau kondisinya
tidak sedang bersahabat, akan menjadi kesalahan yang fatal jika aku tidak
mengikuti saran bangsawan dalto.
“hormat saya pada pangeran Negeri ini” Ujarku
mengikuti bisikan bangsawan dalto.
“jadi ini anak dari putri Rayszah itu. Wow...cantik sekali”
Seorang pemuda tampan bergaya karismatik maju.
Tubuhnya langsing kulitnya putih bersih. Menatapku dengan ekpresi senang.
“hay..” riana kenapa kau tidak mengatakan
bahwa gadis yang kau bawa itu secantik ini. protes pemuda itu pada pangeran
riana dengan nada menyesal.
“kenapa aku harus mengatakan padamu, apa
untungnya untukku”
“tapi kau juga sependapat denganku kan jika gadis ini cantik”
ujar pemuda itu tak mau kalah.
Pangeran riana menatapku sejenak, lalu
memalingkan wajah acuh
”dia masih anak kecil Vord”
Aku merasakan bisikan beberapa orang
disini, tertawa secara sembunyi-sembunyi.
Jika pemuda berambut kebiruan itu adalah
pangeran Riana, seperti yang diceritakan rena maka aku tidak akan menyangkal
semua cerita rena. Pangeran Riana Badraszyah umur 21 tahun. Pewaris sah tahta
kerajaan Argueda. Anak tunggal yang dilahirkan Ratu Elina. Ratu yang meninggal
sesaat setelah melahirkan pangeran riana. Karena itulah kerajaan hanya memiliki
satu calon pewaris tahta yang sah. Sebab yang berhak meneruskan tahta hanyalah
anak yang langsung dilahirkan dari ratu yang di pilih Dewa. Pangeran riana terkenal
sebagai pangeran yang jarang mau dekat dengan orang lain. Dia hanya
memperbolehkan orang-orang yang dipercayainya untuk tinggal di istananya yang
luas. Dia juga terkenal kurang baik bersikap pada dayang-dayang maupun pada
perempauan lain.
Aku pikir cerita rena terlalu berlebihan,
tapi saat aku melihatnya sendiri seperti apa sosok pangeran riana, aku mulai
mempercayai cerita rena.
“dia cukup cantik kok”
Tapi apa yang terjadi padamu riana,
kenapa kau mengatakan dia biasa saja. Apa yang membuat penglihatanmu sulit
menilai wanita cantik. Pujinya salah satu bangsawan itu padaku,
Bangsawan yang akhirnya aku ketahui namanya
Voldermon ini menatapku heran. Bangsawan voldermon adalah sepupu pangeran
riana. Anak dari adik raja yang menikah dengan seorang pangeran dari kerajaan
lain. Dia tampan. Namun, sayang dia terkenal playboy.
“kami” Akan...?
Belum selesai aku meneruskan perkataanku,
bangsawan dalto melingkarkan lengannya di bahuku dan menutup mulutku dengan
salah satu jari telunjuknya. Dia memaksaku untuk kembali bersikap memberi
hormat pada pangeran riana dan rombongannya.
“kami terjatuh”
Aku menatap bangsawan dalto tak percaya,
kenapa dia harus bersikap seprti itu.
“Kami permisi pangeran, pendeta Serfa dan
semuanya” Ujar bangsawan dalto berjalan pergi setelah memberi hormat. Setengah
berlari aku mengikutinya, mencengkram bajunya agar tidak lepas.
“putri yuki”
Aku berbalik saat bangsawan Voldermod
memanggilku.
“Kapan-kapan
kita bisa berjalan berdua”
Aku memutar bola mata, tidak merespon
perkataanya. Dan kembali mengejar bangsawan dalto yang lebih dulu berlalu
pergi.
Aku dan bangsawan dalto berada di taman,
duduk dipinggir kolam. Aku membasahi sapu tangan ku dengan air lalu memerasnya
”ini pakailah”
Kataku sambil menyerahkan sapu tangan
yang sudah aku basahi, jika tidak begitu nodanya tidak akan hilang.
“kenapa kau menolongku, apa kau tidak
takut, kau akan di rendahkan oleh mereka”
tanya bangsawan dalto tanpa mau menerima sapu tangan pemberian ku.
“aku tidak merasa berbuat salah”
Lagi pula bukan kah, harkat dan derajat
seseorang akan diukur dari sikap orang itu sendiri. Aku memegang pipiku, yang
memerah bekas tamparan putri tadi.
“kurang ajar, berani sekali putri Norah
menamparmu, apa dia tidak tau siapa kau ini. Kau adalah putri perdana menteri
Negara ini“
Ujar bangsawan dalto dengan nada kesal.
Norah, itu anak yang dilahirkan dari kekasih ketiga raja, derajatnya jauh lebih
rendah darimu.
“maksudmu putri yang tadi menamparku”
“ya”
Bangsawan dalto, menyentuh wajahku
memeriksa memar di pipiku, kau jadi terluka karena aku Putri yuki, lain kali
kau tidak perlu melakukan itu, aku sudah terbiasa di perlakukan mereka dengan
kejam.
“kau
juga sama saja” Kataku menggerutu
Lain kali dia harus membayar semua ini. Kau
harus membalas perbuatan mereka, kau jangan diam saja kalau mereka menyakitimu.
Kau harus melawannya.
“terimakasih nasehatannya putri”
Bangsawan
dalto tertawa. Dia akhirnya mengambil sapu tangan dari pangkuanku dan
memakainya untuk membersihkan pakaianya yang bernoda kecoklatan.
“ Jadi kita bisa berteman” tanyaku penuh
kehatin-hatian
Bangsawan dalto, berfikir sejenak. Kalau
kau waras kau tidak akan mau berteman denganku, tapi ini bukan berarti aku
tidak mau berteman dengan mu.
“kenapa
kau menganggap dirimu tidak pantas berteman denganku ” ujarku sakartis.
“aku sang terkutuk” katanya menunjuk dirinya sendiri.
“Dan aku putri buangan“ Candaku padanya
Bangsawan dalto kembali tertawa. Dia
kemudian mengulurkan tangan, mengisyaratkan mau berteman denganku.
“salam kenal teman baru”
Aku ikut senang mendengar selorohnya, ku jabat
tangannya dengan penuh sukacita.
“mulai hari ini kita berteman”
“semoga kau tidak meyesali keputusanmu”
“aku harap tidak” ujarku nyengir
Ayah tidak begitu berlebihan saat
menanggapi insiden dihari pertamaku masuk sekolah, berbeda dengan rena yang
geregetan saat mendengar penjelasanku tentang bangsawan dalto.
Ayah malah mendukungku berteman dengan
bangsawan dalto. sejak saat itu aku dan bangsawan dalto sering bersama.
Bangsawan dalto banyak membantuku belajar mengerti pelajaran sekolah didunia
ini. Selain itu aku paling suka saat dia mengajakku jalan-jalan di karemaian
kota, menikmati Menu-menu makanan yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Aku
merasakan banyak kesamaan dengannya tentang selera. Dan dengan senang hati aku
membiarkan orang yang tidak menyukai hubungan kami berkata sesuka hati mereka.
Aku tidak mempedulikan kata orang, asal aku tidak merugikan mereka itu bukan
masalah besar.
“yuki” Ayah memanggilku saat aku akan berangkat ke sekolah.
“Hari ini sepulang sekolah kau langsung
pulang ya”
Raja mengadakan jamuan makan malam di
istana untuk menyambut kedatangan mu kembali kedunia ini.
“ehh. Jamuan, raja“ kataku tergagap
“kenapa..kau yuki, apa kau tidak suka”
“tidak. Maksudku aku, suka ayah. Aku
hanya kaget saja kenapa harus ada perayaan diistana raja”
Raja sangat ingin bertemu denganmu.
Beliau adalah sahabat baik ibumu sejak masih kecil, beliau juga lah yang
membantu ayah untuk membawamu kembali.
“baiklah” kataku akhirnya.
Bangsawan dalto sudah datang. Dia
membantuku membawakan buku-bukuku
“aku berangkat ayah”
“kalian berdua hati-hati”
Aku naik kereta kuda berdua dengan
bangsawan dalto. hubunganku dengan bangsawan dalto sempat ditentang oleh
beberapa bangawan dan putri yang memang tidak menyukainya. Tapi dengn keras
kepala. Tetap saja aku menjalani hubungan pertemanan dengan bangsawan dalto.
Sei memakir kereta kuda dihalaman sekolah
yang memang disediakan untuk memakir kendaraan para putri dan bangsawan menuju
ke sekolah. Sekolah sudah mulai rame. Aku turun bersama bangsawan dalto
disampingku.
“Hari ini kita akan kemana ”tanyaku antusias
Setiap jam istirahat biasanya bangsawan
dalto selalu mengajakku ke pondok kecil didalam hutan yang dibuatnya. Disana
dia menanam banyak jenis tanaman mawar yang sedang bermekaran. Ada sungai kecil
airnya jernih mengalir disamping pondok itu. Aku sangat menyukai suasana
disana. Nyaman dan damai, seoalah dunia kami berhenti ditempat itu. Kami sering
lupa waktu jika sudah berada disana.
“bukankah hari ini kau harus pulang cepat
yuki“
Ujar bangsawan dalto mengingatkkan. Aku
memberengut. Mungkin sebelum kau pulang kita bisa makan siang bersama ditaman.
Ujar bangsawan dalto lagi membuatku merasa terhibur
”ngomong-ngomong apa kau juga akan datang
ke acara jamuan nanti malam”
Aku menatapnya setengah berharap
“sudahlah jangan dipikirkan hal itu yuki,
sekarang kita secepatnya kembali ke kelas”
Kau dengarkan itu bunyi lonceng
menandakan jam pelajaran kembali dimulai. Aku menatap bangsawan dalto dengan
ekpresi kesal.
Aku dan bangsawan dalto sudah berada
didepan kelas menjahit. Beberapa putri yang lewat melirik ke arah kami dengan
pandangan penuh ketidak sukaan.
“Aku akan datang nanti malam yuki, asal
kau berdandan cantik“
Ujar bangsawan dalto nyengir. Aku memutar
bola mataku. Bangsawan dalto tertawa. Dia mengacak-acak poni rambutku. Lonceng
kembali berbunyi satu kali lagi.
“Aku akan pergi dulu” Ujarnya
Aku melambaikan tangan mengantar kepergiannya.
Elber sudah duduk ditempatnya saat aku
sudah datang. Dilambaikan tangannya mengisyaratkan agar aku duduk disamping
bangkunya.
Tak terasa waktu berlalu sangat cepat.
Senjapun menghampiri, matahari mulai tenggelam, langit berwarna orange di
padukan dengan pemandangan burung walet yang hilir mudik menghiasi langit
senja. Sangat bagus, aku terkagum. Aku merapikan rambutku, memastikan
penampilanku sudah sempurna. Malam ini aku akan bertemu dengan raja Negeri ini.
Aku membiarkan rena mendadaniku dengan banyak perhiasaan, sesuai dengan
kesepakatan.
Walaupun harus aku akui, aku sangat
tersiksa dengan dandanan seperti ini, perhiasaan ini membuatku jadi susah
bergerak.
“Lain kali aku tidak mau memakainya lagi
“ gerutuku kesal
Istana kerajaan sudah rame saat aku
datang. Lampu-lampu bergemerlap disekeliling bangunan. Aku dibantu ayah menaiki
anak tangga yang terhambar karpet warna merah. Istana ini jauh lebih luas 7
kali lipat dari istana ayah. Padahal, istana ayah saja sudah sering membuatku
kesasar. Kami memasuki aula yang sudah ramai oleh para tamu undangan. Aku duduk
sambil memegang lengan ayah erat saat merasakan tatapan seluruh ruangan
terpusat padaku. Perasaanku gugup dan tegang. Aku mencoba memfokuskan
konsentrasiku agar tidak terjatuh. Kakiku sangat sakit memakai sepatu bertumit
tinggi. Rasanya tidak nyaman.
“Baginda, saya dan putri saya datang
menghadap”
Aku dibawa kedepan mimbar. Diatas sana, duduk
raja Negeri ini. Raja Jusez didampingi oleh Pangeran Riana dan Pendeta Serfa.
Raja jusez bertubuh gemuk, dengan rambut yang dipangkas pendek, rambutnya sudah
mulai memutih oleh uban. Namun masih terlihat jika warna rambutnya dulu adalah
cokelat kemerahan. Raja jusez sama sekali tidak mirip dengan pangeran riana,
tapi aku masih bisa melihat wibawanya yang cukup besar sebagai pemimpin negeri
ini.
“Raynszah...?”
Raja jusez memandangku dengan ekpresi yang
aneh. Dia berdiri. Aku terdiam saat dia memanggil nama mama.
“kau raynszah kan?..”
“Ini adalah yuki, putri kami
baginda“ Ujar ayah disampingku, sambil
menyentuh bahuku.
Raja jusez seperti kembali tersadar
dengan ketidak percayaannya, dengan gugup dia kembali duduk di singgasana.
Tapi, pandangan matanya masih tertuju padaku dengan sorot ketidak percayaan.
“Putrimu sangat mirip dengan raynszah”
Ujar raja jusez kemudian
Aku kira yang berdiri didepanku ini
adalah benar-benar raynszah.
“benar baginda yuki sangat mirip sekali
dengan ibunya”
Bahkan sifatnya juga menurun persis, seakan
apa yang ada didalam diri raynszah diwariskan semua pada yuki.
“Benarkah“
Raja melihat kearah ku tampak puas
”kalau begitu kau pasti sangat repot
olwhrendho, mengingat raynszah bukanlah putri yang mudah diatur”
Seketika wajahku langsung memerah mendengarkan
seloroh raja. Kenapa tebakan raja sangat tepat sekali. Seolah raja sangat
mengenal mamaku.
Tapi, bukankah raja memang sahabat mama
sejak kecil, jadi wajar saja raja begitu sangat mengenal mama.
“Apa kabar putri yuki senang melihatmu
disini”
Sapa raja kemudian padaku. Aku saking
gugupnya bahkan tidak mampu mengucapkan kalimat apapun, dan hanya bisa menunduk
penuh hormat untuk membalas sapaan raja. Raja menggeleng tidak percaya, masih
menatapku.
“cantik sekali putrimu olwhrendho”
Cantik aku dipuji cantik oleh raja negeri
ini, Mimpi apa aku semalam”
“Aku sudah mempersiapkan tempat duduk
untuk kita, semua hadirin silakan menikmati hidangan menyambut kedatangan purti
yuki. Anak dari teman baikku ” seloroh raja pada semua orang
Perjamuan digelar, beberapa putri dan
pangeran asyik berdansa ditengah aula dengan alunan musik yang mengalun lembut.
Aku duduk didepan meja bersama raja,
pangeran riana, pendeta serfa dan ayah. Raja banyak sekali mengajukan
pertanyaan padaku, sedangkan pangeran riana hanya duduk diam sambil
mengotak-atik makanan dipiringnya. Sepertinya pangeran riana sedang memikirkan
sesuatu yang aku tidak tau pasti apa yang sedang dia pikirkan, tapi dari
caranya dia bergidik aku cukup memahami apa yang sekarang dia rasakan bukanlah
masalah yang ringan.
Pangeran riana baru beranjak pergi ketika raja
juga berpamitan pada ayah untuk menyambut para tamu yang lain. Aku diajak ayah
untuk menemui teman-temannya, di perkenalkannya aku pada setiap teman ayah yang
datang, aku harus mengikuti serangkean aturan ala Negeri ini untuk menyamput
teman-teman ayah, dan itu membuat ku sangat tidak nyaman. Kalau bukan karna
ayah aku pasti sudah kabur meninggalkan acara ini. Baru ketika aku sudah merasa
terbebas dari keharusan mengikuti ayah, aku memisahkan diri dari ayah dan
memilih duduk dibalkon istana. Menikmati semilir angin malam yang berhembus.
Seseorang menyodorkan seikat bunga mawar
yang masih segar padaku, berwarna merah merona, tetesan embun dari kelopaknya
menempel dikulitku. Bangsawan dalto tersenyum. Aku menerima bunga darinya
senang.
“kau datang, tanyaku padanya penuh
kebahagiaan”
“Tentu saja”
Pesta penyambutan sahabatku, mana mungkin
aku tidak datang ikut menyambut kehadirannya di Negeri ini.
Aku tertawa, ku hirup aroma mawar yang
dia berikan. Padahal dulu aku kurang menyukai bunga mawar, tapi berkat
bangsawan dalto aku mulai menyukai mawar. Ternyata, mawar itu indah.
“Kenapa tokoh utama dalam pesta tidak berada
didalam dan malah asyik disini”
Tanya bangsawan dalto kemudian. Aku
menunjukan kakiku yang lecet,
“sepatu ini memang mahal, tapi tidak
nyaman dikenakan, malah membuatku tersiksa“ keluhku pada bangsawan dalo
“Wanita memang suka menyiksa diri”
Bangsawan dalto berguman, sambil menatap
kakiku yang lecet, karena tergesek tali sepatu.
“Paling tidak berkat lecet ini, bisa
menjadikan alasan untukku menolak ajakan berdansa para Pangeran di dalam sana“
aku mengedip kan mata penuh arti, bangsawan dalto tertawa puas.
“Kau cantik sekali”
Makanya jangan heran jika banyak yang
mengajakmu berdansa yuki, dari tadi aku perhatikan bagaimana reaksi para
pangeran itu ketika kau lewat, jika tidak menghormati ayahmu, pasti mereka
sudah menempelimu kemana saja.
Aku mengernyitkan dahi, menatap bangsawan
dalto
“ kau kenapa” tanya bangsawan dalto
menyadari tatapanku.
“Sejak kapan kau datang..?”
“satu jam yang lalu aku rasa”
“Dan kau baru menemuiku sekarang” kataku kesal.
Bangsawan dalto mengusap wajahku sejenak, menyelipkan helaian rambut ke
telingaku.
“aku tidak ingin mengganggu kesenangan
ayahmu yuki, apa kau tidak melihat betapa bahagianya dia malam ini.
Memperkenalkanmu pada teman-temannya, seolah ayahmu memperlihatkan hadiah utama
dalam suatu lomba”
“Ohh... “ Jadi kau menyamakanku dengan
perlombaan, kataku kesal.
“Tidak begitu yuki”
Aku tidak pernah menyamakanmu dengan
apapun, tapi bisakah kau lihat betapa bahagianya ayahmu malam ini. Aku diam,
menyetujui pendapatnya. Ayah sangat bahagia malam ini. Ada kebanggaan
tersendiri yang kurasakan, saat ayah mengatakan bahwa aku adalah putrinya pada
teman-temannya. Aku tidak bisa menyangkal hal itu. Apa yang barusan bangsawan
dalto katakan memang benar apa adanya. Hari sudah larut malam.
“aku
sangat mengantuk”
Bangsawan dalto menyentuh pipiku
“Sudah waktunya pulang tuan putri”
Aku
tertawa. Aku berdiri. Ayah pasti sudah mencariku sekarang, lagi pula aku juga
sudah menginginkan segera kembali ke istana ayah.
“aku pulang dulu” Pamitku.
Bangsawan dalto tersenyum manis padaku.
Melambaikan tangan.
Aku berjalan masuk ke dalam aula. Tanpa
sengaja bertabrakan dengan pendeta serfa dari arah berlawanan.
“ma...maaf “ kataku gugup.
“Tidak apa-apa putri yuki” putri
baik-baik saja kan
“ya” aku baik-baik saja
“Kalau begitu saya permisi dulu tuan
putri” Pendeta serfa pergi.
Aku baru saja akan melangkah, saat menyadari
ada bungkusan kain kecil terjatuh dikakiku. Reflex aku langsung mengambilnya.
Pasti ini milik pendeta serfa yang terjatuh saat kita bertabrakan. Aku mencari
sosok pendeta serfa dalam kerumunan, namun dia sudah tidak ada.
“yuki”
“ayah”
“Kemana saja, kau membuat ayah cemas”
“maaf aku tadi duduk di balkon itu”
Ujarku sambil menunjuk ke arah balkon yang
tadi aku duduki bersama bangsawan dalto.
“Sudah malam, kau mau pulang”
“iya”
Kami berpamitan pada raja dan pangeran
riana. Raja jusez mengantarkan aku dan ayah sampai kedalam kereta.
“kau harus sering mengajak putri yuki ke
istana olwhrendho“ ujar raja
Ayah menganggukan kepala memberi hormat.
Kereta kuda melaju kencang meninggalkan istana kerajaan.
Batu Bersinar
Aku langsung merebahkan diriku ketempat tidur, setelah
sebelumnya melepaskan semua perhiasan yang aku kenakan di pesta dan mengganti
pakaian yang lebih nyaman aku kenakan. Rasanya beben berat yang mengikat
tubuhku beberapa jam terakhir terlepas semua.
“ Putri apa ini”
Tanya rena sambil menunjuk kantong kain
merah dengan sulaman benang emas milik pendeta serfa ditangannya.
“Ah... itu kepunyaan temanku yang tadi
terjatuh saat diistana”
Aku belum sempat mengembalikannya. Rena
memberikan kantong itu padaku, lalu dia keluar ruangan setelah memastikan semua
keperluanku telah tercukupi.
Bukannya malah tidur, aku malah menimbang
kantong merah itu dalam tanganku. Penasaran apa isinya. Mungkin melihat sedikit
tidak apa-apa, hanya sekedar untuk memastikan apa benar kantong ini milik
pendeta serfa atau tidak. Ujarku dalam hati, aku mencoba membenarkan tindakanku
yang jelas salah.
Aku membuka ikatan kantong itu dengan
berhati-hati. Lalu mengeluarkan isinya. Ternyata isinya adalah pecahan batu
sebesar kelereng yang bersinar begitu menyentuh kulitku. Sinarnya berwarna biru
es. Sangat indah dan menakjubkan.
“waaoouuuhhhhhh...”
Aku menatap batu itu senang, namun
kemudian, aku teringat. Warna sinar itu sangat mirip dengan warna mata pangeran
riana. Mengintimidasi dan tidak bersahabat. Aku buru-buru memasukan kembali
batu itu kedalam kantong dan melemparkannya begitu saja ke laci meja, disamping
tempat tidurku.
“Apa pendeta serfa ada”
Tanyaku pada salah seorang bangsawan
bertubuh kekar, kulitnya berwarna kecoklatan terbakar sinar matahari dangan
rambut hitam legam. Tatapannya ramah dan terlihat kalau dia adalah orang yang
berpendirian. Aku mengenali bangsawan itu karena sering bersama dengan pangeran
riana dan bangsawan voldermon.
“bukankah kau anak perdana mentri
olwhrendho” Celetuk bangsawan itu.
Saat ini kami sedang berada digedung Origa.
Gedung ini lebih sepi. Mungkin karena sebagian besar muridnya sudah menginjak
dewasa, sehingga jarang melakukan kebisingan seperti digedung Barmasyih
tempatku berada.
“Pendeta serfa sedang ada rapat dengan
guru besar, tapi aku rasa sebentar lagi selesai. Apa, kau mau menunggunya
putri”
“Iya, aku rasa aku akan menunggunya”
“Kalau begitu, mari kita menunggu pendeta
serfa diruangan biasa kami berkumpul sambil meminum teh putri yuki”
Aku mengiyakan ajakan bangsawan itu, dia membawaku ke sebuah
ruangan yang sepertinya memang sering digunakan pangeran riana dan
teman-temannya berkumpul. Ruangan ini tertata rapi dan sangat mewah. Saat aku
masuk, seorang bangsawan berwajah Imut sedang menyeduh teh dalam teko. Wanginya
menyeruak memenuhi ruangan.
“Buatka untuk kami berdua“
Pinta bangsawan bertubuh kekar itu,
sambil menghembaskan badannya disofa”
Aku menunduk, untuk memberi hormat pada
bangsawan yang sedang menyeduh teh itu.
“Duduklah dimanapun kau suka putri”
”terimakasih tawarannya”
Aku duduk disofa panjang dengan sikap
canggung.
“perkenalkan namaku
xasfir Quraishi, dan dia adalah Asry Serhab” Ujar bangsawan bertubuh kekar yang
memperkenalkan dirinya sebagai bangsawan Xasfir.
Bangsawan
asry meletakkan secangkir teh ke depanku. Sebenarnya aku tidak enak dengan
mereka. Aku sangat canggung disini. Tapi aku harus bertemu pendeta serfa untuk
memastikan apakah ini benar-benar kantong miliknya.
“Terimakasih tehnya” kataku masih salah tingkah.
“apa riana masih lama”
Tanya bangsawan xasfir pada bangsawan asry yang ikut duduk bergabung kami di sofa.
“sebentar lagi aku
rasa, mereka sudah hampir tiga jam didalam sana”
“Menurutmu negara mana yang selanjutnya akan
ditelusuri”
“entahlah..”
Aku
sudah mendengar soal ini dari rena dan elber. Selain kegelisahan mengenai
kenyataan bahwa satu-satunya pewaris tahta kerajaan yang sah hanyalah pangeran
riana, tapi juga mengenai calon ratu pangeran riana. Seluruh pelosok wilayah
Negeri ini sudah disisir, tetapi sampai sekarang calon ratu itu belum
diketemukan. Padahal tanda-tanda bahwa pangeran riana mempunyai seorang ratu
itu sudah jelas terlihat. Hal inilah yang menibulkan kegelisahan. Jika hal ini
terus berlanjut bisa terjadi pemberontakan kerajaan.
“Mungkin Georvania atau Alanskah“ Ujar
bangsawan xasfir setelah terdiam cukup lama
“Sebenarnya dimana dewa menyembunyikan
calon ratu kita”
Aku masih sibuk dengan pikiranku sendiri, saat tiba-tiba
terdengar suara yang begitu kubenci. Bangsawan voldermon. Aku sampai lupa kalau
ini adalah tempat pangeran riana dan teman-temannya berkumpul. Jadi sudah pasti
bangsawan voldermon juga akan kesini.
“Wowww wowww...siapa ini? “ujar bangsawan
voldermon senang.
Dia langsung menghampiriku dan duduk disampingku. Aku
menggeser tempat dudukku agak menjauhinya dengan terang-terangan.
“Kau kesini untuk mencariku ya?...”
aku
menatap bangsawan voldermon tidak percaya, sebenarnya kepalanya sedang
terbentur apa sampai dia Amesia dan berani mengatakan yang tidak-tidak seperti itu.
“Aku ada urusan dengan pendeta serfa”
kataku gusar.
Aku kembali menggeser dudukku semakin menjauh. Aku sama
sekali tidak berminat dengan bangsawan pesolek yang senang mempermainkan wanita
seperti dia.
“Vold, mana riana” tanya bangsawan xasfir
tidak sabar.
“Sebentar lagi kesini kok“ jawab
bangsawan voldermon tenang
Aku menghembuskan
nafas lega, karena sebantar lagi aku bisa pergi dari sini. Tiba-tiba, aku kaget
saat bangsawan voldermon mengecup pipiku. Reflex aku langsung menamparnya
marah.
“apa-apaan kau” kataku kasar. Aku langsung berdiri
“putri yuki tenang” ujar bangsawan xasfir
menenangkan
“brengsek” Makiku.
Aku berjalan keluar ruangan. Tepat saat pangeran riana sudah
berada di depan pintu. Sepontan aku langsung mundur. Memberi hormat. Pangeran
riana masuk dengan mengacuhkan keberadaanku. Dibelakangnya pendeta serfa
mengikuti.
“ahh, pendeta serfa maaf “
Pendeta
serfa berbalik. Menatapku dengan senyuman ramah.
“ ya, ada apa putri yuki”
“aku menemukan ini kemarin, apa ini punya
pendeta serfa”
Aku mengeluarkan
kantong kecil yang kumasukan ke dalam saku baju. Pendeta serfa tersenyum ramah
padaku.
“benar, aku kira jatuh dimana”
Terimakasih sudah mengembalikan
“Maaf aku baru sempat mengembalikan sekarang“
kataku gugup, kalau begitu saya permisi
pendeta serfa.
“tidak mau minum teh dulu bersama kami
putri yuki” Tawar pendeta serfa berbasa basi.
Aku tau aku bukan orang yang diharapkan ada disini. Dan lagi
pula aku tidak mau berada disini dengan bangsawan gila itu lagi “gumanku dalam hati”
“Tidak terimakasih”
Setelah memberi hormat pada pendeta serfa dan pangeran riana
aku langsung pergi. Masih terdengar suara bangsawan xasfir yang menyeletuk pada
bangsawan voldermon.
“Rasakannnn”
Bangsawan dalto berlari
menghampiriku ketika aku baru saja keluar gedung. Wajahnya tampak cemas.
“sudah kubilang tunggu aku” ujarnya gusar.
Aku tertawa, mencoba
bersikap ceria seakan tidak terjadi sesuatu.
“habis kau terlihat lelah tadi, makanya aku tidak tega membangunkanmu
saat kau tertidur dipondok”
Aku menggandeng tangan bangsawan dalto. kami berjalan menuju
kelas. Disepanjang jalan, terdengar bisik-bisik para putri mencemohka kami.
Tapi aku tidak mau pedulikan itu. Toh aku dan bangsawan dalto tidak melakukan
hal yang salah.
“yuki aku antar kau sampai sini saja ya, aku ada urusan lain
“baiklah”
Aku dan elber berjalan sehabis dari kelas menjahit. Para
putri semakin rajin berdandan ketika mendengar desah desuh keberadaan pangeran
sera. Pangeran yang digandrungi para putri. Pangeran sera dikabarkan sudah
berada di ibu kota beberapa hari yang lalu.
“Yuki boleh aku bertanya” tanya elber ketika kami tiba dikelas memasak
“tentu saja boleh”
Aku meletakkan panci besar keatas meja
dan mempersiapkan keperluanku.
“kau ingin tanya apa”
“kau berpacaran dengan bangsawan
dalto?..”
Aku menatap elber bingung. Tidak pernah menduga dia akan menanyakan hal
seperti itu padaku.
“Tidak”
kami hanya berteman biasa
“ apa kau yakin yaki”
“memang benar seperti itu. Kenapa kau
bertanya seperti itu?”
“kau tau” akhir-akhir ini para bangsawan
semakin keras menyiksa bangsawan dalto.
Aku mengenyit.
Benar juga, akhir-akhir ini luka diwajah bangsawan dalto semakin sering
terlihat.
“Lalu apa kaitannya dengan pertanyaanmu
elber” kataku masih tidak mengerti
maksud petanyaannya.
“mereka mengira bangsawan dalto
menjelek-jelekkan nama baik mereka dihadapanmu”
Sehingga kau tidak mau berteman dengan
mereka dan malah memilih bertemana dengan bangsawan dalto.
“aku bersumpah, dia tidak pernah
menjelak-jelekan siapa pun dihadapanku”
“aku tau, tapi yuki. Ini semua salahmu”
Kalau saja kau membiarkan para bangsawan
itu mendekatimu. Pasti mereka tidak akan pernah berfikiran seperti itu.
Aku mengenyitkan dahiku mendengarkan kenyataan
ini. Kutatap elber dengan pandangan bersepekulasi.
“Well, apa maksudmu”
Aku harus menerima ajakan para bangsawan
itu hanya sekedar menjadi teman kencannya, agar mereka tidak lagi menyiksa
bangsawan dalto.
“itu jauh lebih baik yuki”
Aku tau, akan maksud elber yang sebenarnya dengan membahas
hal ini padaku. Walau tidak kupungkiri perkataannya memang benar adanya.
“ Lalu apa yang harus aku lakukan elber”
“mudah, berikan kesempatan pada para
bangsawan itu untuk berkenalan denganmu”
Aku
menghela nafas panjang mendengar seloroh elber barusan.
“Pikirkan perasaanku juga yuki, yang
setiap hari di rongrong mereka untuk mendekatkannya padamu” Desak elber sekali
lagi.
“aku tau, jadi apa yang harus kulakukan
putri elber”
Elber menyengir. Lalu dia menunjukan padaku
sebuah amplop keemasan. Undangan pesta disalah satu kediaman bangsawan.
“Kapan..? Kataku tidak tertarik”
Aku mulai mengaduk-aduk bahan masakan yang tertulis
dibuku, sementara elber terus bercerita. Aku benci pesta dansa ala dunia ini
sangat membosankan dan menyiksa. Tapi, anehnya elber sangat menyukai pesta
dansa itu. Baginya pesta adalah hidupnya.
“malam ini”
“Jangan malam ini. Raja memintaku datang
untuk menghadiri acara makan malam bersama “jelasku menyesal”
“oohhhh, baiklah kalau besok bagiamana”
“Aku mendesah” Sebenarnya ada berapa banyak undangan yang
kau punya. Apa setiap hari selalu diadakan pesta ” sindirku tidak suka.
“ayolah yuki, ku mohon ini demi kebaikan
bersama”
“oke besok, aku mengalah”
Aku mulai memotong sayar sesuai petunjuk
Nyonya Ferani.
Elber berbisik padaku, kali ini suaranya lebih lirih dari
pada yang tadi
“ngomong-ngomong yuki”
Berhati-berhatilah kalau raja baik
padamu, bisa jadi ini hanya siasat saja untuk menjadikanmu wanitanya atau kau
akan dinikahkan dengan pangeran riana.
Aku langsung mencubit elber. Elber meringis kesakitan.
“apa-apaan kau ini, baginda adalah teman
baik mamaku”
Lagi pula aku dan baginda sudah seperti
ayah dan anak. Mana mungkin dia memiliki pemikiran seperti itu.
“siapa tau”
Andaikan pun dia tidak berminat
menjadikanmu wanitanya, bisa jadi pangeran riana yang berminat padamu. Kau tau,
sampai sekarang belum ada wanita yang pernah dekat dangan pangeran riana untuk
dijadikan kekasih.
“kau bicara asal”
Kataku mulai gusar. Aku tidak ada hubungan
apa-apa dengannya.
“aku tau, tapi kan yuki”
Di
dunia ini jika ada anggota kerajaan menginginkan seseorang untuk dijadikan
wanitanya, biarpun gadis itu menolaknya, mereka akan tetap memilikinya. Karena
jika tidak maka dia akan dianggap membangkan pada kerajaan.
“hentikan elber, omang kosong apa itu”
Aku menatap elber dengan pandangan marah.
Rasanya dia berusaha menakut-nakutiku dan kali ini dia berhasil.
Tapi mana mungkin hal itu terjadi. Aku
sama sekali tidak pernah berhubungan dengan raja maupun pangeran riana kecuali
raja yang memanggilku untuk sekedar makan malam
bersama atau minum teh. Namun biasanya, aku hanya diminta menceritakan
kehidupanku dan mama sewaktu didunia sana. Sepertinya raja sangat tertarik
mendengar ceritaku mengenai dunia disana. Tapi tidak lebih dari itu. Dan aku
sangat yakin raja tidak pernah memiliki niatan buruk padaku.
Aku duduk bersama raja, pangeran riana
dan pendeta serfa. Disebuah meja bulat yang terletak di taman istana. Kami
menikmati makan malam bersama ditemani cahaya rembulan yang nampak bulat
sempurna. Didekat tempat kami ada kolam buatan yang airnya bergemericik.
Membuat perasaan nyaman. Seolah aku berada dialam pedesaan. Ayah tidak bisa
ikut karena beliau harus pergi ke Negara lain untuk urusan kenegaraan selama
satu bulan.
Jadi hanya aku sendiri yang pergi menemui
raja. Aku tidak enak jika tidak datang karena raja sendiri yang mengundangku,
beliau menghubungi gulfku dan memintaku datang.
Pangeran riana biasanya nampak dingin
dengan pandangan matanya seolah siap membunuh orang yang tak sengaja
menyenggolnya, sangat menakutkan. Aku kira dia depresi memikirkan dimana lagi
harus mencari calon ratunya yang masih disembunyikan Dewa. Sudah lima Negara
dijelajahi tapi calon ratu sampai sekarang belum juga diketemukan. Pendeta
serfa juga tidak banyak bicara. Dia lebih banyak diam, menikmati makan malamnya
sambil memikirkan sesuatu. Sedangkan raja sendiri, aku tau dia juga memikirkan
masalah calon ratu, tapi dia tetap bersikap ramah padaku. Seolah hal itu tidak
begitu mengganggunya.
“Ini makanlah, aku sengaja menyuruh juru
masak untuk membuatnya malam ini“ Ujar raja sambil menyodorkan lauk pada
piringku.
Aku sangat canggung dengan kebaikan raja. Apa
lagi jika mengingat perkataan elber tadi siang. Sekuat tenaga aku berusaha
menepis pemikiran itu. Raja baik padaku karena aku ini anak dari teman baiknya,
hanya itu saja tidak lebih. Tidak mungkin dia bermaksud jahat padaku dengan
menginginkanku untuk menjadi wanitanya.
“Negara mana lagi yang akan kalian
kunjungi“ ujar raja membuka pembicaraan
“Veradia, tapi mungkin juga Jagaros” ujar
pangeran riana dengan suara beratnya yang khas.
Aku melirik kearah pendeta serfa yang
menundukan kepala. Dia memperlihatkan batu yang dulu kutemukan dengan seksama.
“bagus kerahkan lebih banyak pasukan,
untuk menemukan calon ratu“ ujar raja tampak puas.
“ putri yuki...” Aku terkejut saat raja
memanggilku.
“ya“
“ada apa, kenapa tidak makan. Apa
masakannya kurang enak“ raja menatapku dengan pandangan cemas. Aku langsung
menggeleng.
“tidak yang mulia, maaf saya tadi sedang memikirkan sesuatu“
kataku jujur
“ada apa. Apa ada yang kurang berkenan”
“tidak, saya hanya memikirkan batu itu“
ujarku sambil melihat ke arah batu yang ada ditangan pendeta serfa.
“oohhh, itu adalah batu Amara”
Batu suci milik Dewa Hermest, Dewa yang
melindungi Negeri ini. Ujar raja menjelaskan
“memang ada apa putri yuki”
“saya hanya bingung, kenapa batu itu
tidak bersinar”
“batu itu hanya akan bersinar jika di
pegang oleh penerus tahta kerajaan saja” giliran pendeta serfa yang menjelskan.
Aku mengenyitkan wajahku bingung.
“tapi, saat aku memegangnya dulu batu itu
bersinar ko“
Serentak raja, pangeran riana, maupun pendeta serfa
langsung menatapku dengan ekspresi terkejut. Aku jadi panik sendiri.
“Maaf pendeta serfa”
Aku tidak bermaksud lancang. Waktu itu
aku menemukan kantongmu, karena aku penasaran ingin memastikan apakah benar
kantong itu milikmu, lantas aku membukanya. Maaf kataku sekali lagi. Apa sekarang batu itu
jadi rusak karana kemarin sempat aku pegang sehingga sekarang batu itu tidak
bersinar lagi. Kataku polos penuh penyesalan.
“mana mungkin”
Banyak yang sudah mengatakan bisa membuat
batu itu bersinar, tapi nyatanya tidak. Kau jangan mengada-ada. Ujar pangeran
riana sinis
“aku tidak berbohong”
Sifat ngototku kembali muncul. Aku tidak suka
cara pangeran riana menatapku. Seolah aku ini pembohong besar. Akan aku
buktikan jika aku tidak berbohong. Aku berbalik, menatap ke arah pendeta serfa
yang terbengong. Ku ulurkan tangan padanya.
”bolehkah aku memegang batu itu sekali
lagi pendeta serfa” ujarku menunggu.
“Pendeta Serfa tersadar dari sikap
bengongnya”
Dengan gugup dia meletakkan batu itu
ditanganku. Dan sesuai perkataanku. Batu itu langsung bersinar saat menyentuh
kulitku. Berwarna kebiruan, biru es. Sama seperti mata pangeran riana. Dingin
dan mengintimidasi.
“benarkan” ujarku puas. Aku tidak berbohong
Ketiga orang itu nampak shock. Mata
mereka terpaku menatap ke arah batu ditanganku
“tentu saja begitu” bisik serfa pada dirinya.
Saat pengujian itu dia belum ada, karena
itu kami tidak menemukannya, karena memang dia belum disini.
Aku bergegas meletakkan batu itu kembali
ke tangan pendeta serfa. Batu itu kembali seperti batu biasa.
“putri yuki, siapa yang mengetahui hal
ini” tanya raja serius.
“tidak ada” ujarku berhati-hati.
Aku menganggukan kepala. Entah kenapa.
Rasanya ketegangan diantara mereka bertiga yang tadi kurasakan seolah
menghilang. Pangeran riana tampak rileks. Raut wajahnya tidak sedingin tadi,
ada suatu kepuasan yang terpancar diwajahnya. Pendeta serfa pun sama. Dia
berkali-kali tersenyum padaku. Dan raja, aku berani bersumpah dia berbicara
diam-diam dengan pangeran riana melalui isyarat mata ketika dia mengganggapku
tidak melihatnya.
“putri yuki makanlah yang banyak. Ini
bagus untuk putri”
Ujar pendeta serfa memberikan lauk lagi.
Aku menatap pendeta serfa kebingungan. Tidak biasanya dia sebaik ini padaku.
“Eehh tidak usah, Terimakasih”
“tidak apa-apa tidak perlu sungkan”
Apa artinya ini aku tidak dimarahi karena
lancang membuka kantong milik pendeta serfa. Pendeta serfa tersenyum. Aku
semakin takut melihat senyumannya.
“Tidak, tentu saja tidak” Ujarnya kalem.
Ayo putri makan yang banyak. Putri terlihat
kurus, dan itu tidak terlalu baik untuk masa pertumbuhan putri.
“terimakasih pendeta serfa atas
pengertiaanya, aku merasa lega tidak ada yang memarahiku karena lancang berani
membuka kantong kepunyaanmu”
“sudah tidak mengapa putri, tidak perlu
dipermasalahkan lagi. Mari kita nikmati saja jamuan malam ini dengan penuh suka
cita”
Aku duduk ditaman yang sepi. Dibelakangku,
tampak bangunan mewah yang didalamnya sedang diadakan pesta para bangsawan dan
putri. Aku meluruskan kakiku yang pegal. Rasanya membosankan. Bangsawan dalto
tidak mungkin ada disini, walau aku sangat mengharapkan kehadirannya, karena
para bangsawan itu sangat anti padanya. Aku berhasil menghindari ajakan para
bangsawan untuk berdansa. Setelah berbasa-basi sejenak aku berhasil kabur ke
taman. Elber sepertinya sangat menikmati pesta ini, dia bersama dengan seorang
murid dari tingkat atas. Duduk berdua dengan mesra. Aku tidak berani
mengganggunya jadi aku putuskan menyelinap ketaman sendirian. Tiba-tiba
pangeran riana dan teman-temannya datang membuat suasana tidak mengenakan.
“menyebalkan” keluhku pada diri sendiri
“mau bersenang-senang denganku putri”
aku berbalik terkejut. Bangsawan
voldermon tiba-tiba sudah berdiri dibelakangku dengan senyuman yang
menyebalkan. Aku langsung berdiri. Menatapnya kesal. Dengan langkah lebar aku
berjalan menjauhinya. Tapi dia masih saja mengikutiku dari belakang.
“kenapa kau mengikutiku, ujarku gusar.
Pergi”
“Aku datang kesini untuk meminta maaf ”
Ujarnya tenang
Bagaimana sekarang kita bisa berteman
kan?
“Aku
tidak ada urusan denganmu”
Pergi dan ganggu saja gadis lain. Jangan
ganggu aku, ayo sana pergi.
“hey,
aku sudah meminta maaf” apa kau masih tidak mau memaafkan kelakuan ku.Tempo
hari.
“Aku bilang aku tidak punya urusan
denganmu”
Aku terus berjalan menjauhinya. Kakiku
terasa sakit akibat sepatu bertumit tinggi. Aku benci pesta ini. Aku benci
sepatu yang menyiksa ini.
Dan aku juga benci orang yang mengikutiku ini.
Sampai kapan kau akan berhenti mengikutiku “kataku gusar”
“sampai kau mau memaafkan aku
“baik, aku memaafkan mu. Kau puas” dan
sekarang kau bisa pergi
“Terimakasih...”
“Aku
berhenti”
Didepanku duduk pangeran riana beserta
bangsawan xasfir dan bangsawan asry. Seolah mereka menungguku. Aku langsung
berbalik, menatap bangsawan voldermon geram “kau menjebakku” tuduhku marah.
“Sudahlah putri yuki, aku kan sudah
meminta maaf, lagi pula kita sudah repot-repot untuk menjemputmu kemari”
Ujar bangsawan voldermon santai. Dia berjalan
menghampiriku, dengan senyum gombalannya seakan bisa memikat hati para wanita,
tapi entah kenapa malah terasa sangat menyebalkan bagiku.
Aku tidak ada urusan dengan kalian. Aku
berusaha bersikap sinis pada bangsawan voldermon. Tanganku mengepal. Menahan
emosi.
“Kami mau mengajakmu pergi”
Bangsawan voldermon tersenyum. riana sudah
menemukan calon ratunya, hari ini kami akan merayakannya. Tapi saat kami
menjemputmu di istana perdana mentri olwhrendho, pelayanmu mengatakan saat ini
kau sedang ada disini. Menyebalkan sekali harus menjemputmu kemari.
“Apa...”
Kenapa aku harus ikut dengan kalian.
Ujarku masih bersikap sinis. Aku sedang banyak urusan. Permisi semua
Bangsawan voldermon menarik lenganku. Aku
langsung menatapnya dengan ekpresi marah. Dia langsung melepaskan tanganya.
“Ayolah perayaan ini tidak akan
lengkap tanpa kehadiranmu puti yuki”
“Putri yuki sudah, jangan dipedulikan
omongannya“
Ujar bangsawan asry menengahi, dia bangkit
dari duduknya, berjalan kearah kami.
“Kita
berteman oke... “
aku tau sikapmu ini karane kau tertarik
padaku, tapi kau tidak mau mengakuinya. Aku menatap bangsawan voldermon
jengkel. Dia terlalu percaya diri sekali. Bangsawan voldermon mengeluarkan
tangannya. Aku menghela nafas. Kemudian memasang senyuman termanis yang bisa aku
berikan padanya. Aku menerima uluran tangannya. Lalu ...
AAAaaaaaaakkkk
Aku
menggigit tangan bengsawan voldermon keras. “hahahhan hihi haha hohoho”
(rasakan ini bangsawan bodoh) Bangsawan asry langsung menarikku dari belakang ,
memisahkanku dengan bangsawan voldermon. Wajah bangsawan voldermon memerah
menahan rasa sakit. Dia menatapku marah.
“Jangan melucu didepanku, apa kau pikir
semua perempuan akan tertarik padamu”
Biarpun kau cium aku dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Aku tidak akan jatuh cinta padamu. Tidak akan pernah.
Tegasku marah. Di belakangku bangsawan asry kuat menahanku supaya tidak berbuat
nekat.
“Begitu banyak perempuan, tapi kenapa
dewa memilihmu untuk menjadi...”
“Voldermon cukup”
Pangeran riana berdiri dengan menggebrak meja.
Menghentikan pertikaianku dengan bangsawan voldermon. Bangsawan voldermon
menggigit bibirnya. Aku menatapnya geram. Suasana menjadi hening sejenak.
“Apa sekarang kau sudah cukup tenang
untuk aku lepaskan putri yukki” Bisik bangsawan asry ditelingaku.
“Ya, kau bisa melepaskanku sekarang”
Bangsawan asry melepaskanku. Tapi satu
tangannya masih melingkari pundakku. Sepertinya untuk berjaga-jaga jika aku
melakukan hal konyol lagi. Kemudian, bangsawan asry tertawa terbahak-bahak. Aku
langsung berbalik menatapnya
“bangsawan asry protresku”
“maaf aku hanya merasa lucu”
Baru kali ini ada yang mengatakan hal itu
padamu vold. Kau ditolak mentah-mentah dihadapa kami.
Wajahku langsung memerah. Aku selalu
bertindak konyol jika sedang emosi. Bangsawan asry masih tertawa geli. Aku
menjadi salah tingkah. Aduh. Aku konyol sekali. Kenapa aku bisa bertindak
sebodoh ini.
“kau merasa lucu, karna bukan kau sendiri
yang dicabik olehnya”
Ujar bangsawan voldermon. Sambil memeriksa
tangannya yang memerah. Bekas gigitanku yang terlihat jelas di bawah jempolnya.
Bangsawan asry kembali tertawa dengan volume lebih keras.
“yuki...”
Aku berbalik ketika mendengan suara yang
terkesan begitu familiar. Bahkan dalam keramaian aku masih bisa mengenali suara
itu dengan jelas. Mustahil, tapi memang benar. Bangsawan dalto berdiri didekat
pohon menatapku bingung. Aku langsung melepaskan tangan bangsawan asry. Berlari
kearah bangsawan dalto senang.
“kau datang”
Ujarku girang. Aku merasa lega saat
melihat wajahnya. Bangsawan dalto tersenyum
“Aku tidak diundang ke pesta ini yuki”
Ujar bangsawan dalto mengingatkan. Dia
kemudian memberi hormat pada pangeran riana yang kebetulan keberadaannya ada
disini, tidak jauh dari tempatku dan bangsawan dalto berdiri. Aku datang
mengantarkan ini, supaya kakimu tidak bengkak lagi seperti tempo hari yuki.
Bangsawan dalto menyerahkan bungkusan sepatuku yang tertinggal dirumah. Aku
tertawa senang
“Terimakasih”
Aku langsung membuka bungkusan itu,
sembari melepas sepatu yang sekarang ini aku kenakan. Bangsawan dalto
membantuku menjaga keseimbangan dengan memegangi bahuku. Sepatu bertumit rendah
terasa lebih nyaman saat aku kenakan. Aku membungkus sepatu yang tadi aku kenakan,
kemudian kembali menatap bangsawan dalto dengan senyuman lebar penuh arti.
“ jadi kita akan kemana”
“kau tidak ingin meneruskan pesta
didalam”
Tanya bangsawan dalto menatap ke arah
gedung tempat pesta diadakan. Aku menggeleng
“Aku bosan berada disini”
Kita pulang saja yuk. Tapi seketika pikiranku
jadi teringat elber. Dia pasti marah jika aku tinggal pulang duluan. Tapi aku
memang sudah sangat bosan berada disini. Keluhku pada bangsawan dalto
Bangsawan dalto mendesah. Aku menangkap
raut kesedihan dalam matanya yang berusaha dia sembunyikan dariku. Kupalingkan
wajahnya untuk menatapku lebih dekat. Wajah bangsawan dalto lebam, terkena
pukulan. Elber benar, dia lebih sering dibully sekarang. Aku tidak senag
mengetahui kenyataan ini. Siapa lagi yang memukulimu
“tidak bukan apa-apa yuki” Bangsawan
dalto berpaling, aku menatapnya sedih.
“kau harus membalas jika ada orang yang
menyakitimu, Kau tidak boleh diam dan menerima begitu saja”
Ujarku marah. Bangsawan dalto tersenyum melihat ekpresiku.
Dia lalu mengacak-acak poni rambutku “aku serius” ujarku lagi, kali ini dengan
kekhawatiran yang tidak bisaku sembunyikan.
“baik-baik tuan purti”
Ujar bangsawan dalto lembut. Yuki, aku
ada urusan sertelah ini, aku harus segera pergi.
“Apa aku boleh ikut denganmu. Bangsawan
dalto menggeleng pelan”.
“Tidak untuk kali ini, kau
berhati-hatilah disini dan jangan pulang terlalu malam”
Ujarnya lagi. Aku cemberut memasang raut
wajah kecewa. Bangsawan dalto mencubit pipiku. Ku tatap dia, aku bisa merasakan ada suatu keputusan yang
baru saja diambilnya. Dia seperti menyimpan sesuatu rahasia besar dariku. Aku
tidak tau pasti apa yang dia pkirkan sekarang, tapi aku bisa merasakan, bahwa
dia akan memulai babak petualangan baru dalam hidupnya. Semoga apa yang dia lakukan
bukan malah menyebabkan hidupnya lebih menderita dari sekarang. Aku berharap
Dewa memberinya kesempatan untuk hidup damai seperti kebanyakan bangsawan.
“baiklah, ujarku akhirnya. Kau juga harus
jaga diri baik-baik”
Bangsawan dalto memberi hormat kembali
pada pangeran riana dan rombongannya, yang keberadaannya sempat aku lupakan.
Lalu dia berbalik. Aku menarik baju bangsawan dalto tidak berminat melepas
kepergiannya.
“Besok aku akan datang menjemputmu, kau
jangan memasang ekspresi seperti ini yuk” Ujar bangsawan dalto menenangkanku.
Aku lalu melepaskan bajunya. Bangsawan
dalto mendesah. sampai besok putri yuki. Aku kaget saat bangsawan dalto
mengecup pipiku. Reflek aku langsung menatapnya, wajahku terlihat memerah dan
jantungku berdebar sangat kencang. Bangsawan dalto berlari masuk kedalam taman
yang gelap. Aku tanpa sadar menyentuh bekas ciuman bangsawan dalto. Senang,
saking senangnya aku ingin meloncat setinggi mungkin yang aku bisa.
Terdengar langkah kaki mendekatiku, tiba-tiba
saja tubuhku tersentak. Aku ditarik paksa oleh pangeran riana, tangannya
menggenggam tanganku sangat kuat.
“Apa-apaan ini”
kataku masih terkejut. Aku berusaha
memberontak, lepaskan aku, apa yang ingin kau lakukan padaku. Cepat lepaskanku.
Tangan pangeran riana semakin kuat membelenggu tanganku. Bungkusan sepatuku
terjatuh, aku tidak bisa mengambilnya karna dia menarikku paksa dengan sikap
kasar. Aku rasa meskipun aku terjatuh sekalipun dia akan tetap menyeretku.
“Masuk”
katanya dingin, aku dibawa kearah kereta kuda
milik kerajaan yang sudah menunggu dihalaman. Aku didorong masuk ke dalam
kereta dengan kasar. Aku merapat kedinding kereta yang mulai berjalan. Pangeran
riana terlihat sangat menyeramkan.
Aku memalingkan wajahku saat pangeran
riana mendekat. Kedua tanganya mengurunggu. Terdengar derak roda kereta yang
melaju. Cahaya bulan memantul, menyinari wajahnya yang dingin, serat akan
emosi.
“aku tanya apa kau menyukai bangsawan dalto“
Ujarnya dengan suara berat yang dingin.
Aku menatapnya kaget. Wajahku langsung memerah, tidak pernah menduga akan
ditanya seperti ini olehnya.
“kenapa saat vold menciummu kau langsung
menamparnya,tapi kenapa saat dalto yang menciummu, kau hanya diam dengan muka
memerah”
“itu bukan urusanmu” ujarku dengan
memalingkan wajah.
“tentu saja itu urusanku, dengar mulai
sekarang kau adalah kekasihku, milikku, kau paham” bentaknya dingin
ditelingaku. Membuatku terkejut.
“tidak aku tidak mau menjadi kekasihmu”
Kau tidak bisa melakukannya, aku kembali
menatapnya. Perkataannya seperti petir yang menyambar disiang bolong bagiku.
Apa katanya barusan. Apa dia sedang bercanda. Aku berusaha mencari kebohongan
dalam ucapannya, Namun aku sama sekali tidak mendapatkan jawaban dari apa yang
kuinginkan.
“Aku tidak mau menjadi kekasihmu” Isakku
penuh ketakutan
Pangeran riana tertawa sinis, menatapku
mengejek
“kau pikir aku peduli denganmu”
Dengar. Pangeran riana mencengram
wajahku, memaksaku untuk menatapnya. Hembusan napasnya terasa panas dipipiku.
Aku serius dengan ucapanku, jadi jangan
coba-coba kau mengabaikannya.
“kau gila”
Aku menjerit histeris. Berusaha
mendorongnya saat dia mendekatiku, ayah tidak akan pernah membiarkan kau
bertindak seperti ini padaku.
PlakkkKK
Aku berhasil mendorongnya, mendaratkan
tamparan kepipinya. Pangeran menatapku dingin. Tapi aku sudah tidak bisa
melihatnya dengan jelas karena terhalang
oleh air mata. Aku menangis sejadi-jadinya, aku takut dengan peristiwa ini.
Berusaha meminta pertolongan.
“Ini peringatan untukmu”
Jika kau masih melawan aku bisa melakukan
lebih dari ini padamu. Ujarnya lagi dengan suara dingin. Seolah siap membunuhku
jika aku melakukan kesalah yang dianggapnya melanggar peraturan yang dengan
sepihak di buatnya untukku.
Aturan Kerajaan
Aku menyisir rambutku. Wajahku
sembab sehabis menangis semalam. Aku sudah memutuskan bahwa semalam itu adalah
mimpi buruk. Pangeran riana sedang mabuk, dia tidak benar-benar akan menjadikan
aku kekasihnya. Dia hanya mabuk. Aku terus menegaskan hal ini berkali-kali.
Alamat buruk jika dia serius dengan ucapannya. Aku tidak bisa melawan hukum
kerajaan, karena jika aku menolak maka keluargaku akan dianggap berkhianat pada
kerajaan.
Namun jika aku menerima...? aku bergidik
ngeri. Tidak bisa membayangkan menjadi kekasih pangeran riana, pangeran yang
dingin dan kasar seperti dia. Selama ini aku sudah banyak mendengar cerita
mengenainya. Namun aku tidak pernah membayangkan, jika aku sendiri harus
merasakan perlakuaan kasar darinya. Apa yang menarik dariku sehingga dia
berminat menjadikanku kekasihnya.
Yang benar saja. Ini tidak boleh terjadi.
Dewa tolong aku jauhkan aku darinya, aku tidak mau menjadi kekasih pangeran
seperti dia, yang tidak pernah memiliki sikap lembut terhadap wanita dan selalu
berlaku kasar dan sepihak dalam memutuskan peraturan.
Setelah menyamarkan wajahku agar tidak
terlihat menyedihkan. Aku bangkit dari tempat duduk didepan kaca rias.
Perasaanku lebih baik saat mengingat bangsawan dalto sudah menungguku diruang
makan.
“Apa bangsawan dalto belum datang”
Tanyaku pada kesalah seorang pelayan yang
sedang menyiapkan sarapan. Aneh sekali, padahal jika dia terlambat datang atau
tidak bisa datang dia akan memberiku kabar sebelumnya.
“pelayan itu nampak diam” Bingung
“ada apa, kataku mulai curiga”
“tadi dia datang”
Tapi aku sudah menyuruhnya pergi dan tidak
perlu kembali lagi kemari, tanpa seizinku
Aku berbalik. Pangeran riana masuk.
Dengan santainya dia duduk di Banggu
yang telah disediakan untuk bangsawan dalto
“kenapa bisa dia ada disini”
Ujarku galak pada pelayan. Pelayan itu nampak
ketakutan, aku jadi merasa bersalah sudah membentaknya sampai dia ketakutan
seperti itu padaku. Maafkan aku kau boleh pergi, kataku pada pelayan. Setelah
memberi hormat dia kemudian pergi.
Aku menatap pangeran riana kesal. Jadi
semalam itu bukan mimpi, kalau begitu pasti dia hanya bercanda dengan
menjadikan aku kekasihnya.
“itu bukan untukmu”
Ujarku galak, saat melihatnya memakan
makanan yang sebenarnya memang bukan untuknya, tapi untuk bangsawan dalto
“dia tidak akan datang kemari. Jangan
terlalu berharap lagi”
“kau...”
Aku menatapnya geram. Aku kepalkan
tanganku marah. Pangeran riana meletakkan sendoknya, mengambil minuman dan
langsung meminumya.
“Mari kita jelaskan peraturannya putri
yuki” katanya kemudian dengan nada sinis
“apa..”
“pertama, kau dilarang bergaul dengan
laki-laki manapun tanpa seizin dariku. Kedua kemana dan apa yang kau lakukan,
harus dengan sepengetahuanku. Ketiga apapun yang kau lakukan jika aku memintamu
datang maka kau harus datang. Keempat .....” cukup! Aku langsung berdiri
menggebrak meja marah. Berikan saja peraturan konyol itu untuk calon ratumu
nanti. Aku langsung meraup buku didadaku berjalan keluar dengan kesal.
Terdengar gulf berbunyi. Ternyata dari bangsawan dalto
“yuki”
Bangsawan dalto tampak lega. Apa yang terjadi,
aku tadi kesana dan...?
“Aku tau”
Potongku cepat. Sangat gila, aku akan
menjelaskan padamu nanti. Aku belum selesai bicara saat gulf ku dirampas dengan
paksa. Terdengar pecahan dilantai, gulfku terbelah menjadi dua bagian. Aku
menatap pangeran riana tak percaya. Aku
pasang ekpresi marah sekuat yang aku bisa.
“keempat”
kau dilarang berhubungan seperti ini dengan
siapapun tanpa seizinku
“kau...”
Nafasku naik turun menahan amarah.
Pangera memegang lenganku, namun aku langsung menepisnya. Tapi dia kembali
mencengram lenganku, kali ini lebih kuat hingga terasa sakit. Aku di tarik
paksa berjalan kearah kereta kuda kerajaan yang terparkir dihalaman istana
ayah.
Aku dipaksa menaiki kereta kuda kerajaan.
Dengan kesal aku duduk bersidekap. Sejauh mungkin dari tempat duduknya.
Sepanjang perjalanan aku lebih memilih untuk melihat kearah luar melalui
cendela disampingku daripada harus melihat kearah pangeran gila ini.
Seorang prajurit datang saat kereta kuda
yang membawa kami tiba di gerbang sekolah. Halaman sekolah sudah ramai oleh
para murid. Aku mengambil bukuku. Turun dari kereta kuda. Kusadari pandangan
semua murid yang ada disini menatap kearahku. Aku berusaha tidak mempedulikan
tatapan mereka, yang aku inginkan adalah aku harus segera pergi dari sini
secepatnya. Aku tidak mau terlalu lama bersama pangeran riana.
“siang nanti aku akan menjemputmu untuk
makan siang”
Ujar pangeran riana didekatku. Aku diam
tidak menjawabnya. Dengan acuh aku berjalan memasuki gedung utama.
“Elber”
Aku langsung memeluk elber dari belakang saat
melihatnya berjalan didekatku. Tapi sesuatu dijawab elber membuatku berhenti.
Dia marah padaku. Sial. Aku lupa menghubunginya semalam karena meratapi diri
atas perlakuan pangeran riana.
“aku mohon maafkan aku”
Ujarku akhirnya. Aku tidak bermaksud
meninggalkanmu disana semalam. Keluhku dengan menyesal
“kau itu temanku bukan” ujar elber dengan
wajah jutek.
“aku tau...”
Aku mendesah frustasi. Tapi kau harus
dengarkan penjelasanku dulu. Semalam benar-benar kacau.
“aku marah bukan karena itu”
“Lalu kau marah karena apa?..”
“aku marah karena..?”
Kenapa aku harus mengetahui kau
berpacaran dengan pangeran riana dari orang lain. Bukan dari dirimu sendiri.
“dari mana kau mendengar gosip itu”
“jadi itu benar”
“tidak, itu tidak benar” Dari mana kau
mendengar berita seperti itu
“aku mendengar dari seorang putri yang
semalam berkencan dengan bangsawan voldermon” Dia mendengar sendiri dari
celoteh bangsawan voldermon. Dan jika aku melihatmu pagi ini, kau datang bersama pangeran riana. Aku rasa gosip
itu benar.
Bangsawan voldermon. Aku rasa aku harus
memberi pelajaran pada bangsawan satu itu. Untuk menjaga mulutnya yang serupa
dengan ember bocor.
“jadi kau lebih percaya gosip, ketimbang
temanmu sendiri”
“aku rasa begitu” Lagi pula aku tidak pernah mendengar cerita
apapun darimu yuki
“kau tidak akan pernah mengerti”
Aku mendesah frustasi. Ceritanya panjang,
sangat panjang
“aku siap mendengarkan”
“kau ini, memang biang gosip” keluhku
Sepanjang
pelajaran menjahit, aku menceritakan semua apa yang terjadi semalam. Mengenai
tingkah aneh pangeran riana yang tiba-tiba memaksaku untuk menjadi kekasihnya.
Kemudian peraturan konyolnya dan ulah dia yang mengusir bangsawan dalto dari
istana ayah.
Elber tampak terkejut saat mendengar
ceritaku. Dia berguman tak percaya.
“aku pikir”
Pangeran itu menyukai gadis yang dewasa dan
kalem, tapi kenapa pangeran riana malah memilih gadis sepertimu. Kau itu masih
kekanakan dan ceroboh yuki. Apa yang menarik darimu dimata pangeran riana.
“terima kasih atas pujianmu”
Sindirku pura-pura kesal. Elber
menyengir. Kami terpaksa berbicara dengan berbisik-bisik. Aku merasa beberapa
orang berusaha mendengarkan pembicaraan kami.
“Elber bisa titip ini”
Aku mengulurkan kertas yang kulipat rapi
pada elber saat pelajaran usai. Elber menaikan alis mata, menatapku dengan
pandangan menuntut penjelasan
“untuk siapa”
”ini untuk bangsawan dalto”
kau bisa berikan kertas ini padanya jika dia
sudah datang. Pintaku dengan setengah memohon. Elber kembalikan menaikan salah
satu alisnya, berfikir sejenak. kemudian memasukan kertas itu di dalam sakunya.
“Serahkan semua padaku yuki”
kau tinggal menunggu kabar keberhasilanku
saja.
“terima kasih” kau memang temanku yang
bisa diandalkan.
“aku rasa kau akan segera makan siang
bersama pangeran riana. Selamat berkencan” Celoteh elber sembari mengejek.
“Elber, hardikku kesal”
“aku hanya bercanda yuki” Elber memasang
senyuman simetris tapi penuh dengan nada ejekan.
Aku mendesah, merapikan buku dan tasku
lalu keluar kelas. Diluar sana sudah ada dua orang prajurit siap menungguku.
“maaf putri”
pangeran riana mengutus kami untuk menjemput
putri yuki dan membawa putri kehadapan
pangeran.
Aku berjalan bersama dua orang prajurit
itu. Aku rasa saat ini diriku menjadi pusat perhatian satu sekolah. Kukantupkan
tanganku di dada. Sepertinya ini serius. Kedua penjaga menunduk dengan sikap
hormat. Membuatku canggung. Mereka tidak memandangku.
Negeri disini, ada peraturan khusus, para
prajurit tidak diperkenakan melihat wanita pilihan raja ataupun pilihan
pangeran jika keberadaannya didekat mereka, atau bahkan mengajaknya berbicara.
Karena jika hal itu dilanggar maka sudah pasti para algojo siap menghardik
mereka. Dan terus terang saja, hal ini membuatku sangat muak. Peraturan macam
apa ini. Hardiku kesal pada diri sendiri
Aku dibawa keruang pangeran riana dan
teman-temannya. Mereka sudah menungguku disana.
“duduklah putri yuki”
perintah pangeran riana sembari menepuk sofa
yang didudukinya. Aku menatapnya dengan pandangan penuh kebencian. Bagaimana
bisa dia melakukan hal ini padaku. Aku berjalan kearahnya, menginjak kaki
bangsawan voldermon yang kulewati sekeras mungkin, aku menyesal hari ini tidak
mengenakan sepatu bertumit tinggi. Bangsawan voldermon menatapku dengan
pandangan memprotes. Aku memalingkan wajah acuh tidak mau melihatnya lagi.
“untuk apa kau memanggilku kemari,
Pangeran”
Aku sengaja menekankan kata Pangeran
sedalam-dalamnya sekuat yang aku bisa pada suaraku.
“duduk dan makan bersama”
“tidak, terimakasih”
Tolakku langsung. Bangsawan asry yang
tadi sedang sibuk mengunyah makanan seketika berhenti, ketika mendengar
selorohku menolak ajakan pangeran. Bangsawan asry menatapku dengan pandangan
memprotes sekaligus menegur sikapku. Aku merasa tidak enak membuat bangsawan
asry berhenti menyantap makanannya.
Pangeran riana menatapku tajam, ada
pandangan yang tidak mengenakan yang dipancarkan olehnya.
“Duduk” perintahnya sekali lagi
Aku duduk, menatap kearahnya penuh
kebencian. Seorang pelayan meletakkan piring dan perlengkapan makan untuk ku.
“silakan putri yuki” ujar pelayan
itu dengan sopan.
“Makan...”
“Apa setelah selesai makan aku boleh pergi”
Tanyaku menatap kearah pangeran
“ya..”
“baiklah kalau begitu”
Aku langsung mengambil makanan. Menyuapkan
besar-besar tanpa menggunakan sendok kedalam mulut. Sampai aku kesulitan
bernafas. Aku memaksa menelan tanpa mengunyah. Bangsawan voldermon melongo
saking kagetnya melihat tingkahku. Dalam 5 kali suapan aku berhasil
menghabiskan semua makananku. Aku menyambar gelas didekatku dan langsung
meminumnya tanpa memperlihatkan sikap anggun dan sopan santun ala seorang
putri. Tapi sudah pasti, Jika nyonya Bardon melihat sikapku saat ini, aku pasti
tidak akan diluluskan dalan kelas sopan santun keputrian olehnya. Aku menutup
mulutku. Rasanya ingin muntah. Dengan sekuat tenaga aku menahan agar tidak
memuntahkan makanan disini.
“aku sudah selesai”
kataku kesal. Sembari mengelap tangganku
dengan kain, aku pergi terimakasih atas makanannya yang mulia Riana. Dengan
tanpa permisi aku langsung berjalan pergi.
Hari ini aku menemani elber untuk
mengganti potongan rambutnya dirumah kecantikan langganannya. Diluar ada dua
orang prajurit yang ditugaskan untuk mengikuti kemanapun aku pergi. Aku berusa
tidak mempedulikan keberadaan mereka. Namun, karena melihat mereka berada
diluar dan terkena udara panas, aku akhirnya menyerah dan meminta mereka masuk
kedalam rumah kecantikan.
“Sebenarnya ada apa sampai kau berusaha
mengubah penampilanmu”
Tanyaku sambil meminum segelas sari buah,
menatap elber yang sedang asyik mengukir kukunya yang sudah rapi. Beberapa hari
ini para putri bersikap aneh, mereka menjadi sangat mempedulikan penampilannya.
Termasuk elber.
“Apa ada sesuatu yang tidak kuketahui”
Protesku pada elber sembari setengah
memaksa agar dia mau menjelaskan sesuatu yang telah terjadi.
“kau selalu melewati semuanya yuki”
Apa kau tau sebentar lagi Festival Empat
Negara akan segera diadakan. Dan itu berarti sebentar lagi pangeran Sera yang
tampan itu akan segera datang berkunjung kemari.
“siapa dia, tanyaku bingung”
Pangeran Sera dari Negara Garduete.
Pangeran Penerus tahta kerajaan Garduete. Sama seperti pangeran riana. Banyak
putri yang tergila-gila padanya. Namun konon tak satupun para putri yang mampu
menaklukkan hatinya. Sampai saat ini dia
masih belum memiliki seorang kekasih dan menolak semua dayang-dayang yang
dihadiahkan untuknya. Aku pernah melihat fotonya sekali, dari seorang putri
dikelas memasak. Tampan, tentu saja sangat tampan yuki, rambutnya berwarna
pirang keemasan, bergelombang dengan kulit putih terawat, tubuhnya tinggi
semampai dan langsing. Terlihat kalem dan baik hati. Sangat pantas jika para
putri tergila-gila padanya.
Konon sebentar lagi akan diadakan Festival
Empat Negara yang diadakan empat tahun sekali. Dan kali ini festival tersebut
diadakan di Negeri Argueda. Seluruh penghuni Negeri bersemangat menyambutnya.
Terutama para putri , karena pangeran Sera pujaan hatinya akan segera datang
dan tinggal selama lebih dari satu bulan di Negeri ini.
Aku memperhatikan para putri yang sedang
sibuk mendandani tubuh mereka, wangi farfum bercampur didalam kelas membuat
kepalaku pusing karena aromanya. Aku memutuskan keluar untuk menghirup udara
segar.
Beberapa hari ini pihak sekolah memang sibuk
mempersiapkan acara festival empat negara. Sebenarnya festival ini adalah
pertandingan empat sekolah kebangsaan yang terletak diempat Negara berbeda. Disini mereka akan memperlihatkan
kualitas dan kuantitas dari masing-masing sekolah untuk mewakili Negaranya.
Pada festival ini para peserta tidak boleh mendapatkan bantuan dari Negara atau
dari siapa pun. Para peserta diharuskan mempersiakan semuanya sendiri dengan
cara bekerja sama antar tim untuk menunjukan kebolehan mereka. Aku bersyukur
tidak ikut terpilih pada bagian manapun. Terlepas karena aku sudah begitu
sering membolos dari sekolah.
Aku hanya mendapat tugas untuk memberi makanan
para bangsawan yang sedang bekerja untuk membangun gerbang yang akan dipertunjukkan
diacara festival nantiya
Hari ini aku didandani oleh para pelayan
khusus kerajaan yang datang ke istana atas perintah pangeran riana. Aku dipaksa
mengenakan pakaian resmi ala putri kerajaan, yang hanya boleh dikenakan oleh
keluarga raja. Seperti ratu, putri raja atau istri dari pangeran yang langsung
dilahirkan oleh Ratu. Setelah selesai berdandan aku dibawa kehalaman istana.
Kereta kuda kerajaan sudah siap menunggu. Pangeran riana bersama dengan
bangsawan voldermon bersiul. Menatapku dengan tatapan puas.
“Cantik sekali”
Kau memang cocok mengenakan pakaian seperti
itu yuki. Puji bangsawan voldermon, yang kedengaran seperti ejekan bagiku.
Bangsawan voldermon berpaling kearah pangeran riana.
“Bagaimana munurutmu riana” tanyanya
kemudian
Pangeran riana menatapku sejenak
”dia terlihat sama seperti biasa, tidak
ada yang berubah”
Ujar pangeran riana. Bangsawan voldermon yang mendengar komentarnya
langsung memprotes tidak sependapat.
“kau memang payah” gerutunya.
Pangran riana berjalan menghampiri ku.
Dia meletakan tanganku dilengannya
“ayo berangkat”
Aku berdiri disamping pangeran riana yang
sedang berbincang dengan seorang raja dari Negara Halmahera yang baru tiba.
Aula sekolah sudah penuh dengan tamu undangan kerajaan. Tapi aku juga sudah
melihat pangeran Sera secara langsung walaupun dari jauh. Sepertinya yang para
putri katakan memang benar, Pangeran sera sangat tampan. Aku setuju mengenai
hal itu.
Acara
makan siang berlangsung secara formal. Aku duduk bersama dengan pangeran riana
di depan meja bundar ditemani empat orang lainnya.
Pangeran sera dan pendeta Naru, kemudian Raja
dari Negara Halmahera dan ratunya duduk diseberang kami, tak jauh dari Lampion
yang baru saja selesai dibuat oleh para bangsawan, terkesan sangat mewah dan
indah membuat sejurus mata memandang nampak terpukau. Aku duduk menunduk
berusaha menikmati hidangan yang disajikan walaupun sebenarnya aku tidak
benar-benar menikmatinya.
“kalau boleh tau, siapa putri ini riana”
Ujar ratu dari negara Halmahera dengan
nada lembut. Menatapku dengan pandangan serba ingin tau. Aku semakin menunduk,
aku genggam kedua tanganku dipangkuan. Pangeran riana meletakkan tangannya
diatas tanganku. Memberi peringatan padaku agar bersikap sopan.
“maaf
belum memperkenalkannya”
dia
putri dari keluarga olwhrendho. Putri yuki “Kekasihku”
Raja halmahera mengerjap, langsung
memusatkan perhatian kearahku. Aku semakin gugup, aku tundukan kepalaku tidak
berani membalas tatapannya.
“benarkah itu”
Baru pertama kali ini, kau berani
memperkenalkan seorang wanita pada kami secara resmi seperti ini. Aku terkejut
mendengarnya “ujar ratu halmahera tampak senang”
“salam kenal putri yuki“
aku berusaha menebar senyum dan memberi
hormat.
“dia sangat cantik”
“terimakasih” Ujar pangeran riana puas
Setelah acara makan siang, dilanjutkan
dengan perjamuan biasa. Para tamu undangan mengobrol di taman belakang sekolah
yang telah disulap sedemikian rupa untuk menyambut tamu undangan.
Aku duduk dibawah pohon, memilih menyendiri.
Aku ingin pergi dari sini.
“Kau terlihat jelek jika berwajah sedih”
Aku
mendongak. Mendengar suara bangsawan voldelmon yang berdiri didepanku,
menampakan senyumannya yang menyebalkan.
“Jangan ganggu aku”
Pintaku padanya dengan nada kesal. Bukannya
malah pergi, bangsawan voldermon malah duduk disampingu. Aku berusaha tidak
mempedulikannya.
Angin berhembus, lembut dan hangat. Biasanya
dicuaca secerah ini aku dan bangsawan dalto menghabiskan waktu dipondok
kecilnya ditengah hutan. Sudah beberapa hari ini aku tidak bersamanya. Aku
merindukannya. Aku merindukan sosoknya yang selalu menemani hariku di dunia
ini.
Seketika penglihatanku tertuju pada sosok
yang aku rasa bangsawan dalto, aku bisa mengenali sosoknya walaupun dari kejauhan. Berjalan keluar dari dalam
hutan dengan membawa seikat bunga mawar merah yang masih nampak segar. Dia
menuju kearah tepi danau.
Aku
dapati beberapa bangsawan dan putri berusaha mengganggunya. Aku refleks berdiri
saat melihat salah seorang bangsawan bertubuh gemuk yang dulu pernah kulihat
mengganggu bangsawan dalto dilorong, dengan sengaja mendorong badannya ke arah
bangsawan dalto hinggga bangsawan dalto terjatuh kedalam danau.
Suara ceburan keras terdengar, menarik
perhatian semua orang yang ada disekitar. Bangsawan dalto menggapai-gapaikan
tangannya. Dia tidak bisa berenang. Aku tidak tau apa yang aku pikirkan.
seketika aku langsung berlari dan meloncat masuk kedalam danau. Aku berenang
untuk menyelamatkannya, agak kesulitan saat gaunku yang tebal mulai menyerap
air. Terasa berat. Dengan susah payah aku terus berenang. Aku berhasil
menggapai bangsawan dalto yang sudah tidak sadarkan diri didalam danau.
Aku mengangkatnya, sekuat tenaga aku
mengimbangi bangsawan dalto, badannya cukup berat untuk aku rasakan, dengan
bersusah payah aku berhasil membawanya kepermukaan .
Seseorang
mengulurkan tangan, berusaha membantuku untuk mengangkat bangsawan
dalto. Kau berenang saja ketepi, perintah pangeran sera. Aku melepaskan
bangsawan dalto. berenang beriringan dengan pangeran sera ketepi danau.
Bangsawan xasfir membantu pangeran sera mengangkat bangsawan dalto yang sudah
pinsan. Aku bergegas menghampirinya.
“Bangsawan dalto, bangsawa dalto” kataku
panik.
Kutepuk-tepuk pipinya namun tidak ada reson.
Aku mencoba menekan dadanya, berusaha mengeluarkan air yang ditelan. Elber
datang menghampiri dengan wajah terkejut.
“Apa yang terjadi yuki” Ujar elber sambil
berlutut disampingku.
“Bantu aku menekan dadanya”
Elber dengan sigap menggantikan posisiku.
Aku membuka mulut bangsawan dalto, memberi nafas buatan “bangun” pintaku saat
usahaku tidak menunjukan hasil “ayo bangun” aku kembali memberinya nafas
buatan.
Bangsawan dalto, kataku panik. Bagaimana jika
aku terlambat menolongnya. Saat aku akan memberinya nafas buatan lagi,
bangsawan dalto terbatuk. Air keluar dari mulutnya.
“yuu...ki”
“bangsawan dalto, kau tidak apa-apa kan”
“aku.....”
“Tenang kau aman sekarang”
Dua orang prajurit datang membawa tandu.
Bangsawan dalto diletakkan diatas tandu. Aku berdiri hendak mengikutinya,
seketika pangeran riana mencekal tanganku dari belakang. Wajahnya dingin penuh
amarah. Aku mengibaskan tanganku, melepas tangannya dengan kasar. Tanpa menatap
kearahnya lagi aku berlari mengikuti para prjurit yang membawa bangsawan dalto.
Aku menunggu bangsawan dalto diruang
kesehatan, dia masih belum sadarkan diri. Aku menempelkan tanganku didahinya.
Suhu tubuhnya naik beberapa derajat. Namun secara fisik sudah cukup membaik.
Tidak berapa lama utusan kelurganya datang untuk menjemput. Aku menatap
kepergiaan bangsawan dalto dengan sedih. Aku hampir saja kehilangannya, dan itu
membuatku sesak.
Aku kembali ke kamar tempat bangsawan
dalto dibaringkan tadi. Aku meringkuk disana dan merasakan kenyamanan dari
kehangatan tubuhnya yang masih tersisa. Aku memejamkan mata. Aku tidak boleh
membiarkan mereka menindas bangsawan dalto. mereka harus menerima balasan dari
semua ini, pikirku setengah mengantuk.
Aku mengerjap, terbangun dan mendapati
diriku sudah berada didalam kamarku yang hangat. Perapian didalam kamar
menyala. Dengan malas aku meringkuk kembali, menarik selimut. Pemandangan
diluar cendela menunjukan bahwa hari sudah malam.
Tiba-tiba aku merasakan kehadiran
seseorang disampingku. Refleks aku terbangun dan mendapati pangeran riana
sedang duduk dibangku samping tempat tidurku, sembari asyik membuka album
fotoku yang kebetulan ikut terbawa saat aku dibawa paksa kedunia ini.
“Kenpa kau ada disini” kataku kaget
Aku langsung menyambar albumku. Pangeran
diam, menatapku dengan pandangan tak suka.
“kau tau yang namanya privasi tidak”
Aku merasakan album fotoku jadi lebih
tipis dari pada biasanya, saat aku cek ternyata ada beberapa fotoku yang
hilang. Fotoku bersama mantan pacarku dulu, foto bersama kakak kelas yang
kukagumi, foto bersama anggota club basket seusai pertandingan, fotoku bersama
artis idolaku. Semuanya tidak ada lagi ditempatnya.
“dimana foto-fotoku. Protesku marah”
Aku tidak perlu mendengar jawabannya
ketika melihat kearah perapian. Ada butiran kertas yang kukenali sebagai kertas
foto terbakar.
“kau membakarnya, jeritku tidak percaya”
“apa aku harus diam melihat kau
menyimpannya”
Tidak, aku sengka kau cukup banyak
memiliki kekasih.
“itu urusanku” tidak ada hubungnnya
denganmu.
keluar dari kamarku sekarang. Aku menunjuk
kearah pintu dengan marah. Pangeran mencekal tanganku.
“beraninya kau mencium dalto”
Kau gila, jeritku. Apa kau tidak bisa
membedakan antara menolong dan mencium.
“aku sudah mengatakan padamu yuki”
Kau miliku, apa kau masih belum paham
itu. Pangeran riana mencekal rahangku dengan satu tangannya sangat kuat.
Mendorongku kasar untuk menatap matanya. Jangan membuatku melewati batas
kesadaran yuki, jika kau terus melawan, aku akan pindahkan kau ke istanaku.
Jika saat itu tiba aku pastikan kau tidak akan bisa pergi kemanapun tanpa
seizinku.
“Lepaskan aku, jeritku marah”
Kau tidak bisa melakukannya. Aku
memejamkan mata. Saat wajahnya mulai mendekatiku.
“tidak..”
Ayah pasti akan
menghukummu. aku memalingkan wajahku sejauh mungkin, berusaha menghindar
darinya.
“apa yang bisa dilakukan ayahmu, terhadap
keluarga kerajaan yang menginginkan anak gadisnya” Ujar pangeran riana ditelingaku dengan nada
mengejek.
“tidak..”
jeritku menahan marah. wajahku
sudah basah oleh air mataku
Terdengar bunyi gulf milik pangeran
riana. Pangeran menggerang. Dia melepaskan cengramannya setelah membiarkan gulf
itu berulang kali berbunyi. Aku shock dengan apa yang terjadi.
“maaf pangeran, pangeran harus segera
kembali ke istana sekarang” ujar prajurit dalam gulf.
Pangeran riana menutup gulfnya. Langsung berlalu pergi tanpa melihatku.
“jangan biarkan dia keluar selangkah pun dari kamar selama
aku tidak ada”
Ujarnya pada
prajurit penjaga pintu dengan nada dingin penuh kemarahan
Aku langsung menangis
sejadi-jadinya.Takut, aku takut pada pangeran gila itu. Kenapa Dewa
mempertemukan aku pada orang seperti dia di dunia asing ini.
Sembunyi
Aku mengambil bukuku ketika kelas memasak selesai. Elber sudah
lebih dulu keluar setelah menyampaikan kabar bahwa hari ini bangsawan dalto
akan dibawa berobat ke desa sebelah oleh kerabatnya. Aku bersyukur masih ada
kerabat yang peduli denganya.
Dengan santai aku berjalan keluar kelas
yang mulai sepi. Aku merapikan kain yang ku gunakan sebagai syal.
“Putri yuki”
Empat
orang prajurit datang menghadang langkahku .
”maaf, pangeran riana meminta putri untuk
datang ketempatnya”
Aku mendesah, sejak dia mengatakan padaku
bahwa aku kekasihnya, hidupku tidak lagi bebas. Dia mengatur hidupku dan
membuatku untuk menuruti semua perintahnyahnya. Gara-gara dia juga aku terpisah
dari bangsawan dalto.
“aahhhh paman coba lihat disana ada apa”
Saat ke empat prajurit itu berbalik aku
langsung berlari kearah yang berlawanan. Ke empat prajurit itu tersadar, mereka
langsung mengejarku. Aku terus berlari sekuat tenaga. Bersembunyi dibalik
semak-semak yang rimbun. Ke empat prajurit itu melewatiku tanpa menyadari
keberadaanku.
“kau cari disana, aku disana”
Ujar seorang prajurit memimpin. Mereka
berpencar terus mencariku. Aku mengedarkan pandanganku mencari tempat
bersembunyi. Namun tidak ada satupun tempat yang bagus untuk bersembunyi. Jika
aku terus berada disini cepat atau lambat mereka akan menemukanku. Aku menatap
kearah pohon didekatku. Daunnya cukup rimbun. Baiklah, aku memutuskan untuk
memanjat dan bersembunyi disana. Paling tidak diatas sana aku bisa memantau
keadaan.
Aku memanjat pohon dengan cekatan. Duduk
didahan yang tinggi dan tertutup dedaunan. Dari tempatku aku bisa melihat empat
prajurit berlalu lalang mencriku. Agak kasihan juga sebenarnya, jika mereka
sampai dihukum pangan riana, namun bagaimana lagi. Aku tidak mau jika harus datang
ketempatnya.
Aku tau dia pasti akan mengajakku untuk
menyambut tamu kerajaan yang datang. Dan memperkenalkanku sebagai kekasihnya
seperti tempo hari.
Terdengar suara cendela dibuka didekat
tempat persembunyianku. Pangeran sera muncul. Dia menatapku kaget, begitu juga
dengan aku. Rasanya malu sekali sedang kepergok memanjat pohon seperti ini
disaksikan langsung olehnya. Dia sangat tampan Nilai 95 atau lebih untuknya
dalam sekali melihat. Pria yang sempurna. Aku merasa seperti meleleh saat
melihat wajahnya, sosok karismatik dan
penuh kelembutan yang mendalam.
“maaf pangeran”
Aku membeku saat mendengar suara seorang
prajurit dibawah pohon. Gawat. Pangeran sera menatap kearah prajurit itu.
"Apa pangeran melihat seorang putri
disini”
Aku langsung menempelkan jari telunjuk
dibibir, memintanya agar pangeran sera tidak membuka suara mengenai
keberadaanku. Pangeran sama sekali tidak merespon. Aku hanya bisa pasrah.
“Putri..” tanya pangeran sera
Suaranya terdengar lembut dan hangat.
Membuatku terpukau.
“ya, pangeran”
Seorang putri dengan perawakan mungil,
berambut coklat yang diikat dengan riasan kerajaan.
“Tidak. aku tidak melihatnya”
Tapi bisakah kalian tidak terlalu ribut
disini. Aku sangat terganggu.
“maafkan kami pangeran sera. Kami
permisi”
Pangern sera langsung menutup cendela.
Aku menghela nafas lega. Terdengar lagi suara cendela dibuka. Kali ini tepat
dibelakangku .
“kau mau masuk”
Tawar pangeran sera pelan. Tenang lah,
kau aman didalam. Aku mengangguk senang. Pangeran membantuku masuk kedalam
ruangan. Tubuhnya wangi, aku suka farfum yang dikenakannya. Dari jarak dekat
dia sangat menawan. Aku kenakan kembali sepatuku begitu menginjakan kaki
dilantai. Lantainya dingin, membuatku gemeteran jika tidak mengenakan alas
kaki. Pangeran sera menatap kearah luar
sebentar, sebelum akhirnya menutup cendela.
“terimakasih bantuannya” ujarku tulus.
“kau mau minum teh”
Pangeran sera menuangkan segelas teh
dalam cangkir dan memberikannya padaku. Jarinya bersih dan rapi. Aku menghirup
aroma teh yang diberikan olehnya dengan perasaan senang.
“ini enak sekali” ujarku ketika mencicipi
teh dalam cangkir.
“ini adalah teh rosmana, daunnya hanya bisa tumbuh
dinegaraku. Kau suka
“Tentu saja” Selain wangi, teh ini sangat
enak
Aku melihat kesekeliling, menyadari
dimana sekarang aku berada. Ternyata kami berdua berada digedung kelas memasak
level 5. Pangeran duduk didekat cendela, dia terlihat sangat anggun dan
menawan. Jantungku berdebar melihat ketampanannya. Rasanya aku bisa meleleh
jika terus memandanginya.
“ngomong-ngomong kenapa pangeran berada
disini”
Tanyaku tak mengerti. Bukan hal yang
lazim jika seorang pangeran seperti dia berada di gedung kelas memasak seperti
ini.
“menyendiri” jawab pangeran sra kalem.
Aku menatapnya bingung. Pangeran melihat
kearah luar cendela. Wajahnya tampak sedih. Sepertinya ada sesuatu yang sangat
mengganggu pikirannya.
“maaf aku telah membuat keributan diluar”
Aku sudah mengganggu pangeran. Ujarku menyesal
Pangeran sera berbalik menatapku.
Tersenyum. Aku jadi ikutan membalas senyumannya dengan canggung.
“tidak apa-apa putri yuki”
Ngomong-ngomong apa aku boleh menanyakan
sesuatu padamu.
“tentu saja boleh”
Aku refleks menggangguk. Tatapan matanya
semakin membuatku salah tingkah. Jantungku berdebar sangat kencang. Aku takut
detakan jantungku sampai terdengar olehnya.
“apa kau kekasih riana?..”
Aku mendesah. Rasanya seperti ditarik
kembali kedunia nyata. Ku tatap kembali pangeran sera, dengan pandangan
frustasi.
“kau kenapa”
Pangeran sera menghampiriku yang mulai
terbatuk.
“Kenapa semua orang mengatakan hal itu”
Itu tidak benar “ujarku marah” dia sendiri yang
seenaknya menjadikanku kekasihnya. Aku ingin kembali menarik ulur kata-kataku
ini dan menyumpal mulutku. Bodoh sekali aku, kenapa sampai keceplosan
mengatakan hal itu pada pangeran sera. Pangeran sera mengerjapkan mata sejenak.
Menatapku dengan tatapan kosong.
“jadi kau tidak pacaran dengannya”
Aku diam. Pangeran sera kembali duduk.
Matanya masih menatapku dalam. Berusaha mencari kebohongan dalam diriku yang
parahnya tidak bisa ditemukan olehnya.
“Riana memaksamu agar kau menjadi
kekasihnya secara sepihak” Kenapa kau tidak menolaknya jika kau keberatan.
Aku menghela nafas. Menatap matanya
membuatku tidak lagi bisa berbohong, dan aku tidak bisa memaksakan diriku untuk
berpaling darinya.
“Kau tau peraturan kerajaan kan”
Jadi bagaimana bisa aku menolak ”keluhku
kesal” keluargaku dalam bahaya jika aku melawan ketetapan kerajaan. Kerajaan
bisa mengganggap keluarga kami sebagai pemberontak.
Pangeran sera diam. Aku menunduk. Merasa
bersalah. Tidak seharusnya aku mengatakan hal ini padanya, mengingat dia adalah
orang yang notabene baru kukenal selama sepuluh menit terakhir.
Aku bisa dihukum karena telah membongkar
rahasia kerajaan. Terdengar suara lonceng
berdentang sangat keras menandakan jam pelajaran segera dimulai kembali.
Aku menghela nafas dalam-dalam bersyukur suara lonceng itu menyelamatkan ku
dari kegugupan akibat pembicaranku dengan pangeran sera. Aku berdiri.
“terimakasih atas tehnya” ujarku sembari
menunduk memberi hormat
“kau mau pergi tanyanya”
Entah hanya perasaanku saja atau apalah.
Tapi aku mendengarkan nada ketidak sukaan pada diri pangeran sera atas niatanku
segera pergi. Aku menganggukan kepala.
Aku bisa mendapatkan masalah jika tidak
segera kembali”
Maksudku, setelah ini aku harus mengikuti
kelas tata tertib. Ujarku setengah berbohong. Aku hendak berbalik berlalu
pergi. Namun, ku urungkan niatanku, aku menatap pangeran sera yang kembali
menatap kearah cendela.
Kali ini tidak ada raut kesedihan yang terpancar diwajahnya.
Tapi berganti dengan kemarahan. Pikirannya entah berada dimana. Aku merogoh
kantong bajuku. Menemukan lobi-lobi, semacam manisan diduniaku sana, yang jika
semakin lama disimpan rasanya akan semakin enak, dan semakin mahal harganya.
Membuat lobi-lobi sangat susah. Aku hanya bisa membuatnya Satu sewaktu
pelajaran memasak tadi.
“ini untuk pangeran”
Pangeran sera menatapku dengan pandangan
bingung.
“ini adalah lobi-lobi”
Aku hanya bisa membuat Satu. Tapi biarpun
bentuknya begitu, rasanya lumayan enak kok.
Pangeran sera tersenyum. Menerima
lobi-lobi pemberianku.
“Ini sepecial”
karena lobi-lobi buatanku hanya ada
satu-satunya didunia.
Pangeran sera tertawa, aku jadi ikut senang melihatnya tertawa seperti ini.
Setelah berpamitan, aku segera pergi.
Aku tidak mau terlambat masuk kelas.
Namun aku nyaris berteriak, saat berlari dilorong, dari belakang aku melihat
sosok pangeran riana berjalan memunggungiku. Sepontan aku langsung menghentikan
langkahku. Kurapatkan badanku ditembok, berharap dia tidak menyadari keberadaan
ku. Raut wajahnya terlihat sangat garang, sangat tidak baik berurusan dengannya
jika dia memasang ekpresi wajah seperti itu.
“putri yuki”
Aku mengumpat dalam hati. Ketika mendengar
suara seseorang memanggil namaku dari belakang, suaranya terdengar sangat keras. Pangeran riana
langsung berbalik. Seorang bangsawan bertubuh ceking dengan wajah imut datang
menghampiriku.
“maaf sudah membuat putri kaget”
perkenalkan, saya bangsawan helmiton
Dari sudut mata, aku bisa melihat
pangeran riana menatap kearahku dengan pandangan tajam. Sepertinya bangsawan
didepanku ini tidak menyadari keberadaan pangeran riana.
“sebenarnya saya ingin mengajak putri
yuki untuk makan malam bersama, putri yuki tidak keberatan kan”
Aku mendesah, aku
tarik nafas sedalam mungkin, sekuat yang aku bisa.
“dia tidak akan pergi dengan siapapun”
Apa lagi dengan orang yang memiliki maksud
khusus padanya. Pangeran riana menarikku kearahnya dengan kasar, wajahnya
terpancar sifat angkuh dan menantang, seolah bisa membunuh orang yang berada
didekatnya saat ini. Bangsawan tersebut terkejut melihat pangeran riana
“maaf mengecewakan”
Aku ditarik pergi. Bangsawan helminton
tampak kecewa dan kesal. Pangeran riana Sendiri tidak mau mempedulikan
kekecewaan bangsawan helminton. Pergelangan tanganku dicekal erat olehnya. Aku
mengikuti tarikan tangannya dengan langkah terhuyung-huyung. Perbedaan jarak
langkah yang kami ambil membuatku kesusahan.
“dari mana saja kau“
Ujar pangeran riana setelah kami tiba di
sebuah lorong yang sepi.
”aku sudah menyuruhmu untuk datang,
kenapa kau tidak datang juga. Bentaknya kasar. Membuatku kaget dan ketakutan.
“apa aku harus datang ke tempatmu”
Keluhku. Kedua tangan pangeran riana
mengurungku di tembok. Aku merapatkan tubuhku. Memalingkan wajahku tidak ingin
melihatnya. Terasa hembusan nafasnya dipipiku. Kugenggam selendang yang
kulilitkan sebagai syal. Pangeran menangkap gerakan tanganku, dia menarik
selendagku. Aku berusaha mempertahankan genggaman tanganku, tapi gagal. Dia
membentak aku kasar dengan suara yang keras, membuat aku semakin membeku.
“kau gila”
kau tidak bisa memperlakukan aku seperti ini,
jeritku histeris.
“aku tidak tau kalau kau begitu berminat
padanya”
Sampai kau memperlakukan dia seperti itu
Riana. Terdengar suara teguran yang halus namun tajam. Pangeran riana langsung
berbalik menoleh kearah suara itu.
Pangeran sera berdiri didekat kami.
Menatap kearah kami dengan pandangan yang sukar dijelaskan. Kakiku lemas,
tubuhku gemeteran, aku langsung merosot jatuh kelantai. Namun pangeran riana
masih memegangi pergelangan tanganku. Tangannya seperti belenggu besi yang
memenjarakanku.
“jangan campuri urusanku”
Kata pangeran riana pada pangeran sera
dengan wajah dingin “pergi dan urusi saja gadis-gadis penggemarmu itu”
“yuki itu urusanku”
kau tidak bisa seenaknya seperti itu padanya
“apa maksudmu”
Terasa genggaman tangan pangeran riana
semakin erat memegangi pergelangan tanganku. Seakan tanganku hampir lepas
olehnya.
“aku tidak akan membiarkan mu menyakiti
yuki seperti itu, dia tidak pantas kau perlakukan seperti itu” pangeran sera
menatap pangeran riana penuh amarah.
“dia kekasihku, aku berhak melakukan
apapun padanya”
“yuki, apa kau benar-benar menyukainya?
..”
Aku kaget tidak menduga pangeran sera
akan bertanya seperti itu padaku. Dia menatapku dengan pandangan lembut dan
hangat.
“kerajaan sudah mengakui kami”
Tegas pangeran riana tak terbantahkan.
“aku tidak bertanya padamu”
Pangeran sera kembali berpaling padaku.
Katakan, apa kau setuju untuk menjadi kekasihnya yuki.
“dia milikku, tidak peduli, dia suka atau
tidak suka. Dia akan tetap menjadi miliku. Dan kau tidak perlu bersusah payah
menyampuri urusan kami sera ”
pangeran sera berjalan mendekat,
menyambar sebelah tanganku. Tarikan kedua tangan pangeran ini begitu keras
membuatku semakin kesakitan. Pangeran riana dan pangeran sera menarik tanganku
kearah yang berlawanan, tenaga mereka sangat kuat.
“lepaskan aku” Sakit, pintaku memohon.
“lepaskan dia”
“aku tidak akan membiarkan mu menyakiti
yuki riana”
“aku bilang lepaskan”
Pangeran riana maju, menghantamkan
pukulan diwajah pangeran sera hingga terjerambah jatuh kelantai. Aku berteriak,
kaget. Aku ingin menolong pangeran sera, tapi pangeran riana sudah lebih dulu
kembali menarik tanganku dengan kasar.
“ada apa ini”
Rombongan raja datang saat situasi menjadi
tegang.
“pangeran”
Terdengar nada seruan kaget dari
rombongan kerajaan Garduete yang datang bersama raja. Raja melihat kearah kami
bertiga secara bergantian.
Raja tampak terkejut mendapati pangeran
sera yang terjatuh dilantai dengan bibir berdarah, dan aku yang terlihat kacau
dengan lengan baju yang robek, serta pangeran riana yang berdiri diantara kami
dengan wajah siap membunuh.
“apa yang terjadi”
Tuntut raja pada semua orang yang ada.
Aku menunduk ketakutan.
“apa yang sudah pangeran riana lakukan
pada pada pangeran sera adalah penghinaan”
Seru seorang laki-laki paruh baya
berpakaain ala pendeta, dengan nada penuh kemarahan.
“aku tidak apa-apa pendeta Naru”
Jangan dibesar-besarkan, ujar pangeran sera
sambil berdiri. Menatap pangeran riana tajam dengan wajah manisnya. Dia
mengusap darah disudut bibirnya.
“maafkan kami pendeta naru”
Saya akan menyelesaikan masalah ini
dengan baik, ujar raja bijak.
“Pengawal”
Bawa pangeran sera ke tabib istana untuk
segera diobati lukanya dan antarkan putri yuki kembali keistanyanya.
“tidak, bawa dia ke istanaku”
Dan kurung dia dikamar sampai aku kembali dan
jangan biarkan dia keluar selangkah pun dari sana tanpa seizinku.
Aku semakin menangis histeris mendengar
perkataan itu
“riana” protes raja tak suka”
“maafkan saya ayah”
Tapi ini adalah masalah kami, biarkan
kami berdua yang menyelesaikannya.
Pangeran riana berbalik menatap kearah
para prajurit yang masih bingung dengan situasi yang ada.
“apa yang kalian tunggu”
Cepat pergi. aku diapit dua orang prajurit.
Setelah memberi hormat aku langsung dibawa pergi.
“riana, temui aku nanti”
Terdengar suara raja dibelakangku. Aku
memalingkan wajah, menatap pangeran sera dengan pandangan meminta maaf.
Kemudian berjalan kembali mengikuti langkah dua prajurit yang mengawalku.
____________”______________”______________”_______________”____________ “______________
Aku melempar buku dengan kesal kelantai. Aku rebahkan badanku,
menempelkan pipi di dinginnya lantai batu. Hari sudah larut malam. Namun apa
bedanya waktu untukku. Aku menjalani hidup selama satu minggu ini diistana
pangeran riana. Aku tidak diperbolehkan keluar kamar atau menerima kunjungan
dari siapa pun. Aku seperti hidup didalam penjara atau lebih dramatisnya lagi,
seperti burung dalam sangkar emas. Aku menghabiskan waktu dengan membaca atau
hanya duduk diam di kamar. Badanku jadi pegal semua karena kurang bergerak.
“putri yuki, nanti putri sakit” tegur Rena disampingku.
“aku ingin pulang” bisik ku sedih.
“jika putri bersikap baik”
Mungkin pangeran riana bisa mempertimbangkan
untuk memulangkan putri.
“apa kau tidak lihat, dia sudah
mempersiapkan semuanya untuk ku”
Aku mendesah. Saat aku datang pertama
kali ke kamar ini, aku terkejut melihat bagaimana sudah siapnya pangeran riana
membuatkan penjara untuk ku. Aku mendapatkan satu ruangan besar penuh pakaian,
sepatu, tas, perhiasan dan kebutuhnan ku lain nya. Yang semuanya sesuai dengan
ukuranku jika aku kenakan. Dia benar-benar tidak main-main dengan ucapannya
untuk menjadikan aku sebagai kekasihnya.
“apa ayah masih lama”
Bisik ku lagi diiringi isak tangis yang
terkesan pilu.
“beliau sudah mengetahui tentang hal ini”
Namun beliau belum bisa pulang karena kewajiban tugas kerajaan. Tapi, beliau
sudah berjanji akan segera pulang begitu urusan kerajaan terselesaikan. Perdana
mentri akan bicara langsung dengan pangeran riana dan baginda raja mengenai
permasalahan putri.
“Namun aku tidak mau berharap”
pangeran riana sangat susah dibelokan
keputusannya.
“Putri saya mohon Makanlah”
Putri dalam seminggu ini sangat sedikit sekali
makan, kalau perdana menteri pulang saya bisa dimarahi. Badan putri terlihat
kurus sekali.
“aku sedang tidak nafsu makan rena”
“tapi putri”
“aku akan makan jika lapar” janjiku.
Terdengar suara ribut-ribut diluar
kamarku. Aku dan rena saling menatap kebingungan, sebelum akhirnya memutuskan
untuk keluar melihat apa yang sedang terjadi.
Empat orang pelayan kerajaan sedang
berkumpul didepan pintu kamar pangeran riana dengan wajah cemas. Aku memanggil
salah seorang pelayan untuk datang mendekati ku.
“ada apa..? Tanyaku penasaran”
“putri kami harus bagaimana”
Pangeran riana sedang terluka, tetepi beliau
melarang kami untuk mengobatinya, kami tidak diperkenankan masuk ke dalam kamar
pangeran, sedang kan menurut pendeta serfa, walaupun sudah diobati lukanya ada
kemungkinan malam ini pangeran akan terserang demam tinggi. Ujar seorang
pelayan dengan wajah panik, dia berkali-kali menatap kearaku memohon
“terluka, bagaimana dia bisa terluka”
“Pangeran riana menolong seekor kucing
yang hampir tertimpa peti kayu saat pembuatan gerbang istana untuk festival
mendatang putri”
“Aduh putri kami harus bagaimana”
Kami tidak bisa membantah perintah pangeran
riana, namun jika terjadi sesuatu dengan pangeran riana kami bisa mendapat
hukuman.
Kucing. Aku sama sekali tidak mempunyai
bayangan jika orang seperti dia akan melakukan tindakan seperti itu. Aku
menatap pelayan itu sambil berfikar dengan cara apa aku bisa membantu mengobati
luka pangeran riana.
“biar aku coba untuk melihatnya“ ujarku
akhirnya.
“putri...” rena menatap ku khawatir.
“Tenang saja”
Dia tidak akan membunuhku karena berani
masuk ke kamarnya.
“boleh kan paman penjaga”
Ujarku pada dua orang prajurit yang
ditugaskan untuk menjaga kamarku. Kedua prajurit itu menunduk dengan hormat.
Aku lalu berjalan menyeberangi taman. Setelah menarik nafas sejenak aku masuk
kedalam kamar pangeran riana.
Ternyata pintu ini terhubung dengan ruang
kerjanya, ada rak besar disisi utara yang penuh dengan buku-buku tebal,
didepannya ada meja kerjanya. Kemudian disisi baratnya ada cendela yang
langsung menghadap ke arah kamarku, dari cendela ini aku bisa menatap jelas
keadaan kamarku. Aku harus mengingatkan diriku untuk menutup rapat gorden kamar
jika pangeran riana sedang berada didalam kamarnya, karena bisa jadi dia
melihat serangkaian aktivitasku dari cendela ini, dia bisa mengawasi ku kapan
pun dia mau tanpa aku sadari dari ruangan ini. Kemudian disisi selatan ada
ruang yang aku kira untuk menerima tamu. Semua ruangan disini sangat mewah
didominasi warna biru, ada lukisan pangeran riana yang sedang menunggang kuda,
terlihat gagah. Dia akan banyak dikagumi banyak perempuan jika saja sifatnya sedikit
lebih baik terutama padaku. Aku mengetuk pintu yang ku prediksi sebagai pintu
kamar pangeran.
“aku sudah bilang jangan ada yang
memasuki kamar ini”
Apa kalian tidak dengar. Terdengar suaranya
yang mengancam dari balik pintu. Aku menghela nafas panjang.
“ini aku, apa aku boleh masuk”
Tidak ada jawaban, tapi tak lama kemudian
terdengan suara pintu dibuka dari dalam. Pangeran riana muncul. Dengan tekat
bulat aku melangkahkan kaki memasuki kamarnya.
“Aku dengar kau terluka, apa kau
baik-baik saja”
“aku tidak apa-apa, sudah malam kau
kembali saja kekamarmu”
“aku akan memutuska apakah kau baik-baik
saja jika aku sudah melihat lukamu”
Aku menghampirinya, berhati-hati untuk
melihat responnya, satu hal yang ku pelajari darinya adalah jangan membuat masalah
disaat dia sedang memiliki mood buruk. Atau aku akan mendapat masalah besar.
Karena pangeran riana tidak mengusirku
dan membiarkanku mendekat, aku memegang lengannya, dengan penuh kehati-hatian
aku menyibakkan lengan bajunya. Ada memar berwarna kebiruan dengan bercak darah
yang tampaknya tidak terlalu bagus dan akan mempengaruhi kesehatannya.
“oke, aku rasa kau memang kenapa-napa,
aku akan mengobati lukamu karena itu bekerja sama lah”
Ujarku kemudian. Aku membantu pangeran
melepas bajunya, memar dilengannya menjalar hingga bahu sampai kepunggungnya,
dia terbentur cukup keras. Aku membersihkan bekas darahnya dengan kehati-hatian
supaya dia tidak merasa kesakitan, kemudian menaburkan ramuan yang sudah
disiapkan oleh pelayan. Setelah itu aku membalut lukanya. Pangeran sama sekali
tidak melawan dan menolak bantuannku, dia hanya diam menuruti permintaanku.
“kau mau makan, para
pelayan sudah mempersiapkan makanan untuk mu”
Ujarku kemudian. Aku keluar kamar,
mengambil makanan yang sudah dipersiapkan pelayan .
“tenanglah dia sudah cukup baik, aku akan
menjaganya”
Ujarku pada para pelayan yang masih
menanti di pintu kamar dengan ekpresi wajah cemas. Aku menyuapkan makanan
padanya, pangeran menghabiskan makanan di atas tempat tidur, sedangkan aku
duduk dikursi yang kutarik ke pinggir tempat tidur. Setelah makan aku kembali
keluar untuk mengembalikan piring pada para pelayan.
“kau mau apa”
Tanya pangeran riana saat melihatku
kembali masuk kedalam kamarnya sambil membawa selimut.
“kata pendeta serfa walaupun lukamu sudah
di obati kau masih akan merasakan demam malam ini, jadi aku akan tidur disini
untuk memantau keadaanmu”
Jelasku. Aku duduk diatas sofa
disampingnya. Pangeran berbaring menatapku tak percaya.
“kau tidak mencoba untuk kabur kan”
Ujarnya. Membuatku memutar bola mata
“seolah aku bisa saja”
Desahku pasrah. Aku merapikan selimutnya,
mengusap rambutnya yang lembut
“tidurlah aku akan menjagamu”
Aku bernyanyi, mendendangkan lagu nina bobo
yang sering di nyanyikan mama saat aku masih kecil. dalam sekejap pangeran
sudah lelap tertidur. Setelah memastikan keadaannya baik-baik saja. Aku
menyandarkan tubuhku disofa, menekuk lututku dan berusaha memejamkan mata.
Dimana aku
Aku membuka mata, merasakan hembusan
angin dingin menerpaku. Pemandangan disekelilingku terasa menyekam. Aku berada
didalam hutan yang lebat. Namun aku masih bisa melihat sinar bulan yang
menerangi malam.
Kenapa aku berada disini. Apa yang
terjadi. Apakah pangeran riana membuangku saat aku tertidur karena aku tidak
mau mematuhi perintahnya. Jika benar hal itu. Tega sekali dia padaku
Terdengar suara pedang beradu
dibelakangku. Begitu berbalik aku melihat pertempuran yang terjadi didepanku.
Para prajurit Argueda saling bertempur dan saling menyerang satu sama lain.
Tercium bau darah yang sangat menyengat.
Aku terkejut begitu menyadari bahwa kereta
kuda yang sedang terguling ditengah pertempuran adalah kereta kerajaan milik
ayah. Sepontan aku berlari, kaliku yang telanjang tanpa alas terasa sakit
tertusuk bebatuan & ranting ditanah.
“Ayah”
Aku melihat ayah sedang bertempur melawan dua
orang prajurit yang menyerangnya.
“Ayah”
Aku panggil ayah dengan suara lantang
tapi seolah ayah tidak menyadari keberadaanku.
Aku kaget saat berusaha menyentuh ayah.
Tanganku tembus pandang seolah aku adalah halogram yang kasat mata. Walau aku
disamping ayah, tapi ayah sama sekali tidak menyadari keberadaanku. Bukan hanya
ayah saja, tapi semua orang tidak bisa merasakan kehadiranku disini. Apa yang
terjadi, kenapa seperti ini.
Ayah berhasil membunuh dua orang
prajurit. Namun, dibelakangnya, muncul prajurit lain dan parahnya ayah tidak
menyadari. Pedang terangkat, memantulkan sinar bulan diujungnya.
“Ayah awaaasssss....”
Pedang meluncur turun.
TiidaaaakkkkKKKkk
Aku terbangun, bersimpah peluh. Nafasku
memburu. Keringat dingin mengalir. Dengan cepat aku menyambar gelas yang ada
disampingku dan menuangkan segelas air. Tanganku gemeteran sehingga aku
menumpahkan sebagian besar air kebaju. Mimpi, aku menatap kesekeliling. Aku
masih berada didalam kamar pangeran riana. Ternyata yang tadi itu hanya mimpi.
Aku menarik nafas dalam-dalam. Bayangan mimpi yang menakutkan. Seolah nyata
terjadi dihadapanku. Menyaksikan kematian ayahku.
Terdengar suara rintihan yang mengusik.
Aku berpaling dan melihat kearah pangeran riana. Kondisinya sangat aneh.
Bergegas aku menghampirinya.
Dia terlihat gelisah dalam tidurnya. Suhu
tubuhnya tinggi. Pangeran membuka matanya saat aku mengusap rambutnya.
“ yuki. Bisiknya lemah”
“tidak apa-apa, aku akan menjagamu. Semua
akan baik-baik saja”
Ujarku menenangkan. Aku berlari mengambil obat
yang sudah dipersiapkan pelayan. Menompangkan tanganku membantu pangeran riana
untuk bangun.
“minumlah”
Ujarku menyodorkan obat itu kedalam
mulutnya. Namun, pangeran riana malah memuntahkannya. Aku menjadi panik.
bagaimana ini. Dia tidak juga bisa meminum obat. Aku melihat ke sekeliling,
sekarang sudah tengah malam tidak ada siapapun disini yang bisa aku pintai
pertolongan. Aku tidak mungkin keluar kamar dengan kondisi pangeran seperti
ini. Kalaupun aku paksakan keluar untuk mencari pertolongan, fatalnya aku malah
akan tersesat di istana pangeran riana yang sebesar ini.
Aku menatap pangeran riana yang bersandar
lemah dibahuku. Aku tidak bisa membiarkanya begitu saja. Aku membaringkannya
kembali keatas tempat tidur, menyambar obat, lalu menggerusnya sampai halus
agar dia mudah meminumya, aku dekatkan wajahku kemulutnya memastikan dia
benar-benar bisa meminumnya. Setelah itu aku mengambil baskom, mengelap
tubuhnya yang bermandikan keringat dan menggantikan baju. Aku mengganti bajunya
dengan baju baru.
“kau akan baik-baik saja, tidurlah”
Bisikku di telinganya. Jangan cemas.
Sepanjang malam ini aku terus berjaga dan
memantau kondisi pangeran riana. Aku juga mengelap dan mengganti pakaiannya
yang basah oleh keringat. Saat fajar menjelang demamnya sudah turun dan dia
sudah tidur nyenyak. Aku keluar kamar mendapati para pelayan sudah berada
didepan pintu kamar, dari wajah mereka aku tau mereka juga kurang tidur, sama
seperti aku. Mereka sangat mengkhawatirkan kondisi kesehatan pangeran riana.
“dia sudah cukup baik, kalian bisa
beristirahat”
Ujarku sambil menyerahkan pakaian kotor
milik pangeran riana kepada salah seorang pelayan. Aku kembali masuk kedalam
kamar pangeran riana. Mengecek suhu tubuhnya setelah yakin dia tidak akan
serserang demam lagi. Aku berjalan lelah kearah sofa panjang. Aku mengambil
bantal dan membaringkan tubuhku disana. Dalam sekejap aku langsung tertidur
lelap.
Buah jatuh
tidak jauh dari Pohonnya
Aku berguling, rasanya ada yang aneh harusnya gerakan ini
membuatku terjatuh, dan lagipula sofa ini terlalu nyaman untuk sebuah sofa.
Menyadari hal itu aku membuka mata. Hari sudah menjelang siang, sinar matahari
masuk dalam cendela yang sengaja dibuka. Aku berada diatas tempat tidur
pangeran riana. Sejak kapan aku dibaringkan disini “ujarku pada diri sendir”
aku baru menyadari jika pangeran riana sudah tidak ada lagi dikamarnya. Aku
mendengar suaranya berada didalam ruang kerjanya. Bergegas aku bangun dan membuka
pintu.
Aku menyesali diriku, karena telah
ceroboh membuka pintu ruang kerja pangeran riana. Pangeran riana tidak sendiri,
ada dua orang tetua kerajaan diruang itu, yang sedang bersamanya saat ini.
Keduanya seperti kaget melihatku keluar dari kamar pangeran riana, dengan
wajah baru bangun tidur dan rambut
acak-ajakan, belum disisir.
“sudah bangun“
Tanya pangeran riana santai sambil menutup
dokumen yang sedang dibacanya. Aku diam menatap kedua tetua itu yang melirikku
dan pangeran riana bergantian.
“aku akan membacanya nanti, terimakasih
atas laporannya paman”
Ujar pangeran riana kemudian. Kedua tetua itu
berdiri memberi hormat pada pangeran. Saat mereka keluar, mereka kembali
melirikku dan pangeran riana bergantian lalu menggelengkan kepala.
Pangeran riana menghampiriku yang masih
terpaku.
“ada apa”
tanyanya mendekat.
“kenapa, kau tanya aku kenapa”
Apa kau tidak melihat reaksi kedua tetua itu
saat melihatku berada dikamarmu ditambah dengan pemanpilanku seperti ini. Kau
harus menjelaskan pada mereka, kalau tidak pernah terjadi apa-apa diantara
kita. Kalau tidak, bisa-bisa mereka salah paham “ujarku panik”
“menjelaskan apa”
“menurutmu apa yang mereka pikirkan jika
melihatku keluar dari kamarmu dengan penampilan seperti ini”
Kataku kesal. Mereka pasti berfikir yang
macam-macam tentang kita.
“bagus kan jika mereka mengira seperti
itu”
“kau..” aku menatapnya tak percaya.
Aku
menghela nafas menyadari bahwa dia menikmati apapun yang dipikirkan tetua itu
mengenai kami.
Aku menyentuh dahinya ragu. Mengusap keningnya
memastikan demamnya sudah benar-benar hilang. Kau sudah cukup baik kan, kataku
ragu.
“sudah”
seperti yang kau lihat sekarang. Bahkan lukaku
sudah sembuh.
“yang benar mana mungkin”
“lihat saja sendiri”
Aku mencekal lengan pangeran riana
menggulungkan bajunya. Mataku terbelanga, terkejut melihat tidak ada lagi bekas
luka apapun dilengnnya seperti yang ku lihat semalam.
“berkat ramuan pendeta serfa”
Ujar pangeran riana kemudian, yang melihatku
terbengong. Pangeran tersenyum menatapku penuh arti. Aku balas menatapnya
dengan pandangan penuh curiga.
“apa, kataku mundur saat dia mendekatiku”
Aku terdorong hingga menempel pada rak
buku. Kedua tangannya mengurungku, terasa hembusan nafasnya di pipiku. Aku
mundur semakin menempel pada rak.
“cium aku”
Pintanya aku menatap pangeran riana
kaget. Dia memegang sejumput rambutku yang terurai dan menciumnya, sambil
menatapku penuh arti.
“minggir aku harus pergi”
kataku berusaha mendorongnya menjauh.
“kenapa,bukan kah semalam kau juga menciumku” Tanyanya tak mau
kalah
“apa kau gila”
Itu bukan ciuman, aku memang mendekatkan
wajahku untuk memastikan kau benar-benar bisa meminum obat itu. Karena kau
tidak juga bisa meminumnya. Tegasku dengan pandangan meyakinkan. Taganku
menahan dadanya agar tidak mendekat lagi.
“aku tau”
Tapi aku lebih senang jika kau menciumku
tidak hanya seperti kondisi semalam saja.
“kau gila”
Minggir. Pintaku lagi dengan nada galak.
“haruskah selalu aku yang memaksamu
duluan” desahnya tak suka
“tidak...”
Kau pangeran tergila yang pernah aku
temui.
“kalu begitu cium aku” dia semakin
mendekatiku.
“kau tidak bisa memaksaku” ancamku galak. Kau tidak akan pernah
bisa.
“tentu saja aku bisa”
Dia tersenyum penuh kemenangan.
”begini saja, kita buat kesepakatan”
Jika kau menciumku aku akan mengijinkan mu
sekolah hari ini.
Aku menatapnya kesal. Curang sekali dia.
Dia tau aku sangat ingin keluar istana dan ingin segera kembali masuk sekolah.
Sekarang dia memberiku penawaran yang tidak adil.
“
kau jahat sekali” keluhku tak percaya
“terserah apa katamu”
Sekarang pikirkan lah sebelum aku berubah
pikiran.
Pangeran riana menatapku dari jarak dekat
penuh kemenangan. Aku ingin ke sekolah. Aku ingin main bersama elber dan juga
bangsawan dalto. Pangeran riana tau itu dan dia memanfaatkannya. Tapi walau
begitu aku memang ingin sekolah hari ini. Andaikan pun jika aku menolak
ciumannya dia akan tetap memaksa menciumku dan aku tidak mendapat jaminan akan
diperbolehkan keluar istana apalagi diperbolehkan sekolah.
“licil sekali” kataku menyerah
Pangeran
riana seperti menyadari bahwa aku sudah memutuskan jawaban. Dia tampak puas
membuatku berfikir menyerah.
Aku sedikit canggung saat dia mendekatkan
wajahnya. Aku menyadari beberapa detik kemudian kalau dia menungguku menciumnya.
Aku mencoba mendekatkan wajahku kearahnya. Tanpa diduga dia langsung menarikku
ke pelukannya. Aku kaget dan langsung menepis. Pangeran riana tersenyum sinis
dia nampak puas melihat reaksiku.
“bersiaplah kita akan berangkat
kesekolah” katanya kemudian
“kau serius” ujarku masih tak percaya
“kalau kau tidak mau aku tidak akan
memaksa”
“tidak-tidak, sambarku senang. Tunggu aku
bersiap, kau tidak boleh meninggalkan aku”
Aku langsung berlari keluar kamar
pangeran riana senang
“rena tolong bantu aku cepat” teriak ku penuh kesenangan.
Kereta kuda memasuki gerbang sekolah,
suasananya semakin ramai. Di lapangan yang luas sudah dibangun empat gerbang
buatan masing-masing kerajaan yang akan mengikuti festival empat negara dengan
konsep yang berbeda. Aku terpana saat melihat gerbang itu. Tidak percaya kalau
gerbang itu dibangun sendiri oleh para bangsawan. Sangat indah dan menakjubkan.
“hay, putri yuki senang sekali bertemu
denganmu”
Ujar bangsawan voldermon saat melihatku
berjalan bersama pangeran riana. Aku langsung cemberut melihatnya. Bangsawan
voldermon sedang membantu bangsawan xasfir membuat ukiran yang indah pada kayu,
untuk menghias tandu kerajaan.
“Bagaimana rasanya tinggal di istana pangeran
putri”
sangat menyenangkan bukan ?.
Rasanya aku ingin menonjoknya kali ini.
Aku langsung melayangkan tatapan tak suka padanya, yang dia tanggapi dengan
cengiran puas.
“bagaimana situasinya, apakah semuanya
sesuai rencana”
Tanya pangeran riana. Seorang prajurit datang
dan menyerahkan dokumen padanya.
“semua cukup terkendali” ujar bangsawan
xasfir meyakinkan.
Aku menatap bangsawan xasfir kagum.
Bagaiman dia bisa membuat ukiran seindah itu dengan jemari tangannya. Saat aku
sedang mengamati bangsawan xasfir, tanpa sengaja aku melihat bangsawan dalto
berjalan tak jauh dari tempatku berada.
Aku tidak percaya dengan penglihatanku.
Benarkah itu dia. Aku hendak berlari ke arahnya untuk memastikan apakah itu
benar dia, Namun tanganku lebih dulu dicekal oleh pangeran riana. Dia menatapku
dengan tatapan dingin dan mengintimidasi ku untuk menuruti perkataannya.
“jika aku melihatmu bersama dalto ataupun
sera, aku tidak akan segan-segan memulangkanmu kembali ke istanaku, dan
memastikan kau tidak akan pernah bisa keluar lagi” ancamnya dingin, dengan nada
suara yang tidak pernah aku sukai.
“sudah yuki, kemarilah dan bantu aku”
Ujar bangsawan xasfir menengahi. Dengan
patuh aku duduk di samping bangsawan xasfir. Aku tekuk lututkku didada menaruh daguku disana.
Riana akan sangat menyebalkan jika kemauannya tidak dituruti. Bangsawan xasfir
berbisik sambil menatap kearah pangeran riana yang sedang memeriksa dokumen
yang baru diterimanya. Sesekali panheran bertanya pada prajurit yang dengan
setia berdiri disampingnya.
“lebih baik kau menurut saja, jika tidak
mau jadi tawanan lagi, ngomong-ngomong apa saja yang kalian lakukan selama
berada diistan. Apakah telah terjadi sesuatu”
Tanya bangsawan voldermon sambil memfokuskan
diri untuk merapikan ukiran yang dibuat bangsawan xasfir.
“apa yang kau pikirkan, kami tidak
melakukan apa-apa” kataku kesal
“ohya, jika melihat kalian tadi, aku rasa
telah terjadi sesuatu, walaupun belum jauh dari bayangan ku, menyenangkan bukan
berciuman dengan riana”
“itu jauh lebih baik dari pada aku harus
berciuman denganmu, bangsawan gila” kataku ketus.
“riana berbuat seperti itu karena dia
tidak mau kehilanganmu”
Ujar bangsawan xasfir sambil tetap
memfokuskan diri pada pekerjaan nya. Mungkin dia memang terlihat seenaknya,
tapi dia seperti itu, sungguh untuk melindungimu yuki. Hanya saja dia tidak
bisa mengungkapkannya dengan benar.
“apa mengurung orang diistana adalah
termasuk kategori melindungi” Ujarku sengit pada bangsawan xasfir.
“aku mengenal riana dengan baik”
Kami
semua tumbuh bersama semenjak kecil, dia memang dingin dan berlaku seenaknya
terutama terhadap wanita, tapi denganmu.... kau boleh percaya, atau tidak
percaya, bahkan riana sendiri tidak mau mengakuinya, tapi siapa saja yang
melihat kalian berdua, akan tau bahwa sikapnya denganmu berbeda.
“aku tidak ingin
mendengar apa-apa lagi tentang dia” gerutuku sambil menutup telinga.
“cobalah untuk memaghaminya” dia tidak
seburuk dugaanmu.
“Riana tumbuh tanpa kasih sayang seorang
ibu, dia hanya hidup dengan asuhan ibu pengasuh dan pelayan istana”
Walau memiliki ayah seorang raja
sekalipun, tapi hubungan mereka tidak begitu bagus. Riana hidup dan mempelajari
dunia ini sendirian. Posisinya sebagai putra mahkota pewaris tahta tunggal,
membuatnya tidak bisa hidup damai sesuai dengan kata hatinya sendiri, dia harus
mengikuti semua aturan kerajaan. Dia terus dituntut hidup seperti itu sampai
kau muncul. Kau sangat berpengaruh dalam kehidupannya, seberapa besar dia
berusaha menolak kehadiranmu, tapi dia tidak akan pernah bisa, karena kau
memang ditakdirkan untuk masuk kedalam hidupnya.
Tapi akhir-akhir ini aku merasakan
perubahan sikapnya lebih baik saat dia bersama denganmu. Sekarang dia bisa
dikatakan lebih memanusiakan orang, semua itu terjadi karena kau yuki. Kau
telah merubahnya...” kali ini bangsawan xasfir berbicara sambil menatap sosok
pangeran riana yang sedang berbicara dengan prajuritnya.
“yuki”
Aku menoleh. Elber datang berlari
menghampiriku. Dia mengenakan pakaian menarinya yang terbuka dan memaparkan
bentuk tubuhnya yang sempurna.
“elber”
Aku berdiri dan langsung memeluknya
senang.
“aku pikir aku tidak akan pernah bertemu
dengan mu lagi yuki”
“aku juga berfikir begitu” Tapi aku rasa
sekarang aku sedang beruntung. Aku bisa bertemu denganmu kembali.
“aku akan berlatih menari untuk pembukaan
festival” kau mau ikut.
Aku menatap kearah bangsawan xasfir untuk
meminta pendapat.
“bagaimana ini, aku sangat ingin bermain
bersama temanku bangsawan xasfir”
Rengekku padanya. Asal kau tidak melanggar
peraturan riana, aku rasa tidak masalah. Ujar bangsawan xasfir kalem.
“jika melanggar paling kau akan dikurung
lagi”
Timpal bangsawan voldermon. Aku buru-buru
mendorong elber menjauhi mereka, aku ingin bernafas lega sejenak dari pangeran
riana dan teman bangsawannya. Walaupun artinya aku harus duduk manis menjadi
penonton setia elber berlatih menari didalam kelas menari bersama beberapa
putri.
Aku berjalan menuju lorong setelah
berpamitan sejenak pada elber untuk ke kamar mandi. Tiba-tiba aku melihat sosok
bangsawan dalto memasuki ruang musik yang saat ini kebetulan tidak ada
siapapun. Aku mengedarkan pandangan kesekeliling, aman tidak ada orang yang
mengawasi. Buru-buru aku masuk kedalam ruang musik mengikuti bangsawan dalto.
Saat aku masuk. Bangsawan dalto sedang
merapikan alat musik kedalam tas. Aku langsung menghampirinya senang
“bangsawan dalto” kau sudah sembuh. Kataku girang
“ya”
Bangsawan dalto menutup tasnya tanpa melihat
kearahku sedikit pun. Lalu dia beranjak pergi. Aku dengan cekatan menarik
bajunya, menghentikan langkahnya.
“Lepaskan aku”
Ujar bangsawan dalto masih tetap tidak mau
menatap ku.
“kau marah padaku” tanyaku berhati-hati.
“tidak...”
“Lalu kenapa kau menghindariku dan tidak
mau melihatku”
Tuntutku tak percaya. Jika aku salah aku minta
maaf, tapi aku mohon kau jangan bersikap seperti ini padaku, kita bisa
bicarakan dengan baik.
“yuki sebaiknya kita tidak usah berteman
lagi”
Ujar bangsawan dalto berbalik menatapku dengan
ekpresi muak. Berteman denganmu membuat hidupku menjadi jauh tidak baik. Maaf
kau bisa pergi sekarang dan jangan pernah temui aku lagi.
Aku menatap bangsawan dalto tidak percaya
dengan pendengaranku barusan.
“tidak mungkin, kau tidak mungkin begitu”
Ada
apa, apa yang terjadi tolong katakan padaku. Kau tidak bisa berlaku seperti itu
padaku. Kita akan terus berteman sampai kapanpun, tidak peduli orang lain
berusaha merusak pertemanan kita. Aku berjanji padamu, aku akan tetap
mempertahankan pertemanan kita, jadi kau tidak perlu berkata seperti tadi
padaku.
“aku sudah bilang tidak ingin berteman
lagi denganmu, apa kau tidak dengar”
Teriak bangsawan dalto marah. Kau pikir
kau ini siapa, kau harus tau, berteman denganmu membuat hidupku semakin
tersiksa. Jadi sekarang cukup yuki pertemanan kita sampai disini saja. Pergilah
dan anggap kita tidak pernah saling mengenal.
“aku tidak mau”
Aku menggeleng, air mataku berkaca-kaca
tidak terima dengan putusan bangsawan dalto.
“terserah..”
Bangsawan dalto menepis tanganku kasar,
kemudian berjalan pergi tanpa sedikit pun berbalik melihatku. Aku diam terpaku
ditempat. Masih tidak percaya dengan perkataanya, aku merasa disambar petir
disiang bolong. Aku tidak mau kehilangannya, aku sangat menyayangi nya, dan
ironisnya baru aku sadari setelah aku kehilangannya. Aku selalu ingin berada
didekatnya, menghabiskan waktu di pondok tengah hutan berdua yang disaksikan
oleh tanaman mawar yang ditanamnya.
Semenjak kejadian diruang musik itu,
bangsawan dalto benar-benar menyakinkan perkataannya. Dia mengangapku tidak
ada, dan berusaha tidak pernah mengenaliku sebelumnya. Aku semakin merana oleh
sikapnya. Tapi aku selalu berusaha mencari tau alasannya, kenapa dia
menghindariku dan bersikap dingin padaku. Namun semakin aku mengejarnya semakin
kuat dia menolak ku.
Elber menghampiriku yang duduk melamun
diujung bangku, menyaksikan para putri berlatih menari dengan koreografi yang
memukau.
“ini...”
Ujarku memberikan handuk kecil padanya
untuk mengelap keringat yang menetes akibat gerakan menari. Elber langsung
menerimanya senang. Elber duduk disampingku, meluruskan kakinya untuk
memulihkan kembali otot-otot yang kaku karena terus-terusan berlatih menari.
“jadi bangsawan dalto masih menghindarimu
?..”
Tanya elber saat melihat ku hanya diam
melamun.
Aku mengaguk lemas “aku sudah berusaha
meminta penjelasan padanya. Namun hasilnya nihil” ujarku sedih.
“lohh..lohhhh.
kenapa dia ada disini, dia kan tidak terpilih untuk menari“
Ujar putri norah didekat kami. Entah
sejak kapan dia dan teman-temannya berada disini. Aku menatap putri norah muak.
Aku dengar tadi pagi dia dan teman-temannya membuang semua bunga mawar milik
bangsawan dalto yang dibawanya ke kolam dan menyiram bangsawan dalto dengan
sampah basah.
Putri norah menatapku dengan tatapan
jijik, elber memegang tanganku untuk menenangkan aku.
“tidak ada yang melarang siapapun
menonton latihan menari kita norah” ujar elber berusaha membelaku.
“Memang tidak ada”
Tapi aku hanya kasihan melihatnya,
bagaimana ya. Mungkin dia sangat ingin menari tapi semua orang tau, jika putri
Raynszah ibunya adalah penari terburuk diNegeri ini. Ujar purti norah puas
dengan ketawa yang membahana. Aku bisa tahan jika mereka mengejekku, tapi aku
tidak tahan jika mereka mengejek mamaku atau siapapun yang aku sayangi.
Terlebih hinaan itu aku saksikan langsung dihadapanku.
“Buah tidak jatuh dari pohonnya”
Ujar bangsawan Dolderes, bangsawan bertubuh
gemuk yang selalu menyakiti secara fisik bangsawan dalto disekolah.
Teman-teman putri norah tertawa mengejek,
mendengar seloroh mereka aku menghela nafas panjang. Menahan emosi.
“hay, bagaimana kalau kita bertanding
menari
Ujarku menantang. Serentak tawa mereka
berhenti. Elber melotot tak percaya mendengar perkataanku.
“kau menantangku” tanya putri norah ragu tapi penuh ejekan.
“ya..”
Jika aku menang kalian harus meminta maaf
padaku karena telah mengejek ibuku dan berjanji tidak akan pernah mengganggu
bangsawan dalto lagi, jika kau tidak menepati janji kau dan teman-temanmu harus
mencium 1000 kambing di halaman sekolah.
“tapi jika aku yang menang, kau harus
menjadi budak kami. Bagaimana..?” tanya
putri norah penuh kesombongan.
“aku mengangguk setuju”
“ayo teman-teman kita bersiap, sebentar
lagi kita akan punya budak baru “ ujar putri yasfa senang di ikuti riuhan
teman-temannya.
“selepas makan siang kita akan
bertanding”
Persiapkan dirimu sebaik mungkin putri yuki,
walaupun nantinya kau akan kalah dariku. Ujar putri norah sembari berlalu pergi
dari hadapanku.
“ yuki kau gila”
Ujar elber tak percaya. Kau tau siapa norah,
dia adalah putri yang berhasil memenangkan lomba menari antar sekolah dau tahun
berturut-turut dia penari terbaik di
negeri ini yuki, dan sekarang kau malah menantangnya dengan kosekunsi taruhan
seperti itu. Apa yang kau pikirkan kau yuki, kau akan mendapat masalah besar.
Aku berdiri cuek, menatap kepergian putri
norah dan teman-temannya, yang menghilang di belokan. Cepat bantu aku
bersiap-siap elber, aku pinjam baju menarimu.
Aku berjalan menuju ruang berpakaian.
Elber mengikutiku dari belakang, dia memprotes semua kegilaanku.
“kau gila, benar-benar gila yuki”
Bahkan aku saja tidak pernah melihatmu menari
dipelajaran menari. Apa yang sebenarnya penyebab kegilaan mu ini. Bisa-bisanya
kau menantang Norah.
“tenanglah elber” jangan mendramalisir
masalah.
“bagaimana aku bisa
tenang” Aku akan mengadukan ini pada pangeran riana.
Aku langsung melototi elber dengan
pandangan marah.
“jadi kau tidak mempercayaiku”
“tidak dengan kegilaanmu kali ini” aku
tidak akan bertaruh jika aku tidak yakin bisa menang.
“pangeran riana tidak akan menyukai ini”
“aku janji, aku tidak akan melibatkanmu
dalam hukuman ku nanti”
Janjiku sungguh-sungguh. Elber mendesah
pasrah, dia membuka pintu berpakaian menatapku dengan pandangan menyerah.
“janji...”
“ ya, aku janji”
Aku dan elber berada dibelakang panggung,
aku menutupi tubuhku dengan kain panjang. Menyesal kenapa aku tidak menyimpan
pakaian menariku, sebab pakaian menari yang aku pinjam dari elber tidak sesuai
dengan seleraku. Elber cenderung memilih pakaian menari dengan tampilan seksi.
“Elber kau yakin tidak ada pakaian yang
lebih tertutup”
“kau kira pakaian menari itu seperti apa”
tegas elber
“tapi masalahnya”
Apa aku harus mengenakan baju ini dihadapan
banyak orang seperti itu. Dan astaga, kenapa ramai sekali. Ini kan hanya
taruhan biasa.
“Mereka memiliki kesempatan untuk
mempermalukanmu yuki”
Karena itu mereka mengubah tempat pertandingan
diaula menari dan mengumumkannya secara umum, sehingga banyak yang akan datang
menyaksikan pertandingan ini. Ujar elber.
Putri norah sudah berdiri di tengah aula
dengan sikap angkuh. Dia mengenakan pakaian yang terbuka, lebih parah dari pada
pakaian menari yang aku kenakan saat ini. Bentuk tubuhnya sangat indah, aku
jadi tidak percaya diri dengan bentuk tubuhku yang seperti ini.
“kalau kau kalah, kau habis”
Ujar elber mengingatkan. Kami mengintip dari
balik tirai panggung. Menatap keramaian di depan sana. Ternyata di sana ada
raja, selain raja juga ada beberapa tetua yang kebetulan berkunjung ke sekolah,
berita pertandingan ini sepertinya memang disebar luaskan, terbukti banyak tamu
dari kerajaan yang hadir untuk menyaksikan, termasuk pangeran sera. Wajah
pangeran sera terlihat masam tidak bersahabat dari kejauhan. Terlihat juga
bangsawan voldermon duduk di barisan depan bersama bangsawan xasfir, dia
terlihat antusias menyaksikan pertandingan ini aku rasa.
“kau tau, kataku menyengir”
Masalah besarku bukanlah hasil
pertandingan kali ini, tapi apa yang akan terjadi setelah akhir pertandingan
ini. Aku menunjuk kearah pangeran riana yang berwajah dingin dengan sorot mata
siap membunuh. Dari ekpresinya aku tau, seberapa besar masalah yang akan aku
tanggung setelah usai pertandingan ini. Keluhku pada elber yang juga ketakutan
setelah melihatnya.
“aku kan sudah mengingatkanmu sebelumnya
yuki”
Musik berkumandang, sorak-sorak riuh
mengiringi kemunculan putri norah dari balik tirai.
“sudah waktunya”
Elber
mengambil kain yang tadi aku pergunakan untuk menutupi tubuhku. Dan tanpa
peringatan dia mendorongku masuk kedalam panggung. Aku hampir saja terjatuh
jika tidak berpegangan pada tirai panggung di sampingku.
“elber, kataku marah”
“maaf.. maaf...”
Aku malu, tapi aku berusaha menutupi rasa
maluku itu. Aku maju ketengah panggung berdiri dengan jarak dua depa dari putri
norah. Nyonya Almison, guru menari di kelas kami, memberikan kami masing-masing
dua buah kipas yang dipergunakan untuk menari.
“Apa kalian sudah siap? “
Tanya nyonya almison sambil mengecek
persiapan kami masing-masing.
“ ya, tentu saja” Jawabku dengan gugup.
Peraturannya adalah siapa yang lebih dulu
terjatuh atau menjatuhkan kipas, dia lah
yang kalah. Apa kalian mengerti, papar nyonya almison sekali lagi.
Saat itulah pintu terbuka semakin lebar,
bangsawan dalto masuk ke dalam aula. Dia berdiri disamping pintu, dalam
kegelapan.
“putri yuki”
Tegur nyonya almison menarik perhatianku
kembali padanya. Aku mengganggup mantap, meyakinkan diri untuk siap.
“aku mengerti “
Nyonya almison mundur, kemudian musik
dimainkan. Aku yang terpaku dengan kedatangan bangsawan dalto tidak bisa
berkonsentrasi. Putri norah sudah lebih dulu menari. Tarian ini adalah tarian
yang sulit di lakukan. Gerakannya harus lincah, dengan musik yang cepat dan
juga harus memperhatikan irama kaki. Lenggokan tubuh dan permainan kipas harus
benar-benar di perhatikan dengan jeli. Membutuhkan konsentrasi penuh untuk
melakukan tarian ini. Elber mengatakan dia saja belum menguasai tarian ini
walaupun sudah belajar tiga tahun lebih.
Aku mperhatikan gerakan putri norah yang
mantap dan anggun tidak peduli bisikan orang yang melihatku, aku hanya diam
diatas panggung padahal musik sudah dimainkan. Kemudian aku menatap ke arah
bangsawan dalto sekali lagi yang masih bersandar disamping pintu, bersedakap
menatapku.
Walaupun dia membenciku sekarang dan
tidak ingin berteman denganku lagi, namun aku tidak pernah membencinya aku akan
tetap menyayanginya. Aku melakukan ini untuk dia. Hanya ini yang bisa aku
lakukan untuknya, sebagai teman , sebagai sehabat, sebagai orang yang
mencintainya. Aku sadar, perasaanku padanya bukan lagi perasaan seorang teman
saat dia jauh dariku. Aku mencintainya. Sama seperti seorang wanita yang
mencintai seorang pria. Belum terlalu dalam namun sudah cukup menyesakkan.
Aku merentangkan tanganku, lalu menari
mengikuti irama musik. Sebenarnya salah besar jika putri norah memilih lagu
ini. Karena aku sudah sering menarikannya semenjak usiaku lima tahun. Mama
memang bukan penari yang baik, tapi bibi shera, dialah yang mengajariku latihan
menari, aku juga diikutsertakan Les menari balet modern, mama langsung memarahi
aku, jika aku kedapatan membolos dari tempat Les. Demi hari ini, jika ada yang
menantangku menari maka aku bisa menunjukan pada semua orang. Bahwa aku yuki anak
dari putri raynszah bisa menari dengan baik.
Mungkin karena terkejut melihatku mampu
mengimbangi gerakannya. Putri norah tanpa sengaja kehilangan keseimbangan dan
menjatuhkan kipasnya. Secara otomatis dia telah kalah. Suara riuh terdengar
membahana. Aku terus menari, tidak peduli jika dia telah berhenti menari.
Dengan sigap aku mengambil kipasnya yang terjatuh dan memainkannya. Aku menari
dengan tiga kipas sekaligus sekarang. Bangsawan voldermon tampak melongo saat
melihatku menari. Dari ekpresi wajahnya dia tampak puas dan bangga padaku.
Musik berakhir. Aku memberi hormat pada semua yang menonton pertandingan.
Tepukan riuh membahana. Badanku basah oleh keringat. Namun aku sangat puas.
Elber memeluk ku senang“ hebat, kau hebat
yuki. Kau bahkan mampu menari dengan tiga kipas sekaligus. Itu sangat sulit ku
lakukan “ katanya girang”
“sudah ku bilang jangan meremehkan aku”
Aku mengedipkan mata manja padanya. Aku
memakai kembali kain yang diberikan elber untuk menutupi tubuhku. Lalu
menghampiri putri norah yang kesal.
“aku pemenangnya”
Jadi sesuai kesepakatan. Kau sudah tau
apa yang harus kau lakukan. kataku puas.
Putri norah dan teman-temannya
menghentakan kaki kesal, lalu pergi menuju belakang panggung. Aku menatap
kearah bangsawan dalto, namun dia sudah tidak ada ditempatnya tadi.
Setelah itu seperti yang aku duga.
Pangera riana memerintahkan dua orang prajurit untuk mengawalku berganti
pakaian dan segera mengantarkan aku kembali ketempatnya. Aku sudah siap dengan
semua kosekuensi akibat tindakanku ini. Aku berjalan di lorong yang sepi.
Mungkin karena asyiknya melamun aku sampai tidak menyadari jika ada seseorang yang berdiri
didepanku. Menghalangi langkahku.
“ pangeran sera” aku menatapnya kaget.
Aku lantas segera memberi mormat padanya.
Kedua prajurit masih terus mengikuti aku dengan jarak yang lebih dekat, mereka
seolah memasang sikap waspada mengingat kejadian tempo hari pangeran sera dan
pangeran riana terlibat berkelahian, karena aku.
Aku menunduk tidak berani menatap
pangeran sera. Dia tetap berdiri menghalangi langkahku. Apa dia marah padaku.
Pasti dia marah, sebab karena aku dia mendapat masalah, bahkan dia jadi terluka
akibat pukulan pangeran riana.
“apa kabar bagaimana keadaan pangeran”
Maksudku..maaf waktu itu aku...Aku tidak
tau apa yang bisa kukatakan untuk memecahkan keheningan ini.
“maukah kau berjanji padaku”
Tanya pangeran sera dengan suara
lembutnya. Aku mendongak, menatapnya bingung.
“ya..”
“jangan menari seperti itu lagi dihadapan
banyak orang”
“aku diam sejenak. Apa tarianku jelek”
Aku tau, aku tidak bisa menari sebagus bibi
shera, tapi aku sudah berusaha maksimal.
Pangeran sera menghela nafas panjan. Dia
mengusap keringat yang mengalir di pelipisku. Membuat dua penjaga semakin
waspada.
“Bukannya tarianmu yang jelek yuki”
Kau sangat pandai menari. Tapi aku tidak suka
membayangkan apa yang ada difikirkan para lelaki yang menyaksikanmu menari, apa
lagi dengan pakaian yang kau kenakan menari tadi.
“ehh..”
“aku juga laki-laki yuki”
Aku tau apa yang mereka Fikirkan. Jadi
berjanjilah kau tidak akan menari seperti itu lagi. Kau mengerti kan.
Aku mengangukan kepala.
“maaf pangern, kami harus segera membawa
putri yuki pergi”
Ujar seorang prajurit penjagaku menimpali
pembicaraan kami. Pangeran sera menggeser posisinya. Aku memberi hormat lagi
padanya.
“yuki..”
Aku baru akan berjalan, saat pangeran sera
menggenggam pergelangan tanganku. Menghentikan langkahku. Kutatap dia bingung.
Pangeran sera mengeluarkan sesuatu dari
kantongnya dan langsung memberikannya padaku. Sebuah kotak kecil berwana merah
hati.
“selamat ulang tahun yuki, sekarang kau sudah
menjadi wanita dewasa”
“ehh..”
Pangeran sera tersenyum, dia mengusap
poni rambutku lembut. Kau selalu melupakan hari ulang tahun sendiri.
Aku berusa mengingat apakah benar hari
ini aku berulang tahun. Dan tarnyata memang benar, aku ulang tahun.
“Astaga kenapa aku bisa melupakannya”
Terimakasih pangeran, kataku senang.
“pangeran sera.
Maaf putri yuki harus segera pergi“ desak prajurit penjaga lagi.
“pergilah, ujar pangeran sera lembut”
Aku menganggukan kepala. Aku berjalan
cepat hingga sosok pangeran sera sudah tidak lagi terlihat. Saking penasarannya
aku mengintip isi kotak pemberian pangeran sera.
Jepit ramput berbentuk kupu-kupu yang
sayapnya bisa bergerak jika tertiup angin. Terbuat dari batu permata yang
tersusun sangat indah, didominasi warna biru laut yang sama dengan warna mata
pangeran sera.
Tidak mungkin, bagaimana bisa. Aku
menatap jepit itu terpukau. Aku memang sejak dari dulu menginginkan jepitan seperti
ini, dan sudah lama sekali aku berusaha mencarinya kemana-mana saat masih
tinggal di duniaku sana, tapi hasilnya Nihil. Bagimana bisa pangeran sera
mengetahuinya, padahal aku tiidak pernah memberitahukan padanya atau kepada
siapapun di dunia ini. Apa ini yang dinamakan kebetulan, tapi tidak mungkin
rasanya jika ini suatu hal yang kebetulan.
Lalu kalau begitu bagaiman caranya
pangeran sera juga mengetahui hari ulang tahunku, padahal aku tidak pernah
memberi taunya, bahkan aku sendiri sempat lupa jika sekarang aku berulang
tahun.
Aku selesai berganti baju dan mempersiapkan diri menerima
kemungkinan terburuk dari pangeran riana. Aku tidak lagi bisa menunda hukuman
yang akan dilayangkan pangeran riana untukku. Hampir satu jam aku berada
diruang berpakaian ini, aku timang jepitan pemberian pangeran sera
ditangan, sebelum akhirnya aku putuskan
untuk memakainya. Perasaan ku terasa nyaman setelah memakai jepitan ini. Aku
harus berterima kasih pada pangeran sera.
Aku berjalan menuju gerbang istana buatan
kerajaan Argueda. Pangeran riana sedang berdiskusi dengan para bangsawan
mengenai pembuatan gerbang, saat aku datang. Aku memutuskan untuk tidak
mengganggunya dan memilih duduk di atas peti dekat dengan bangsawan asry.
“jepit rambutmu bagus yuki”
Ujar bangsawan asry sambil memegang jepit
kupu-kupu yang mengepakan sayapnya begitu tertiup angin. Aku tersenyum senang
atas pujiannya.
“terima kasih, bagus kan..”
“pasti harganya sangat mahal”
“bukannya ini hanya jepitan rambut biasa”
tanyaku bingung.
“memang itu hanya jepit rambut biasa”
namun batu permata yang menghiasi itu yang membuatnya tidak biasa.
“apa..” kataku kaget
“memangnya kau tidak tau yuki”
Harganya cukup untuk membangun sebuah
rumah mewah, bangsawan asry menatapku tak percaya.
Aku menatap bayangan diriku di cermin
yang tergeletak didekat kami. Tidak mungkin, ini hanya jepitan rambut biasa.
Aku menegaskan diriku sendiri. Yang benar saja pangeran sera memberikan aku
hadiah semahal ini.
“aku mendapatkannya hari ini”
Sebagai hadiah ualang tahunku. Aku bahkan
tidak tau kalau harganya semahal itu.
“ kau berulang tahun hari ini”
“ya”
Jawabku masih kebingungan, bayangan jepitan
yang aku kenakan terlihat jelas di cermin dan baru menyakinkan aku, kalau ini
bukan jepitan rambut biasa, kilau yang menawan serta percikan sinar batu
permata yang membelangakan mataku. Sangat meyakinkan jika harganya mahal.
“benarkah itu..”
Aku berbalik setelah mendengar jeritan
orang tak percaya di dekatku, suaranya tidak asing lagi di telingaku. Dan benar
saja bangsawan voldermon. Dia tampak schok saat mendengar paparanku jika hari
ini aku berulang tahun.
Pangeran riana yang mendengar ceritannya,
berjalan mendekat.
“Kau berulang tahun hari ini”
“riana kita harus merayakannya” celetuk
bangsawan voldermon
“apa, tidak perlu, aku tidak mau di
rayakan” kataku kaget.
“tidak bisa”
Sekarang kau sudah berusia enam belas tahun.
Kau sudah dianggap wanita dewasa. Dan secara hukum kerajaan kau sudah boleh di
Nikahi. Jadi bagaimana mungkin kita tidak merayakannya.
“kau jangan bicara sembarangan, bangsawan
gila”
Celetukku pada bangsawan voldermon. Umurku
baru enam belas tahun, jadi bagaimana mungkin aku sudah dibolehkan untuk
menikah. Aku masih terlalu muda, lagi pula aku juga tidak ingin buru-buru
menikah.
“riana dia sudah aman”
Kau tidak perlu segan lagi sekarang,
bangsawan voldermon masih saja mengompori pangeran riana. Dan hal itu membuat
aku semakin panik.
“jangan bicara sembarangan lagi”
Pangeran riana bukan orang seperti itu, dia
tidak akan melakukannya, aku berusaha meyakinkan diriku sendiri dengan
serangkaian ucapan bangsawan voldermon.
“siapa bilang”
Jika aku melihat tanda-tanda yang tidak
menyenangkan darimu. Atau kau kepergok sedang bersama lelaki lain. Aku tidak
akan segan langsung menikahimu dengan paksa. Agar kau hanya bisa menjadi
milikku.
Aku terpaku mendengar perkataan pangeran
riana, dia berkata serius. Sepontan aku menggeser posisi dudukku menjauhi
pangeran riana yang berdiri disampingku.
“kau penjahat wanita” ujarku tegas.
Bangsawan vordermon dan bagsawan asry
tertawa. Begitu mendengar makianku pada pangeran riana.
“pokoknya malam ini kau harus meneraktir
kami riana” celoteh bangsawan voldermon tak mau kalah.
“tidak perlu”
Kau tidak perlu memanfaatkan aku, untuk
menuruti kesenanganmu. Aku tidak suka pesta. Kau bisa merayaan hari ulang tahun
wanita lain yang kebetulan juga berulang tahun hari ini. Kau juga bisa meminta
pangeran riana untuk membuatkan pesta perayaan untuknya dan juga untukmu.
Kataku kesal dengan nada tinggi.
“kami tidak dengar apa yang barusan kau
katakan putri yuki”
Timbal bangsawan asry setengh menggodaku.
“bangsawan asry” aku merengut marah
“pangeran riana, putri yuki”
Seorang prajurit datang menghampiri kami
dengan sikap terburu-buru. Maaf mengganggu, yang mulia memerintahkan agar
pangeran dan putri yuki segera kembali ke istana.
Bersambung… ingin
tahu kelanjutannya hubungi fileski21@gmail.com
/ wa 628888710313
#novel #NOVEL