MERAPAT
Dari awal hingga kini kita masih berjalan bersisian
Aku sering menatapmu penuh tanya
Bukankah engkau hanya punya tangan, tapi tak punya kaki
Mengapa engkau mampu berjalan di sisiku selama ini?
Padahal aku bisa berlari
Menjauhi jamahan ombak lautan
Atau saat enggan disentuh hujan
Aku bahkan berlari
mengejar pelangi
Atau berkuda mengejar mimpi
Aku dekatkan bibirku ke telingamu
Agar engkau jelas mendengar bisikanku
Apa kamu pernah kesal atau cemburu padaku?
Kugamit lenganmu kau cuma tersenyum
Tatapan matamu membuat pipiku memerah jambu
Lalu kau bisikkan kalimat menggebu
Merapatlah, merapatlah
Ini jalan yang panjang
Tapi ini jalan yang aman
Asal engkau tak banyak tingkah
Selalu berlarian menjauhi barisan
Dongakkan sajalah kepalamu itu
Di ujung sana akan ada pesta penyambutan
Parade bunga dan seteguk minuman
Lagi-lagi pipiku memerah
Ucapanmu membuatku jengah
Sini, bolehkah kupinjam kerudung putihmu itu sejenak?
Kututup saja wajahku
Saat kulihat senyummu membuncah
(Kuntarti Soedomo, 4 Maret 2022)
Kuntarti Soedomo adalah seorang nenek dua cucu yang
mencintai dunia sastra sejak muda. Puisi-puisi ciptaannya telah sering
dinikmati di antara anggota keluarga, baik dalam bahasa Indonesia, bahasa
Inggris, maupun bahasa Jawa, dan sebagiannya diterbitkan di media massa Jawa
Pos Radar Malang dan majalah Panyebar Semangat. Kuntarti tinggal di Kota Malang
dan aktif membina majelis taklim yang beranggotakan para ibu.
Asal kota: Kota Malang
Nomor WA: 081945143556
FB: Aulia Luqman Aziz
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313