005

header ads

Puisi Fileski | Syair Gunung Kepada Samudera

 Dirimu adalah Langit Malam


Awalnya kukira dirimu adalah samudera

tetapi setelah kuarungi

dirimu menjelma layaknya langit

Lelah mendakimu hingga jiwaku lungrah

luasnya eksotik yang tak mampu kusingkap

dalam hamparan bertabur bintang kunikmati sejukmu

sesaat sebelum dirimu berpaling sirna

terusir oleh sang penguasa hari

Bisikanmu kudapati pada dedaunan yang bersentuhan

terbuai desir angin malam yang menyingkap molekmu

Sekarang aku mengerti, usah mengejarmu

sebab dirimu bersemayam dalam jiwa

tak berjarak tetapi begitu rekat

menyatu tetapi tak terjamah

Jika memang dirimulah langit malam itu

sesukaku kan kutelanjangi engkau sepanjang malam

dengan pandangku hingga desah pagi tiba


Surabaya, 1 Oktober 2014



Rongga Jiwamu


Pisau cahayaku melucuti setiap lekuk ragamu

Eksotismu yang kucecap kerap menjelma asap

Memicu ruas-ruas api di nadiku

Aku menyulam nyanyian di setiap ruang kesunyian

Untuk kubisikkan dalam ruang kesendirianmu

Saat jemariku menyentuh abjad-abjad rautmu

Seakan menelusuri jalan setapak menuju ujung dunia

Hingga akhirnya aku terkikis silau puncak cahaya

Melucuti lekuk tubuhmu dengan jari-jari imajinasi

Adalah hal yang percuma

Keagunganmu sekedar mampu kuresapi permukaannya

Layaknya asmara yang menghujam seketika lalu pergi

Aku menyulam cahaya di lorong-lorong memorimu

Dipercikkan di palung hatimu

Kujejakkan tapak tanpa noda

Kurasuki rongga jiwamu yang menganga

Di istana fatamorgana aku menari hingga sunyi


Trowulan, 2013

Syair Gunung Kepada Samudera


Bahkan telah ku tabur wangi kembang dan kusinari pekatnya rimba

Kupeluk bukit menjulang dan rawa yang pekat

Aku menyusuri jejak perantauan itu semenjak dari gunung

Dalam guratan sang fajar dan tapak embun di cakrawala pagi

Bercengkrama tentang angkasa malam

Hingga terlena arak memabukkan.

Daun-daun menari,

Sang bayu dan ombak bergemuruh dalam pikiranmu

Tak perlu kau pacu kereta berawak para penghianat

Dan campakkan saja bongkahan tubuh-tubuh beku

Dalam relung

Telah ku pijarkan misteri

Jejak cahaya

Sebagai penunjuk arahmu ke samudera


Mojokerto, 2013



Hanya Pada Kematian


Kecuali kematian, aku tak mampu menerka

Keagungan senja dengan mega temaramnya

Bayangan rembulan menggores sepanjang sungai yang tertidur

Sembari menapak kulepaskan badai untuk ketenangan jiwa

Munajatku merasuk di sela jemari

Termuramkan kalbu oleh wangi fatamorgana

Aku isyaratkan keinginanku pada kerlip titik cahaya

Yang dipancarkan kehidupan dari seberang

Tak lama sang pagi memercikkan sayap di balik cakrawala.

Dalam jiwaku masih bergejolak ombak samudera lepas

Namun hanya pada kematian, aku serahkan segala munajat

Pemujaan suci yang lenyap menjadi jelaga

dupa


Madiun, 2013

Posting Komentar

0 Komentar