005

header ads

Puisi Gimien Art: Tentang Hutan


 



PUISI-PUISI GIMIEN ARTEKJURSI


TAK ADA HUTAN UNTUK HARIMAU DI PULAU JAWA


hutan tempat harimau di pulau jawa

tinggal sepelemparan batu

tak bisa untuk menyembunyikan loreng kulitnya

tak cukup untuk tempat berburu


hutan-hutan di jawa telah berganti 

menjadi hutan konsumsi, kebun dan ladang dan bangunan

menjadi hutan kota, hutan industri, hutan rekreasi

kebun karet, kebun pinus

kebun kopi, kebun kakao, kebun sengon


hutan-hutan di pulau jawa telah berubah

menjadi hutan pabrik-pabrik kayu

hutan para wisatawan, hutan penjelajah alam

kebun penyadap karet

penyadap pinus, penyadap gula

ladang petani tebu, petani jagung dan singkong

menjadi hutan-hutan gedung dan beton

hanya sisa sepelemparan batu 

itupun tak lepas dari tangan-tangan perambah hutan


hutan tempat harimau di jawa

hanya sisa sepelemparan batu

dan suara aum harimau

akan menembus dinding-dinding kamar 

penghuni kampung dan kota tepi hutan

menciptakan ketakutan dan ancaman 

dan runcing taring harimau 

tak kan sanggup menandingi tajamnya pisau manusia

loreng kulitnya tak kebal mesiu senjata

dan mengaum di hutan yang sisa

adalah kematian


hutan tempat harimau di jawa

hanya sisa sepelemparan batu

hewan yang tinggal di dalamnya hanya tikus, ular dan serangga 

dan mungkin monyet ekor panjang

tak ada lagi hewan buruan

jika harimau tinggal dalam hutan di pulau jawa 

akhirnya mati kelaparan

atau mati bunuh diri karena merambah tempat warga


tak ada lagi hutan tempat harimau di pulau jawa

jika masih ada harimau di pulau jawa ingin hidup

ia harus tinggal di kandang kebun binatang

di penangkaran para pelindung hewan

di balik pagar taman rekreasi

atau berlatih bersama badut-badut

menjadi pemain sirkus


Kumendung, 16 April 2023






MASIH ADAKAH HUTAN DI PULAU JAWA?

:Untuk Fatah Yasin Noor



membuka jendela pagi setelah lelap semalam

kau bertanya: 

"masih adakah hutan di pulau jawa?"

bau asap knalpot, bising mesin dan riuh suara elektronik

serasa yang berguguran dari balkon depan rumah

selembar daun bougenville urung turun dari ranting

karena angin tiba-tiba berhenti bertiup


di sini sepanjang langkah kakiku menapak

hanya beton dan aspal kulalui

dengan pohon-pohon berjajar di tepi-tepinya

"inilah hutan itu

kau bisa berlindung dari hujan dan badai

di dalam gedung-gedung kokoh itu"

jawabku di gawai dengan gambar kesibukan kota

–telah kau baca 

  terlihat tanda centang biru


ya, gedung-gedung itu hutan masa depan di pulau jawa

dimanapun kau memandang

hamparan hijau pucuk-pucuk pohon

telah berubah jadi atap pemukiman atau lahan pangan

tak cukup seluas bakal makammu

tapi sejauh mata memandang

sejauh mata memandang


dan pohon-pohon di tepi-tepi jalan

dengan sesekali burung gereja singgah di rantingnya

cukup jadi pengingat tentang hutan

dan gedung tinggi dan jalan-jalan tol

adalah tanda kesuksesan seorang pemimpin

–lupakan hilangnya hutan


gedung-gedung itu dan jalan-jalan tol

hutan-hutan pulau jawa hari ini dan nanti

mimpi melihat rimbun pepohonan

hanya menggumpal di tengah waktu


jangan salahkan tuhan yang terlalu lambat

menumbuhkan tunas-tunas menjadi batang dan ranting

karena gergaji mesinmu mengalahkan kecepatan suara

dan akar-akar pohon 

tak seperkasa tentakel-tentakel buldozer dan eskavator


di pulau ini

sia-sia kau tancapkan batang dan taburkan benih

tunas-tunas akan gugur sebelum tumbuh


Kaliwungu, 15 April 2023






CATATAN DARI BEKAS HUTAN


sejak hutan-hutan ditebang habis

para malaikat mengubur nyanyi merdu para peri dan bidadari 

di paruh burung-burung malam

dan hujan menghanyutkan puing-puing sukma para penghuni hutan

sampai ke laut lepas


dari hulu

tangis sungai membawa keruhnya ke hilir

menyembunyikan bening gerimis di dasar pasir

melintasi waktu

menyusuri pekatnya pantai yang beracun 

sampai ke laut lepas


tak ada lagi yang sisa

hijau daun, tempat teduh, angin segar

mengering di bawah langit yang membara

bahkan rumput pun tersengal-sengal 

menghirup sisa oksigen terakhir

di atas tanah gersang yang terbakar


 Kumendung, 3 september 2022










LSEBELUM DAUN TERAKHIR GUGUR

(sepotong catatan dari hutan jati grajagan)


catatlah apa yang kau lihat hari ini di hutan jati itu

atau ingat sebelum semua berganti

sebelum daun-daun jati meninggalkan cabangnya

sebelum daun terakhir gugur tanpa menunggu waktu


tak salah kalau aku katakan takdir

karena pada akhirnya semua pasti terjadi

jangan tanya nasib yang bisa mengubah

karena sang nasib hadir sudah terlambat


catat saja apa yang kau lihat hari ini

jengkal demi jengkal hutan jati yang menghilang

tak perlu kau cari kemana daun-daun gugur melayang

sepotong pokok pun tak sisa sekedar tanda

hanya ujung-ujung akar terpendam mungkin yang tinggal

diam menunggu hancur termakan tanah


liukan angin yang menggoyang batang-batang pohon

dan bergemerisiknya daun-daun sebelum luruh 

hanya dalam ingatanmu tersimpan

karena di tempat itu kini kau bisa memanen 

apapun yang kau temukan di meja makanmu

jengkal demi jengkal

akhirnya batang-batang pohon itu menghilang

ladang jagung dan padi pun berganti jadi kamar tidur

lalu jalan-jalan mengular

dengan tiang-tiang listrik berjajar di sisinya

:dan matahari bersinar siang malam sepanjang musim


sampai ketika tak ada lagi yang tahu kuburmu

kelak hutan jati dalam ingatanmu itu

juga tak ada yang tahu

seperti di tanah yang setiap saat kupijak

di bawahnya bisa jadi masih ada sisa-sisa akar pohon 

yang berhenti menjalar karena inangnya dirobohkan


Kumendung, 30 Maret 2023



*) Hutan jati Grajagan berada di Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi.












DI TENGAH HUTAN MANGROVE TELUK PANGPANG


batang-batang dan ranting itu bermimpi menggapai langit

mimpinya menjalar meniti cahaya matahari

menggapai langit

akar-akarnya menghujam bumi

menembus karang cadas batu-batu

tak sekedar lumpur dan pasir 

dan mimpinya menggapai langit dengan tunas-tunas baru

yang menghijau di sekujur batang cabang dan ranting


akar-akarnya telah tumbuh di udara lama sebelum tunas

meraba hampa udara 

mengecap mencicipi macam rasa 

kini tinggal berendam dalam asinnya garam 

dan pekatnya lumpur rawa-rawa

sampai tunas-tunas muda mencapai alam merdeka 

menuju matahari

dengan mimpi-mimpi menggapai langit


jika halamanmu kau habiskan dengan batang-batang beton

hutan-hutan belantara kau ratakan 

kau ubah jadi jalan-jalan batu jadi sawah jadi kebun

pohon-pohon mangrove itu membangun mimpi sendiri

menyebar di air garam

batang-batangnya tumbuh 

berkembang

dengan akar-akar kokoh menghujam 

mencipta lahan baru


akar-akarnya kokoh menghujam 

menyelam sampai ke dasar 

merayap dari pantai sepi

menuju samudra

bersama kepiting udang dan ikan-ikan kecil

akar-akarnya merayap di dasar laut

tunas-tunasnya menyembul ke permukaan 

menjadi batang-batang

pucuk-pucuknya menjadi mahkota daun

mencipta hutan-hutan baru

untuk masa depan

kelak menggantikan hutan-hutan di darat yang mulai menghilang

terkikis gergaji mesin dan buldozer


Kumendung, 29 Maret 2023


*Teluk Pang Pang, kawasan konservasi terletak di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi.








TENTANG HUTAN YANG JADI KOTA

(catatan perjalanan dari hutan jati kendal-semarang)



berdiri di tanah petak perumahan

kulihat hutan-hutan jati bertumbangan

dan di tengah riuhnya gedung dan suara knalpot

tangis daun jati terkubur bersama akar-akar

di dasar pondasi dan jalan-jalan aspal dan beton

satu dua pohon yang tersisa 

sia-sia menjulangkan ranting

:detik-detik akhir hayat tinggal menunggu saat


tak lagi jengkal demi jengkal

hutan-hutan jati di antero ini hilang tiba-tiba

dan kota-kota menyembul di tengahnya

jerit rerumputan turut tenggelam sebelum tumbuh

tak kukenal lagi humus, pokok-pokok atau akar-akar

tak ada lagi sisa jejak hutan 


dan berdiri di tanah-tanah petak perumahan

berada di rumah-rumah dikelilingi hutan jati

tak kupercaya kalau kemarin tempat itu adalah hutan

sama seperti tak percayaku saat berada di tengah hutan 

di bawah gemerisik daun-daun jati:

kelak ketika aku kembali ke sini 

hutan itu telah berubah jadi kota


Kaliwungu, April 2023






JIKA HUTAN-HUTAN HABIS DITEBANG

(SEORANG ANAK KEPADA BAPAKNYA)


jika hutan-hutan habis ditebang

dimana kita berteduh?

jika hutan-hutan habis ditebang

di mana daun-daun, ranting, pohon tumbuh?

jika hutan-hutan habis ditebang

di mana burung, harimau, gajah bersarang?

jika hutan-hutan habis ditebang

di mana mata air berkubang?


 

bapak

kemarin dulu aku dengar dongengmu

tentang harimau, tentang gajah, tentang burung-burung

hidup damai di rimba belantara

di sarang nyaman dengan hari esok cerah

dengan mimpi, dengan harapan-harapan dan kenangan indah

bersama anak cucu mereka


tapi, bapak

kemarin aku lihat hutan -hutan ditebang

terus ditebang

makin habis

dan burung-burung kulihat terbang ketakutan

dengan jeritnya yang nyaris tak terdengar

dikalahkan deru gergaji mesin


hanya anehnya

tak kulihat kijang-kijang -–yang dalam dongeng sangat lucu

tak kulihat kelinci si telinga panjang

tak kulihat harimau, gajah, babi hutan

hanya monyet-monyet berlompatan dari cabang-cabang yang sisa

dengan pandangan marah dan jeritnya

tak terdengar

di tengah deru gergaji mesin


di tengah deru gergaji mesin

bahkan tak kudengar tangis

para penghuni negeri dongeng yang lain

ke mana mereka?


bapak

aku lihat semua itu kemarin

lantaran baru kemarin dulu aku ada

dan tiba-tiba aku ingat dongengmu

dan tiba-tiba aku ingat peri yang baik hati

yang suka menolong

yang selalu datang dengan perdamaian

di mana pula dia sekarang?

adakah dia masih di dalam hutan yang sisa?

atau, juga ketakutan seperti binatang-binatang kawannya

dan pulang kembali ke kayangan dengan air mata terurai

dan bercerita pada tuhan bahwa hutan di bumi hampir tak sisa?


aku coba memanggilnya, bapak

tapi aku sendiri tak mendengar suaraku

deru gergaji mesin telah menutup

seluruh pendengaran


aku lihat semua itu kemarin

dan kemarin dan hari ini

aku ingat semua dongeng-dongengmu

tentang hutan, tentang peri, dan harimau dan gajah

yang barangkali hari ini mereka juga habis

gugur sebagai pahlawan kehidupan

lantaran di udara yang berasap

di tengah bau bensin dan solar

kucium bau harum daging bakar


bapak

ingin aku menangis melihat dan mengenang semua itu

tapi air mata, adakah masih berharga?

saat ini

adakah rasa duka, haru, prihatin masih berharga?

adakah perasaan hati masih ada harganya

dibandingkan dengan batang-batang pohon yang bernilai dolar dan rupiah?

apakah pemikiran hari esok masih berharga

dibandingkan dengan kebutuhan hari ini?

adakah…..


aku tak tahu

aku juga tak tahu mesti bagaimana, bapak

mengenang hutan-hutan yang sisa dongengmu hanya membuatmu sedih


tapi aku tak bisa berbuat lain

aku cuma bisa melihat, mendengar dan merasa

aku cuma bisa menyaksikan semua itu dan mengabarkannya padamu

lantaran aku tahu

seperti batang-batang kering yang tak mungkin bertunas

harimau, gajah yang mati pun tak mungkin hidup tanpa sebuah keajaiban

dan mata air, tanah-tanah subur, bumi yang makmur

akan mendatangkan bencana jika terkuras


bapak

jika hutan-hutan habis ditebang

kita berteduh di bawah langit

jika hutan-hutan habis ditebang

daun-daun, ranting, pohon tumbuh di negeri dongeng

jika hutan-hutan habis ditebang

burung, harimau, gajah bersarang di kubur

jika hutan-hutan habis ditebang

mata air berkubang di kerak bumi

jika hutan-hutan habis ditebang

bagaimana hari esok kita?






GIMIEN ARTEKJURSI, lahir 03 Agustus l963.  Tinggal di desa Kumendung, Muncar, Banyuwangi. Puisinya dimuat di media cetak dan online di Indonesia. Antologi bersama: Penyintas Makna, Pujangga Facebook Indonesia, Laut dan Kembara Kata kata (Jazirah Sebelas), Larung Sastra, Sulur Kembang Sri Tanjung, Deklarasi Puisi Untuk Negeri, Rendezvous!, Anak-Anak Merah-Putih.

Memenangkan lomba cipta puisi Sanggar Minum Kopi Denpasar 1989, dan Negeri Kertas .com 2022, Nominasi Anugerah Sastra Apajake 2023.

FB: Gimien Artekjursi.

FB: #gartpoeisi 

      #gartpoeisi23
























































































































Posting Komentar

0 Komentar