005

header ads

Puisi Merawati May | GARIS BATAS

 Merawati May

GARIS BATAS


haruskah kutaklukkan pelangi agar melembayung 

di mataku, 

untuk membasuh dahaga rindu?


seperti bungabunga kapuk

berhamburan tatkala kemarau di dadaku

menjadi berantakan 

setelah mengharapkanmu

agar menyatukan 

satusatunya rindu


o umpama bias cahaya

menyentuh beribu pandang

di dalam kornea mataku


begitu pula,

ketika jari-jemari hendak meraih kata hatiku yang selalu bicara dalam puisi

hingga semuanya meretas garis batas, untuk cinta

tak berbatas


lihat,

perahu nelayan pun kembali

sedangkan sekawanan camar menemui kekasih

menceitakan harihari


sedang aku masih di batas rindu. entah sampai kapan 

menjumpai ruang pertemuan kita


dari sepersekian perjalanan ini kutempuh,  

aku tak cukup ulung menguak tabir mega 

yang kian tinggi

dan terus membumbung


ataukah harus berdamai

di antara kegelisahan

untuk cinta yang tak kunjung

menjadi nyata?


entahlah !



Bengkulu, 29 Juni 2022




Merawati May

DI PANTAI MOROSARI


terbanglah cintaku

dengan ribuan sayap

yang mengitari pantai morosari


sebab wajahmu asri

sebelum kau sisir rambutmu

yang terurai di antara ombak

dan destinasi budayamu

di dalam catatan cinta kita


pantai morosari

sebelum kau tidur

di antara cahaya senja

karena tradisi lelapmu

seperti bidadari yang bersemayam di dalam kerinduanku


maka tatkala kau hadirkan

seraut asmara yang terbang ke hulu hati ;  getaran di dada pun memeluk sejuk setelah sepotong catatan mengalir ke pantaimu


di pantai morosari

kutiduri gelombang tradisi yang genit dan lincah 

sebab dari bibir pantai itulah buih-buih cintaku mencair ke gugusan tubuhmu


pantai morosari, cintaku

setinggi apa pun angan 

dan kerinduan itu terbang

ke panggilan pertama,

maka kepasrahkan 

untukmu adalah mati


maka keindahan itulah kepastian cintanya yang

memancar di garis batas penghabisan nyawaku. sebab jika senja tenggelam, maka kemurnian pantaimu adalah wajah kekasihku


Bengkulu, 4  Juli  2022












Merawati May

BETAHWALANG


bulat dan besar

ketika Kau saksikan

wajah hari yang lelah


karena kandungan situasi 

di antara air laut dan tatapan mata itu, ; memancarkan pertanyaan sebelum tenggelam dalam kesunyian malam


inilah sedekah bumi 

dan laut.  digelar dengan pikiran,  karena rasa syukur

dipersembahkan di atas tumpukan penganan dan doa 


sebab merah di mata-Mu

yang mengambang pada samudera kepedihan,

hitam bagai secangkir kopi di lidah ini


hal biasa dari kegelapan 

yang diam di permukaan laut-Mu, 

Kau tumpahkan 

cahaya itu sepenuhnya 

di atas pertanyaan tanpa jawaban


inilah sedekah bumi dan laut

dari tradisi desa  betahwalang 

yang memercik ke titik air ketika dilarungkan ke dalam doa-doa permintaan


maka bulat dan besar

ketika berbinar di permukaan laut ;

maka merah mata-Mu

yang berselayar dalam permintaan 

orang-orang desa betahwalang,

menjadi sedekah

yang dikalungkan

ke dalam tradisi tahunan

masyarakat jawa tengah


Bengkulu, 8 Juli 2022










 

Merawati May, lahir di Mukomuko, 12 Mei 1978. Karyanya tergabung dalam berbagai antologi al. Dan memiliki tiga buku tunggal. Perjalananku (2016); Nasihat Ibu ( 2021); Kidung Hati Amreta ( 2022). Tulisannya banyak tersebar di berbagai media masa baik daerah atau pun nasional, sering menjadi berbagai juri di berbagai perlombaan seni dan sastra. Dia bertempat tinggal di Jalan Tutwuri 5 No 146 Rt 15  Kel. Surabaya kec. Sungai Serut Bengkulu. Dapat dihubungi melalui Hp 085381277268


Posting Komentar

0 Komentar