005

header ads

Puisi Desti Pratiwi

 Yang Paling Belantara


Barangkali menjadi sepasang sepatu kaca bagi Cinderella terasa lebih baik bagimu. Sebab meski sempat tercerai pada pukul dua belas malam, namun pada malam yang lain dapat kembali menjadi sepasang berkat seorang pangeran yang menuntun jalannya. Sementara lihatlah jiwamu pada malam menjelang subuh selalu tersesat di kegelapan. Kau tak sedang jurit malam atau bahkan menguji mental. Namun seumpama hutan belantara, hatimu selalu angker hingga pikiranmu yang bimbang terpisah dengan matamu yang nyalang.


Barangkali kau bertanya-tanya apakah malam memang miliki dendam padamu, atau malam sesungguhnya sedang benar-benar kesepian sehingga senang mengajakmu bermain layaknya petak umpet. Tapi kausendiri tahu bahwa gelap yang menyergapmu adalah sebenar-benarnya bentuk kesepian, meski kaupun tahu kesepian yang sering kautempati menjadi penyebab cerainya harapan dan keyakinan yang bekali-kali kau kawinkan atas nama cinta dalam segumpal denyut darahmu.


Barangkali di suatu malam yang kiramu baik kau mendapat jawaban, sebab kau begitu haus oleh rasa ingin tahu. Padahal jawaban yang dihidangkan adalah kekosongan, tetapi kau reguk pula kekosongan itu dan kau simpan sebagai sebuah kepastian.


Tapi tetap saja, kepastian yang kau reguk hingga tandas itu tak menjelma menjadi kebebasan yang menuntun jalan agar pikiran dan matamu dapat berjumpa layaknya sepatu kaca Cinderella, sebab hatimu masih saja belantara.


(2022)



Desti Pratiwi, lahir di Sukabumi, 1999. Menempuh pendidikan tinggi di Universitas Pendidikan Indonesia. Hanya senang menulis dan membaca karya sastra, bukan seseorang yang banyak menerima penghargaan sastra. Sebab dari sastra saya mempelajari kepekaan, empati, dan lebih banyak makna menyoal hidup.

No. WA: 085722393385

Facebook: Desti Pratiwi


Posting Komentar

0 Komentar