Nyanyian Nokturnal
Lelaki buta yang bermalam di dadaku memberi tanya, masih adakah kebaikan? Tersisa sedikit, setipis ari. Lantas untuk apa kehadiran. Tajam emosi memorak-perandakan hati. Sesaat siluet memanjang di jalur ingatan. Begitu mengenaskan.
Darah mengulir kesumat pada jantung luka. Nyanyian nokturnal mengunci serapah. Nyali menelan pahit perpisahan tak juga disentuhnya. Hasrat hanya mengulang bunyi. Bertahun isyaratkan sepi.
Kini, diam serupa pengecualian. Nasib janji tersandera. Muak ilusi dari terangnya perasaan. Sesak lorong perjalanan.
Jatibening, 25 Februari 2022
Piet Yuliakhansa. Perempuan puisi, lahir di Jakarta pada 1 Juli. Penikmat puisi, teater, dan musik. Puisinya pernah dimuat dalam beberapa buku antologi bersama di antaranya; Antologi Puisi Penyair Nusantara Jakarta dan Betawi, 2021. Kumpulan Puisi Merah Putih 2021, Nyanyian Hujan, Desember 2021, dan Antologi Puisi Pujangga Facebook Indonesia, Januari 2022.
Email : piet.yuliakhansa@gmail.com
FB : Piet Yuliakhansa
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024