Pertunjukan Tari Karya Titi Wulandari Dalam WSDF Di Isi Padangpanjang|Anisa Rades Sanoppan
WSDF merupakan sebuah festifal tari bertaraf internasional yang diadakan oleh jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan. Kegiatan ini dibuka oleh wali kota Padangpanjang, Fadly Amran yang berlokasi di gedung pertunjukan Hoeridjah Adam, Institut Seni Indonesia Padangpanjang. WSDF dilaksanakan selama 3 hari yaitu tanggal 21 September hingga 23 Sepertmber 2022.
Sherly Novalinda selaku ketua pelaksana dari kegiatan tersebut mengatakan bahwa kegiatan ini dilaksanakan sampai tanggal 23 September 2022 yang terdiri dari empat kegiatan, yaitu pertunjukan utama, konferensi tari, workshop, dan parade tari.
Pada kegiatan WSDF ini dihadirkan berbagai koreografer baik nasional maupun internasional. Adapun koreografer dari mancanegara yaitu Ari Rudenko dari Amerika, Chung Thanh Nguyen (Vietnam) dan Lau Beh Chin (Malaysia), serta dari dalam negeri didominasi oleh Sumatera Barat, juga ada peserta dari Jawa Timur, Sumatera Utara dan Riau.
Pertunjukan tari yang berjudul Apa gunanya jika kita tidak berbagi mimpi indah bersamaKampung Pauh dengan koreografer Titi Wulandari dari Riau dilaksanakan pada tanggal 22 Septermber 2022. Karya tari ini yang berdurasi lebih kurang 30 menit ini menrupakan sebuah karya tari inovatif yang menterjemahkan kehidupan di desa tanjung pauh, sesuai dengan pengalaman empiris koreografer yang pernah tinggal disana dari kecil, jauh sebelum pandemi ada bahkan hingga pandemi usai nanti. Mereka akan tetap bertahan mempertahankan hidup, kampung dan mempertahankan tradisi demi desa, demi adat tradisinya lalu bangkit demi kehidupannya.
Pertunjukan karya tari yang berjudul kampung pauh ini terdiri dari enam orang penari dengan dua orang penari laki-laki dan empat orang penari perempaun. Semua penari menggungakan baju batik dengan warna dan motif yang berbeda serta kain sarung sebagai bawahannya. Kain sarung menrupakan ciri khas dari warga kampung pauh. Koreografer mengambil pijakan gerak dari kaki, karena kaki mereka sangat kuat disebabkan masyarakat di kampung pauh selalu berjalan kaki setiap hari untuk pergi bekerja ke ladang.
Pada awal pertunjukan terlihat panggung pertunjukan gelap, hanya ada satu penari yang membawa sebuah lampu sebagai cahaya untuk meneranginya. Hal itu seakan menjelaskan bahwa kampung tersebut sangat terpencil dan sedikit warga yang hidup disana. Kemudian satu persatu penari muncul dengan menggunakan baju batik dan sarung sebagai bawahannya. Pada pertunjukan tersebut koreografer ingin mencari tahu apa yang membuat masyarakat di kampung tersebut ingin tetap bertahan sementara mereka sendiri tahu bahwa kampung tersebut sangat terpencil dan jauh dari pemukiman warga.
Pada bagian kedua, seakan menceritakan tentang kehidupan masyarakat kampung pauh, seperti ada anak-anak yang berlarian, seorang ibu yang menggendong anaknya, dan kegiatan sehari lainnya.
Pada bagian akhir pertunjukan semua penari berlarian seperti orang-orang cemas dan khawatir akan terjadi sesuatu. Penari berteriak seolah akan terjadi banjir yang akan menghadang kampung mereka. Naun terdapat dalam beberapa gerakan dimana mereka berkumpul sersama saling berpegangan tangan seakan mereka tidak mau berpisah baik dengan sesama warga maupung dengan kampung pauh tersebut. Hal itu digambarkan seakan ada sesuatu yang harus mereka jaga dari kampung tersebut.
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313