NAZARIO INNOSENSIUS WAROD GADHI
61120084
KONSEP RUANG DAN WAKTU SERTA MANUSIA SEBAGAI OBJEK DALAM PERISTIWA SEJARAH
PENDAHULUAN
Proses terjadinya suatu peristiwa dan perubahan sejarah berlangsung dalam Konsep Ruang dan Waktu Dalam Sejarah. Suatu kejadian yang sebelumnya dapat diamati berdasarkan dimensi ruang, dimensi waktu dan dimensi manusia. Berdasarkan dimensi ruang, suatu peristiwa memiliki batas-batas tertentu. Berdasarkan dimensi waktu, waktu menunjukkan kapan terjadinya peristiwa tersebut. Dan manusia menjadi objek dari peristiwa sejarah tersebut.
Waktu (dimensi temporal) memiliki dua makna yakni makna denotatif dan makna konotatif. Makna waktu secara denotatif adalah merupakan satu kesatuan: detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, abad,dst. Sedangkan makna waktu secara konotatif adalah waktu sebagai suatu konsep. Ruang (dimensi spasial) merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa, baik peristiwa alam maupun peristiwa sosial dan peristiwa sejarah dalam proses perjalanan waktu. Manusia (dimensi manusia) adalah pelaku dalam peristiwa sosial dan peristiwa sejarah. Dengan demikian, ketiga konsep tersebut, yaitu: waktu, ruang, dan manusia merupakan kesatuan tiga unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu peristiwa dan perubahannya.
Suatu peristiwa dipengaruhi oleh kekuatan yang ada di luar manusia yaitu berupa kekuatan fisik-material (dimensi alam). Kekuatan-kekuatan tersebut merupakan suatu potensi bagi terjadinya suatu peristiwa. Terwujudnya kemungkinan-kemungkinan tersebut dapat tercermin dalam suatu peristiwa yang membawa perubahan terhadap manusia dalam dimensi ruang dan dimensi waktu secara fungsional dan terhubung. Proses terjadinya suatu peristiwa dan perubahannya berlangsung dalam batas ruang dan waktu. Dengan batas ruang diadakan pengkajian tentang peristiwa dan perkembangannya. Namun demikian, berkembangnya IPTEK dalam bidang komunikasi, maka batas ruang menjadi tidak berarti karena suatu peristiwa akan dengan mudah menyebar ke ruang yang lebih luas seolah-olah ruang tempat terjadinya peristiwa tersebut bergerak.
Suatu kejadian dapat diamati berdasarkan dimensi ruang, dimensi waktu, dan dimensi manusia. Berdasarkan dimensi ruang, suatu peristiwa memiliki batas-batas tertentu. Dalam suatu ruang akan berlangsung berbagai peristiwa atau kejadian, pada waktu yang bersamaan. Bagaimanakah kita menyikapi setiap peristiwa tersebut? Berdasarkan dimensi manusia, manusia adalah objek dan subjek dari peristiwa tersebut. Setiap peristiwa membawa pengaruh terhadap perubahan pada dimensi manusia, baik sebagai objek maupun subjek. Perubahan tersebut diharapkan adalah perubahan ke arah yang lebih baik. Untuk terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik tersebut, maka diperlukan kesadaran manusia dalam memaknai peristiwa. Pasti Anda tahu akan konsep belajar dari pengalaman. Setiap peristiwa adalah suatu proses pembelajaran, sehingga dari peristiwa tersebut akan memberikan perubahan pada orang yang dapat memaknainya. Tetapi bagi orang yang tidak dapat memaknainya, maka peristiwa akan berlangsung begitu saja, artinya tidak memberikan perubahan secara individual. Berdasarkan dimensi waktu, suatu peristiwa merupakan suatu proses. Artinya, peristiwa tersebut mengalami perubahan sejalan dengan waktu. Apakah waktu? Konsep waktu itu ada dan terus berjalan (continuity). Waktu dapat dimanfaatkan oleh setiap orang yang memiliki kesadaran bahwa waktu itu terus berjalan. Jadi, hanya manusia yang dapat memanfaatkan waktu yang dapat mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.
PEMBAHASAN
Sejarawan Sartono Kartodirdjo Membuat suatu pernyataan bahwa “ Barangsiapa yang lupa sama sekali akan masa lampaunya dapat diibaratkan seperti mereka yang sakit jiwa “.Kedua ungkapan tersebut benar adanya. Seperti yang disebutkan oleh Sartono Kartodirdjo bahwa mereka yang lupa akan masa lampaunya itu telah kehilangan identitasnya dan oleh karena itu dapat membahayakam masyarakat di sekitarnya hal ini disebabkan karena kelakuanya yang mungkin sudah tidak menuntun dan terlapas dari norma-norma dan nilai-nilai hidup yang berlaku di masyarakat. Peristiwa sejarah yang terjadi adalah sebuah perubahan dalam kehidupan manusia. Sejarah mempelajari aktivitas manusia dalam konteks waktu perubahan yang terjadi pada masa lampau mempengaruhi kehidupan masa kini. Perubahan tersebut meliputi aspek kehidupan manusia seperti sosial, politik, ekonomi dan budaya. Masa lampau merupakan masa yang telah dilalui oleh suatu masyarakat dan selalu berkaitan dengan konsep-konsep dasar berupa ruang dan waktu. Berkaitan dengan peristiwa sejarah yang merupakan perubahan dalam kehidupan manusia di masa lampau.
Ada beberapa hal yang saling berkaitan antara Ruang,Waktu dan manusia sebagai objek dalam peristiwa sejarah:
Perkembangan
Perkembangan masyarakat terjadi bila masyarakat bergerak dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Biasanya masyarakat akan berkembang dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks. Contoh paling jelas adalah perkembangan demokrasi Amerika Serikat yang mengikuti perkembangan kota. Perkembangan masyarakat manusia dari masa lampau sampai sekarang.
Kesinambungan
Kesinambungan terjadi bila suatu masyarakat baru hanya melakukan adopsi lembaga-lembaga lama. Dikatakan bahwa pada mulanya kolonialisme adalah kelanjutan dari patrionalisme. Demikianlah, kebijakan kolonialisme hanya mengadopsi kebiasaan lama.
Pengulangan
Pengulangan terjadi bila peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau terjadi lagi pada masa yang selanjutnya, misalnya : jatuhnya kekuasaan presiden soekarno akibat aksi-aksi yang dilakukan oleh mahasiswa. Peristiwa ini kembali terjadi, dimana presiden soeharto lengser akibat aksi-aksi yang dilakukan oleh para mahasiswa.
Perubahan
Peubahan terjadi apabila masyarkat mengalami pergeseran dan perkembangan. Akan tetapi, asumsinya adalah adanya perkembangan besar-bersaran dan dalam waktu yang relative singkat. Biasanya perubahan ini terjadi akibat pengaruh dari luar. Contonya, gerakan padrid di Sumatera barat yang menentang kaum adat sering dianggap sebagai hasil pengaruh gerakan pengaruh wahabi di arab yang ditularkan lewat para haji sepulang dari mekkah, dan tidak puas dnegan kekuasaan kaum adat.
Secara sederhana, ruang dan waktu memiliki dua dimensi waktu yaitu masa lalu dan masa depan, tanpa adanaya batasan waktu, maka ruang sejarah tidak pernah bisa tersusun. Misalnya batasan ruang dan waktu tentang masa lalu secara logika adalah waktu yang sudah kita lewati meskipun satu detik yang lalu, maka sudah menjadi sebuah sejarah. Selanjutnya satu detik yang kita lewati itu sudah masuk dalam ruang sejarah masa lalu. Satu detik yang akan datang berarti masa depan. Maka seluruh yang ada di depan kita adalah masa depan, dan yang sudah kita lalui adalah masa lalu. Oleh karena itu, konsep ruang dan waktu secara logika tidak mengenal masa kini.
Ruang bisa dipahami sebagai tempat atau lokasi dari sebuah peristiwa maupun cerita sejarah, ia memiliki peran yang sanagt kuat dalam membentuk, menimbulkan dan memicu aktivitas manusia. Waktu adalah saat, situasi dan kronologi yang menegaskan kapan dinamika terjadinya atau saat peristiwa sejarahnya terjadi. Waktu senantiasa selalu mengalami corak perubahan, setiap hari meskipun nama waktunya sama, seperti: senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu dan minggu, tetapi suasana yang mengiringinya pasti akan mengalami perbedaan. Adapun tempat relative akan mengalami kesamaan atau keajengan,meskipun oleh perubahan waktu tempatnya juga sering kali mengalami beberapa perubahan betuk dan sebagainya. Tempat dan waktu sering kali yang mengubah kondisi menjadi situasi, atau sebaliknya. Kondisi ruang dan kondisi waktu sangat memengaruhi bagaimana gerak manusia akan berkembang. Adapun manusia sebagai aktor sejarah merupakan sebagai pelaku utama yang memerankan dan mengisi dalam ruang dan waktu tersebut sekaligus sebagai subjek sejarah. Manusia seringkali dimainkan oleh sturktur situasi dan kondisinya, atau sebaliknya manusia yang mengubah segalanya. Dualisme inilah yang selalau memainkan sejarah, yakni manusia sebagai subjek atau objek dari situasi dan kondisi ruang dan waktu.
Lain halnya dengan manusia, manusia dalam sejarah dapat mencakup : manusia sebagai subjek dalam sejarah dan manusia sebagai objek dalam sejarah. Manusia sebagai subjek sejarah berarti tindakan manusia dalam menentukan arus kesejahrahan. Peran ini kebanyakan dilakukan oleh para sejarawan yang meneliti dan menulis peristiwa masa lalu. Manusia sebagai subjek sejarah cenderung bersifat subjektif. Objektivitas penceritaan sejarah oleh manusia sangatlah rendah hal ini disebabkan oleh ikatan emosional dan intelektual dalam diri sejarah manusia. Semua unsur hakikat manusia yang monopluralis atau dimensi-dimensi kemanusiaan tersebut memerlukan pengembangan agar dapat menyempurnakan manusia itu sendiri. Pengembangan semua potensi atau dimensi kemanusiaan itu dilakukan melalui pendidikan. Atas dasar inilah maka antara pendidikan dan hakekat manusia ada kaitanya. Melalui pendidikan, semua potensi atau dimensi kemanusiaan dapat berkembang secara optimal. Arah pengembangan yang baik dan benar yakni kearah pengembangan yang utuh dan komprhensif. Dalam sudut pandang manusia sebagai objek sejarah, manusia merupakan menu sejarah yang dikaji melalaui subjek. Objek yang berarti masuk dalam konteks “yang telah terjadi “ sedangkan dalam sudut pandang manusia, manusia sebagai subjek sejarah, dapat menjadi penyedia menu sejarah tersebut.
` Manusia sebagai objek dan subjek sejarah, merupakan mahkluk yang tunduk kepada keniscayaan alami tetapi dengan bebas memanusiakanya, yang dalam pekerjaanya mengakui kemandirian alam tetapi sekaligus menundukkanya demi tujuan-tujuannya yang mau tak mau berpijak pada kondiskondisi objektif tetapi mampu menuliskan makna-maknya ke dalam realitas sosial. Dalam hal ini ilmu filsafat sangat diperlukan, karena filsafat merefleksikan manusia dalam totalitasnya dan dengan demikian membuka perspektif untuk mendobrak segala pembekuan pseudo-konkret.
PENUTUP
kesimpulan yang dapat saya ambil dalam membuat tulisan ini adalah Ruang dan waktu merupakan dualisme yang saling berkaitan dengan manusia (peristiwa sejarah). Karena proses terjadinya sejarah atau terbentuknya sejarah terjadi melalui ruang dan waktu, tanpa ruang dan waktu ini manusia tidak bisa mengalami nama sebuah peristiwa dan mungkin saja manusia tidak bisa juga mengalami atau tidak memiliki sebuah pengalaman. Karena, sejarah itu ada karena adanya Ruang dan Waktu yang sampai saat ini masih ada dan masih nerlanjut sampai saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kartodirjo 1986 :23. Konsep dasar.
AHMAD A. MURTADHO; RUANG PANDANG SEJARAH PEMINATAN. (2021) Hlm. 20
AJID THOHIR-AHMAD SAHIDIN; FILSAFAT SEJARAH. (2019)
YULIA SISKA; MANUSIA DAN SEJARAH. (2015)
FRANS MAGNIS SUSENO; DARI MAO KE MERCUSE. (2016)
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313