005

header ads

Puisi: Gimien Artekjursi | CATATAN PERJALANAN KESEKIAN

 Puisi: Gimien Artekjursi | 


CATATAN PERJALANAN KESEKIAN



selamat pagi!

kubuka jendela seperti ketika tuhan membuka semesta dengan sapuan tangan-nya

dan menyapa setiap makhluk

sambil menjanjikan mimpi-mimpi hari kemudian dengan menghadirkan adam


dan pagi adalah hari pertama adam

menatap cerlang matahari, merasakan sejuk embun di kaki

di rerumputan surga dengan segenap kesegaran dan gumpalan ilusi

yang tiba-tiba dirasa telah hadir dalam diri

tatkala tuhan memberikan pedang kekuasaan  tentang pengetahuan semesta

yang tak disadari adam 

bahwa yang ia dapat itu sebenarnya tak lebih dari  mimpi


demikianlah akhirnya setelah pagi pertama itu

adam menapakkan kaki dengan keyakinan: surga adalah milikku!

menyapa setiap yang lewat dengan senyum keangkuhan sang penguasa

pun kepada iblis yang kemudian disebutnya 'penghianat terkutuk' itu

dan tak satupun makhluk membeberkan rencana  tuhan yang sesungguhnya


sampai ketika tiba-tiba adam mendapati diri telanjang

tanpa apa-apa:

tanpa keangkuhan, tanpa kekuasaan (kecuali sisa-sisa mimpi)

semua tumbuhan merunduk

para malaikat menyembunyikan diri di balik jubah masing-masing

dan ketika tuhan datang -–dengan sikap tak pernah tahu

tak satupun ada yang mau jadi saksi 

apalagi pembela


demikianlah

kemudian surga dinyatakan tertutup bagi manusia

dan adam harus mempertaruhkan jiwa untuk hidup

di bumi

tertatih-tatih meratapi semesta, meratapi mimpi-mimpinya

sampai ke kubur


begitulah bermusim-musim kemudian

aku senantiasa mengucapkan 'selamat pagi' pada semesta

membuka jendela dan menyapa setiap yang lewat

seperti ketika adam di surga

tapi dengan kesadaran: keangkuhanku hanya ilusi sia-sia


karena aku tahu

sesungguhnya surga hanyalah impian buat manusia

sesungguhnya duka-lara dan nestapa adalah kehidupan bukan kutukan

sesungguhnya dosa adalah garis takdir yang harus dibuat manusia

sesungguhnya hanya mimpi milik manusia satu-satunya

hanya mimpi, hanya mimpi


2022




Puisi: Gimien Artekjursi



SEORANG BURUH NELAYAN KEPADA ANAKNYA




kemarilah, anakku


malam ini bapak tidak ke laut


karena bulan purnama sedang terang-terangnya


dan ikan-ikan tak akan muncul ke permukaan



ikan-ikan sedang bercengkrama di dasar laut


bermain cahaya bulan



percuma menabur umpan


tak guna menebar jala


sia-sia melempar kail


ikan-ikan tak akan makan


tak akan tertangkap



kemarilah, anakku


akan bapak temani kau sebelum tidur


dengan cerita-cerita menyenangkan yang menarik



bukan kisah tentang hebatnya perjuangan melawan ombak 


tidak pula beratnya menarik jala penuh ikan terperangkap



karena kau terlalu lugu untuk mengerti 


terlalu polos memahami


susahnya menyambung hidup


bagi orang-orang kecil seperti kita


mencari nafkah hanya mengandalkan tenaga



kemarilah


akan bapak ceritakan tentang indahnya negeri dongeng


yang penduduknya makmur serba berkecukupan


hidup senang tak ada penderitaan



bermain dan bergembiralah bersama mereka, anakku


jangan kau ikut memikirkan beban berat di bahu bapak


karena kelak jika kau juga bernasib seperti bapakmu


setidaknya kau pernah merasakan kegembiraan


ketika masa kecil dulu


meski itu cuma dalam angan-angan



Kumendung, 13 Januari 2023




GIMIEN ARTEKJURSI, tinggal di Banyuwangi. Puisinya dimuat di media cetak dan on line di Indonesia. Antologi bersama: Penyintas Makna, Pujangga Facebook Indonesia, Laut dan Kembara Kata kata (Jazirah Sebelas)

FB: Gimien Artekjursi.

WA: 0853 3355 4684






Posting Komentar

0 Komentar