Puisi: Gimien Artekjursi |
CATATAN PERJALANAN KESEKIAN
selamat pagi!
kubuka jendela seperti ketika tuhan membuka semesta dengan sapuan tangan-nya
dan menyapa setiap makhluk
sambil menjanjikan mimpi-mimpi hari kemudian dengan menghadirkan adam
dan pagi adalah hari pertama adam
menatap cerlang matahari, merasakan sejuk embun di kaki
di rerumputan surga dengan segenap kesegaran dan gumpalan ilusi
yang tiba-tiba dirasa telah hadir dalam diri
tatkala tuhan memberikan pedang kekuasaan tentang pengetahuan semesta
yang tak disadari adam
bahwa yang ia dapat itu sebenarnya tak lebih dari mimpi
demikianlah akhirnya setelah pagi pertama itu
adam menapakkan kaki dengan keyakinan: surga adalah milikku!
menyapa setiap yang lewat dengan senyum keangkuhan sang penguasa
pun kepada iblis yang kemudian disebutnya 'penghianat terkutuk' itu
dan tak satupun makhluk membeberkan rencana tuhan yang sesungguhnya
sampai ketika tiba-tiba adam mendapati diri telanjang
tanpa apa-apa:
tanpa keangkuhan, tanpa kekuasaan (kecuali sisa-sisa mimpi)
semua tumbuhan merunduk
para malaikat menyembunyikan diri di balik jubah masing-masing
dan ketika tuhan datang -–dengan sikap tak pernah tahu
tak satupun ada yang mau jadi saksi
apalagi pembela
demikianlah
kemudian surga dinyatakan tertutup bagi manusia
dan adam harus mempertaruhkan jiwa untuk hidup
di bumi
tertatih-tatih meratapi semesta, meratapi mimpi-mimpinya
sampai ke kubur
begitulah bermusim-musim kemudian
aku senantiasa mengucapkan 'selamat pagi' pada semesta
membuka jendela dan menyapa setiap yang lewat
seperti ketika adam di surga
tapi dengan kesadaran: keangkuhanku hanya ilusi sia-sia
karena aku tahu
sesungguhnya surga hanyalah impian buat manusia
sesungguhnya duka-lara dan nestapa adalah kehidupan bukan kutukan
sesungguhnya dosa adalah garis takdir yang harus dibuat manusia
sesungguhnya hanya mimpi milik manusia satu-satunya
hanya mimpi, hanya mimpi
2022
Puisi: Gimien Artekjursi
SEORANG BURUH NELAYAN KEPADA ANAKNYA
kemarilah, anakku
malam ini bapak tidak ke laut
karena bulan purnama sedang terang-terangnya
dan ikan-ikan tak akan muncul ke permukaan
ikan-ikan sedang bercengkrama di dasar laut
bermain cahaya bulan
percuma menabur umpan
tak guna menebar jala
sia-sia melempar kail
ikan-ikan tak akan makan
tak akan tertangkap
kemarilah, anakku
akan bapak temani kau sebelum tidur
dengan cerita-cerita menyenangkan yang menarik
bukan kisah tentang hebatnya perjuangan melawan ombak
tidak pula beratnya menarik jala penuh ikan terperangkap
karena kau terlalu lugu untuk mengerti
terlalu polos memahami
susahnya menyambung hidup
bagi orang-orang kecil seperti kita
mencari nafkah hanya mengandalkan tenaga
kemarilah
akan bapak ceritakan tentang indahnya negeri dongeng
yang penduduknya makmur serba berkecukupan
hidup senang tak ada penderitaan
bermain dan bergembiralah bersama mereka, anakku
jangan kau ikut memikirkan beban berat di bahu bapak
karena kelak jika kau juga bernasib seperti bapakmu
setidaknya kau pernah merasakan kegembiraan
ketika masa kecil dulu
meski itu cuma dalam angan-angan
Kumendung, 13 Januari 2023
GIMIEN ARTEKJURSI, tinggal di Banyuwangi. Puisinya dimuat di media cetak dan on line di Indonesia. Antologi bersama: Penyintas Makna, Pujangga Facebook Indonesia, Laut dan Kembara Kata kata (Jazirah Sebelas)
FB: Gimien Artekjursi.
WA: 0853 3355 4684
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024