005

header ads

Puisi Syamsul Bahri Tak Ada Yang Lain

 Puisi Syamsul Bahri

Tak Ada Yang Lain 


Aku berjalan di padang sabana

Dipeluk angin dan telah kutemukan  bunga bunga di antara taman-taman Eden

Aku memilihmu sebagai seorang Puan penabur ingatan

dan kepak kelebat sepasang merpati telah menutup hari

Aku menanam benih-benih itu dan membenamkannya 

di lubuk hatiku yang paling dalam

Ia tumbuh di tubuhku dan menjalar di setiap aliran darah

Debar jantung tak berirama 

Debur ombak di panorama

Ritus ini kupersembahkan hanya untukmu

Tak ada yang lain yang lain dan 

Tak ada yang indah selain hari ini


Ku tangkup lantun langgam doa-doa di sepertiga malam

Mahligai cinta di atas bahtera

Mengantarkanku menjemput tubuhmu

Melewati gelombang ombak yang menghalangiku

Kau mengalihkan segalanya

Hingga aku sampai pada puncak cinta kita

Aduhai, Kasih… 

Seringkali, tanganku sedingin bulan; kau menggenggam tanganku 

terjamah oleh hangat arunika menyampaikan Ulu’salam

tak ada yang lain dan 

tak ada yang indah selain hari ini.


Sepasang mata cokelat dan senyum yang taat

Kau adalah segala

Kau adalah cinta

Kau adalah keniscayaan 

Cintaku padamu tak pernah hancur

Rinduku padamu tak pernah lebur


Aku milikmu hari ini dan selamanya

Aku mencintaimu,

Maka bunuhlah aku dengan cintamu!


Yogyakarta, 24 September 2021.


Gemulung Ombak Pantai Ngobaran


Di selatan kota Yogya, melewati bukit-bukit hijau, berkelok dan menjulang damai.

Aku menemukanmu bersiluet lembayung senja

Menari di bibir pantai

Bersalaman luluh dengan gemulung ombak

Angin memelukmu dari belakang

Aku menunggumu di antara pohon cemara


Ombak menyambutmu dengan tutur debur doa

Dan lokan-lokan menyertai setiap langkahmu

Telah kau jamah bunyi-bunyi angin yang melesat di samping telingamu

Dalam pekat malam, aku bermimpi

‘Apakah kau kelak akan memilihku, Kasih?’


Kau terdiam dan memalingkan duniaku

Suara lembut itu, selalu kudengar di pagi buta

Pada sepasang mata serupa pintu

Tuk masuk kedalam rumah dalam relung hatimu


Yogyakarta, 15 Juli 2021.



Aku dan Belati


Sebelum laut surut, 

aku dan belati saling silang menyayat tubuh waktu

mengasah belati sampai lindap dan runcing

dan aku menghunuskannya ke lubang-lubang langit

‘’Tikamlah aku!”

Belati lebih setia dari anjing-anjing rumah

Mengerkau dengan segala 

Kau memegang belati

‘’Sebentar lagi, kau akan menikamku!”


Mata kita meruncing tajam

Saling silang memandang 

Siap menikam 

Ia menuduhku mematahkan belati

Bahwa jarum jam telah berkhianat kepadaku

Hingga saat nanti


(Subang, 03 2020)



Pulang 


Sebelum embun memeluk tubuhmu

Akulah tungku

Sesudah kepergian merenggutmu

Akulah rumahmu


(2020)


Merpati Berbulu Monokrom

: Lin

Di pangkuan ibu kau memupuk lenguhan surga dan neraka

Di ambang rembang petang 

Kau meminjam sunyi 

Di antara malam yang melahap mimpi-mimpimu

Potongan-potongan itu tertinggal dalam saku bajumu

TV dinyalakan dan mata meredup seolah film telah usai


Hari berlari, berwarna monokrom

Sepatu monokrom, awan monokrom, dinding monokrom dan cinta berubah jadi monokrom

Tak ada lain selain warna itu?

Percakapan-percakapan angin

memelukmu setengah hari

meminjam wajah seroja

wangian parfummu

Aku tenggelam dalam-dalam

Menunggumu di batas garis khatulistiwa 

Aroma karsa membuatmu lupa akan segala cinta 

Yang tumbuh di dadaku

dan merekah di setiap mulut orang yang pamit pada kedua alismu

Yogyakarta, 2021.


Biodata Penulis


Syamsul bahri, lahir di Subang dan sekarang tinggal di Yogyakarta. Sajak-

sajaknya pernah tersiar di berbegai platform media daring dan luring. Salah satu puisinya

termuat dalam antologi bersama, antara lain: Carpe diem (Penerbit Halaman Indonesia,

2020). Buku pertamanya adalah Dandelion untuk Nala! (G Pustaka, 2020). Buku keduanya adala Sekuntum Bunga Tidur (J-Maestro, 2021)..

IG: @dandelion_1922.





Posting Komentar

0 Komentar